LOGINAmran segera memberitahu Nadia tentang panggilan dari Siska dan apa yang harus mereka lakukan. Nadia, yang juga merasa prihatin dengan nasib Sari, setuju untuk memberikan dukungan moril pada wanita itu.Mereka segera menyusun rencana untuk bertemu dengan Sari. Amran dan Nadia ingin memberikan dukungan kepada Sari tanpa membuatnya merasa terbebani atau merasa tidak nyaman.Ketika mereka bertemu dengan Sari di rumahnya, wanita itu terlihat lemah dan pucat. Penyakitnya telah membuatnya kehilangan banyak energi, tetapi matanya tetap penuh semangat saat dia melihat Amran dan Nadia datang.Sari tersenyum dan berkata, "Terima kasih, Pak Amran dan bu Nadia, karena telah peduli dan datang menemui saya. Nadia merasa haru melihat Sari. Dia duduk di sampingnya dan berbicara dengan penuh kehangatan. Dia memberikan kata-kata semangat, harapan, dan keyakinan pada Sari. Nadia pun berbagi pengalaman hidupnya dan memberikan dukungan moril yang kuat pada wanita itu.Nadia juga ikut berbicara, memberik
“Yuk ahhh...siapa takut..heheh!” balas Amran dengan senyuman nakalnya.Mereka pun kini telah bertindihan di ranjang kamar Nadia. Saling berpagutan dan bergantian saling menindih hingga sprei kasurnya berantakan kemana-mana.“Aku sudah siap Amran!” ucap Nadia sambil mengusap wajah Amran yang sedang berada di atas tubuhnya saat itu.“Aku buka bajumu yah!” ucap Amran sambil menatap mesra ke Nadia dan Nadia pun mengangguk karena malam itu Nadia memang sejak tadii mengharapkan cumbuan dari Amran.Perlahan Amran membuka baju daleman Nadia yang ternyata ia tak memakai BH, kini telah terpampang buah dada ranum milik Nadia. Amran pun langsung melahapnya dengan penuh gairah. Suara dengusan kasar dari bibir Amran dan desahan manja dari Nadia mulai menghiasi suasana di kamar Nadia malam itu.“Eshhh..ahhh...ahhh...Amrannn...ahhhh!” Nadia terus mendesah dan menahan nikmat dan bercampur geli karena serangan erotis di kedua bukit kembar milik Nadia yang terasa telah mengencang itu. Amran pun juga men
Sari membukakan pintu rumahnya dengan senyuman lembut. Wanita itu, meskipun dalam kondisi yang kurang baik karena penyakitnya, memiliki aura yang tenang dan penuh empati. Sari mengundang Siska masuk ke dalam rumahnya, dan keduanya duduk di ruang tamu yang nyaman.Siska akhirnya mengungkapkan keraguannya kepada Sari. "Saya minta maaf, Sari, saya merasa perlu tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Anda dan suami saya, Dimas. Pesan-pesan di ponselnya dan rasa ingin tahu saya telah membuat saya gelisah."Sari mengangguk dengan pengertian. "Saya sepenuhnya memahami perasaan Anda, Siska. Saya akan menceritakan semuanya."Sari menjelaskan bahwa dia adalah seorang janda yang telah kehilangan suaminya beberapa tahun yang lalu. Lebih tragis lagi, dia mengidap penyakit kanker yang cukup serius dan memerlukan perawatan yang konstan. Itulah sebabnya, sebelum Dimas mengenal Siska dan sebelum mereka menikah, Dimas sering membantu Sari dalam perawatan dan kebutuhan sehari-hari.Sari bahkan berterus
Nadia merasa tangannya gemetar, dan dia bisa merasakan denyut jantung yang semakin kencang. Dia merasa bahwa dia juga perlu memberikan jawaban jujur. "Amran, aku juga merasa begitu dekat padamu. Aku tidak tahu apa yang harus kita lakukan, tapi aku tidak ingin lagi menahan perasaanku."Amran merasa lega mendengar kata-kata Nadia. Dia meraih tangan wanita itu dengan lembut dan membawanya ke arahnya. Mereka mencium satu sama lain dengan penuh hasrat, seperti penahanan semua perasaan cinta dan hasrat yang telah lama terpendam.Mereka bergerak perlahan ke arah kamar tidur. Sesaat setelah mereka tiba di kamar tidur, pakaian mereka mulai terlepas satu per satu. Mereka meraba dan mencium satu sama lain, menggairahkan perasaan mereka yang semakin mendalam.Amran merasa terpesona oleh kecantikan Nadia. Dia mencium leher dan dada wanita itu, membuatnya merasakan gairah yang tak terkendali. Nadia mendesah pelan dan meraih rambut Amran.Mereka terus menciptakan momen keintiman yang membara, saling
Suatu malam, Amran mendapat telepon darurat dari Nadia. Wanita itu sedang tidak merasa baik, demam tinggi, dan tidak memiliki keluarga di kota ini. Tanpa berpikir panjang, Amran memutuskan untuk mengunjungi Nadia di rumahnya.Dia membawa obat-obatan dan makanan kesukaan Nadia, yang dia tahu dari beberapa obrolan sebelumnya. Amran merasa bahwa dia harus melakukan sesuatu untuk membantu wanita itu yang saat ini tengah kesulitan. Dia mencium Nadia sebagai tanda rasa peduli dan cintanya yang tumbuh.Nadia merasa terkejut dan sedikit canggung, namun di bawah rasa sakit dan panasnya, dia bisa merasakan kehangatan dalam ciuman Amran. "Terima kasih, Amran. Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kulakukan tanpa bantuanmu."Amran hanya tersenyum lembut. "Tidak perlu berterima kasih, Nadia. Aku hanya ingin membantumu."Waktu terus berlalu, dan hubungan antara Amran dan Nadia semakin dekat. Setiap malam, Amran datang ke rumah Nadia untuk memastikan dia merasa baik-baik saja. Mereka sering dudu
"Siska, aku perlu tahu apa yang sebenarnya terjadi selama perjalananmu," kata Amran dengan suara lembut.Siska mengambil napas dalam-dalam dan akhirnya memberanikan diri. "Amran, selama perjalanan itu, aku menghabiskan waktu bersama Dimas. Aku mencintainya, dan kami ingin bersama secara resmi."Amran merasa seperti dunianya runtuh. Dia merasa patah hati dan tidak tahu harus berkata apa. "Siska, apa yang kau katakan?"Siska menangis, merasa kesedihan mendalam. "Aku tahu ini sulit, Amran, tapi pernikahan kita sudah berubah. Kita saling menyakiti, dan aku ingin mencari kebahagiaanku."Amran akhirnya mengerti bahwa mereka telah mencapai titik akhir. Dia merasa sakit, tetapi dia juga tahu bahwa tidak mungkin memaksakan seseorang untuk tetap bersamanya. Dia mengangguk dengan penuh perasaan, meskipun air mata juga mulai menetes dari matanya."Baiklah, Siska. Jika itu yang kau inginkan, aku akan menghormati keputusanmu. Semoga kau bisa menemukan kebahagiaanmu."Siska merasa bersalah karena me







