Sean menjawab dengan serius, "Saya juga sering berpikir tentang itu, Sofia. Kita akan kembali ke kehidupan normal dan bebas dari segala masalah yang mengancam kita."Sofia tersenyum, tetapi matanya penuh dengan tekad. "Saya punya permintaan, Sean."Sean mendengarkan dengan penuh perhatian. "Apa itu, Sofia?"Sofia merasa detak jantungnya semakin kencang. "Jika kita berhasil melewati semua ini dan kita bebas dari masalah ini, apakah kamu mau menikah denganku?"Sean terkejut dengan permintaan tersebut, tetapi matanya bersinar penuh kebahagiaan. "Sofia, saya telah mencintaimu sejak mengenalmu di peristiwa perampokan itu. Ya, saya mau menikah denganmu."Sofia merasa sangat lega dan bahagia. Dia meraih tangan Sean dengan lembut. "Terima kasih, Sean. Itu adalah impian terbesarku."Sean menjawab dengan tulus, "Dan itu adalah impian saya juga. Kita akan menjalani kehidupan yang bahagia bersama-sama setelah semua ini berakhir."Maka mereka berciuman dengan penuh kasih sayang, merayakan janji me
Setelah sempat berdiskusi panjang di tepi ranjang, mereka pun mandi bareng di kamar mandi dan lagi-lagi Sean dengan tubuh perkasanya membopong tubuh Sofia untuk mandi bareng membersihkan tubuh mereka dari sisa-sisa pertempuran dan pergumulan dengan durasi yang cukup panjang tadi di atas ranjang.Di Kamar mandi itu, ternyata mereka sempat terpancing lagi gairahnya sehingga mereka pun melanjutkan percumbuan rondek keduanya sambil berdiri di kamar mandi dengan di bawah guyuran air shower dan air sabun. Suara tawa manja dan kecupan bibir-bibir mereka terdengar lagi di kamar mandi itu.Malam itu, mereka tidur dengan pikiran tenang bahwa mereka memiliki rencana untuk menghadapi masalah mereka. Meskipun perjalanan mereka penuh dengan rintangan dan ketidakpastian, mereka memiliki satu sama lain sebagai sandaran. Dengan tekad dan kerja keras, mereka berharap bisa membuktikan bahwa Sean bukan otak dalam perampokan tersebut dan bahwa Sofia tidak terlibat dalam tindakan kriminal apa pun.Mereka t
Sofia pun sudah tak pernah mengingat tunangannya lagi yaitu Bobby yang sempat berulangkali mencoba menghubungi Sofia lewat ponselnya. Namun, memang sejak awal Sofia tak memiliki perasaan yang cukup kepada Bobby maka Sofia tak terlalu menggubris Bobby yang sangat panik mengetahui Sofia dibawa oleh penculik dan perampok bank.Pertunangan mereka memang dilakukan bukan karena berdasarkan cinta melainkan karena demi kemajuan bisnis orangtua Sofia yang menginginkan Sofia mendapat suami yang bisa membantu Sofia nantinya untuk meneruskan bisnis kedua orangtuanya itu. Pilihan pun jatuh pada manager keuangan yang sejak lama naksir kepada Sofia yaitu Bobby. Sofia awalnya sudah keberatan, namun karena Pak Yohan dan Bu Diana memaksa dan meyakinkan ke Sofia bahwa Bobby adalah laki-laki yang baik dan bertanggung jawab maka waktu itu akhirnya Sofia mau menerima meski dengan penuh keterpaksaan. Kini, Sofia seperti menemukan sosok laki-laki yang ia idam-iamkan dan tragisnya laki-laki itu adalah Sean ya
Sofia memandang Sean dengan tatapan campuran antara kecurigaan dan kebingungan. "Sean," ucapnya perlahan, "apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa kamu ikut dalam perampokan itu?"Sean menghela nafas dalam-dalam sebelum memutuskan untuk berbicara. "Sofia, sebenarnya aku tidak ingin terlibat dalam itu semua," jawabnya dengan suara lirih. "Aku terjebak dalam hutang besar kepada Doug dan Bradley."Sofia mengerutkan kening. "Hutang? Hutang apa?"Sean menutup matanya sejenak, mencoba mengumpulkan keberanian untuk menceritakan seluruh kisahnya. "Ibuku sakit parah," ia memulai, suaranya serak. "Dia butuh operasi besar di rumah sakit di kota lain, dan biaya operasinya sangat besar. Aku mencoba mencari cara untuk membayarnya, tetapi tidak ada yang bisa membantu."Air mata mulai mengalir dari mata Sean, dan Sofia merasa sangat terharu mendengar ceritanya. "Kenapa kamu tidak memberi tahu aku sebelumnya, Sean?"Sean menatap Sofia dengan mata penuh penyesalan. "Aku malu, Sofia. Aku takut bahwa jika k
Sean tertegun karena kini ia melihat Sofia sedang membuka semua pakaiannya dan Sofia telah melempar semua pakaiannya itu ke lantai kamar penginapan itu. Kini tubuh Sofia sudah tanpa sehelai benangpun dan itu membuat Sean terbelalak menyaksikan betapa indahnya tubuh wanita cantik yang sedang ada di hadapannya itu.“Sean, malam ini aku akan berikan diriku untukmu!” ucap Sofia sambil bertolak pinggang dalam kondisi telanjang bulat. Nampak sekali pinggul indahnya dan kedua bukit kembarnya yang menggantung indah serta bagia selangkangan Sofia yang tertutupi oleh bulu-bulu halus di sekitarnya. Hal itu membuat Sean seketika menelan salivannya berkali-kali. Tak terasa rudal panjang dan besarya itu telah menegang maksimal. “Ayo Sean, tunggu apalagi?” ajak Sofia dengan senyum menggodanya sehingga makin terlihat cantik oleh Sean.“Tapi aku gak akan dikira memperkosa kamu seperti Doug dan Bradley kan? Heheh!” balas Sean dengan wajah yang mulai terlihat nakal padahal nafsunya sudah terasa sampe
Sofia dan Sean telah tinggal sementara di sebuah kamar penginapan yang nyaman, menjauh dari perburuan polisi dan dunia luar yang penuh bahaya. Mereka berdua tahu bahwa ini adalah waktu yang sangat penting untuk merencanakan masa depan mereka, dan juga untuk mendekatkan diri satu sama lain.Malam itu, Sofia sempat duduk di sofa panjang di sudut kamar, sambil membaca berita terbaru tentang perampokan bank yang telah mereka alami. Sementara itu, Sean terlihat sedang berada di kamar mandi, tengah berendam air hangat setelah beberapa hari tegang yang mereka lalui. Dia ingin merasa segar dan siap untuk berbicara tentang rencana mereka selanjutnya. Tak lama kemudian Sean terlihat berdiri untuk mandi air shower untuk membasahi tubuh telanjangnya dengan air yang jatuh dar atas kepalanya. Sambil merem melek ia menikmati momen mandinya itu.Sofia sejenak bangun dari sofa yang tak sengaja melintasi kamar mandi itu tertegun melihat Sean yang sedang dalam keadaan bugil di dalam kamar mandi karena p