Home / Pendekar / JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI / PASUKAN SANDI WANITA MISTERIUS

Share

PASUKAN SANDI WANITA MISTERIUS

Author: Alexa Ayang
last update Last Updated: 2024-03-15 13:58:25

Jentra melanjutkan perjalanannya menuju Kedu di utara. Namun, ia harus melalui banyak sekali rintangan. Dari binatang buas yang mengganggu, badai pancaroba yang menghancurkan pepohonan, dan wanua-wanua yang kurang bersahabat terutama wanua atau watak yang dikuasai oleh Rakyan atau rama berwangsa Sanjaya. Namun, Jentra tetap harus menjalankan misinya untuk mengetahui wanua-wanua mana yang memang memiliki potensi melakukan pemberontakan.

Selama masa perjalanan itu, ia merasa dibuntuti seseorang. Ia memang berpura-pura tidak tahu dan mencari kesempatan untuk meringkus orang yang membuntutinya.

Sampai suatu malam, Jentra sengaja beristirahat di bawah pohon supaya penguntitnya mendekat.  Ia sengaja tidak menambahkan kayu api dan pura-pura tertidur. 

Tidak berapa lama telinganya mendengar orang berbisik lirih.

"Apakah dia sudah tertidur?"

Dari pendengaran Jentra. Penguntitnya adalah wanita dan tidak hanya satu orang, namun beberapa orang, tanpa Jentra bisa memastikannya.

"Sepertinya sudah, Yayu," jawab penguntit yang lain.

"Coba periksa barang-barangnya, apakah ada di sana? Hati-hati dia sangat sakti," suruh penguntit yang pertama sambil memberikan peringatan pada penguntit yang kedua.

"Aku tidak berani mendekatinya. Barangnya ada di bondotannya, dan ia memeluknya erat. Aku tidak bisa mengambilnya," kata penguntit kedua.

Jentra semakin menajamkan telinganya, dengan tangan masih memeluk bondotan atau tas kainnya. Ia penasaran apa sebenarnya yang dicari wanita-wanita ini? Apakah mereka juga jenis perampok atau pencuri yang suka mencuri harta orang lain saat korbannya tertidur. Jentra-pun bersiap dengan memegang erat belatinya.

Akhirnya, penguntit yang pertama mendekati Jentra. Ia memberanikan diri meraba tubuh Jentra. Menyentuh lengannya, punggungnya dan saat tangan lembut itu masuk ke dalam baju di sela dadanya.

Seketika, Jentra langsung menangkap pergelangan tangan wanita itu dan menguncinya dengan kakinya.

"Kena kau! Pencuri kecil! Apa yang kau cari? Mencari kehangatan? Baik akan kuberikan!" kata Jentra kesal. 

Ia pun menarik wanita itu ke pelukannya. Wanita itu memekik terkejut dan menjerit.

"Aaaahhh!"

Jentra memeluknya erat, dan entah mengapa hangat tubuh dan aroma wangi wanita itu mengingatkannya pada seseorang.

"Lepaskan!" jerit wanita itu

Jentra sedikit terkejut dengan suara yang seperti tak asing baginya. Namun, wanita itu memakai tutup wajah yang sama dengannya. Baju biru para Sanditaraparan yang sama, dengan lambang yang sama, hanya baju itu didesain untuk wanita.

"Siapa kau? Mengapa kau memakai lambang dan seragam satuan khusus kami?" tanya Jentra.

Wanita itu tidak menjawab. Ia hanya meronta dan terus meronta berusaha melepaskan diri. Ia mencoba menendang, namun kaki Jentra lebih kuat memitingnya. Ia berusaha menampar, memukul, dan mencakar, tapi tidak berhasil.

"Apa yang kau inginkan dariku? Sampai kau mau mencurinya dariku? Apakah kau tidak bisa memintanyaa baik-baik?" tanya Jentra.

"Berikan peta itu padaku, dan kami akan membiarkanmu hidup!" jawab wanita itu.

"Ha....Ha....Ha....., kau akan membiarkanku hidup? Sementara saat ini kau sedang ada dalam kungkunganku seperti ini. Bukankah harusnya kau yang memohon supaya kau dibiarkan hidup?" Jentra tertawa.

"Kau, manusia licik! Lepaskan aku dan kita bertarung! Jika aku menang, berikan peta itu, dan jika aku kalah, aku akan pergi!" jawab Wanita itu.

Seketika meledaklah tawa Jentra lagi.

"Membebaskan diri dariku saja kau tidak bisa, bagaimana kau akan melawanku?" tanya Jentra. "Tapi baiklah, ayo kita coba seberapa hebat kau bisa menjatuhkanku." Jentra melepaskan wanita itu.

Wanita itu segera memasang kuda-kuda dan mulai menyerang Jentra dengan keris panjangnya. Jentra tidak serius menghadapinya. Yntuk menghindari keris wanita itu, ia tidak perlu membuat gerakan ekstrem. Hanya cukup meliukan pinggang ke kanan atau ke kiri, ke depan atau ke belakang. Sampai akhirnya ia begitu geram dan kesal.

Sekali hentak kerisnya terlempar dan menancap persis di batang pohon, di mana wanita penguntit lainnya berdiri melihat mereka berkelahi.

"Eiitts!" teriaknya.

"Hati-hati di situ banyak ular!" teriak Jentra

"Aduh....duh ....Yayu....Bagaimana ini?" teriakpPenguntit kedua itu sambil menjauhi pohon.

"Kau licik sekali, sih. Mengganggu orang yang tidak ikut berkelahi. Ayo lawan aku saja!" jata Penguntit yang pertama.

Jentra akhirnya kehabisan kesabaran. Ia merangsek ke depan dan menggamit pinggang wanita itu. Ia mendorongnya dan menghimpitnya di pohon.

"Sekarang saatnya, aku ingin melihat wajah jelek di balik topeng Sanditaraparan palsu berkemampuan buruk. Kau sungguh memalukan! Menghina pasukan khusus kami. Aku tak akan mengampunimu!" teriak Jentra.

Ia-pun merobek topeng wajah wanita itu dan seketika ia tertegun. Ia tidak percaya dengan matanya

"Candrakanti!" 

Apa dia bermimpi? Tetapi sungguh aneh  jika Candrakanti tiba-tiba menjadi pasukan Sanditaraparan. Sepertinya, Jentra hanya terlalu merindukannya hingga melihat siapapun seperti melihat wajahnya.

Duk!

Sedang merenung soal wanita di depannya ini, Jentra merasa tengkuknya dipukul keras dari belakang, sehingga dirinya merasa lemas beberapa saat. Pada saat itulah Candrakanti dan temannya bergegas pergi.

"Lontar berisi petanya?" tanya Candrakanti.

Temannya menggeleng. Candrakanti bermaksud menggeledah lagi, namun Jentra yang kesakitan sudah berusaha bangkit. Candrakanti dan temannya pun akhirnya menghilang dalam kegelapan.

"Oh, wanita tolol! Sakit sekali kepalaku serasa dijatuhi gadha beribu-ribu!" kata Jentra yang kemudian kembali pingsan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   Perpisahan di Bawah Cahaya Fajar: Janji untuk Seorang Chakrawartin

    Fajar merekah di ufuk timur, menyinari tanah Medang dengan sinar keemasan yang lembut. Angin pagi berhembus perlahan, seakan ikut merasakan beban yang menggantung di hati mereka yang berkumpul di halaman istana. Hari ini adalah hari perpisahan, dan tak ada yang bisa menghindari kepedihannya.Di gerbang utama, rombongan kecil telah siap berangkat menuju pelabuhan. Pangeran Balaputeradewa berdiri gagah dengan jubah perjalanannya, sementara di sisinya, Ganika menggenggam tangan anak-anak mereka erat, seolah tak ingin kehilangan satu detik pun bersama mereka. Jentra dan Candrakanti berdiri sedikit di belakang, mata mereka dipenuhi emosi yang tak terucapkan. Amasu dan Wiku Sasodara juga telah bersiap, wajah mereka menyiratkan keteguhan untuk menemani perjalanan menuju Swarnabhumi.Namun di antara mereka, ada satu sosok yang memilih tetap tinggal—Rukma.Ia berdiri tegak, tangannya mengepal di sisi tubuhnya, berusaha menahan perasaan yang mendesak keluar. Di sampingnya, Gaurika, istrinya, me

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   SEBUAH HUKUMAN

    Balaputerdewa dihadapkan pada majelis Pamgat yang dipimpin oleh Maharaja sendiri.Jentra, Rukma, Amasu dan Sasodara yang hadir di situ terpekur dengan sedihnya. Sebagai Mahamentri, kedatangan Balaputeradewa dikawal dan dijaga ketat oleh pasukan kawal istana maupun para Sanditaraparan. Namun kehadirannya dalam majelis itu masih diperkenankan memakai pakaian kebesarannya.Wiku Wirathu membuka sidang dengan pembacaan sutera dan segera setelahnya, para Pamgat yang terdiri dari pangeran-pangeran sepuh dan para Wiku duduk baik sebagai penuntut maupun sebagai pembela. Banyak Pangeran sepuh wangsa Syailendra yang berdiri dibelakang Sang Mahamentri I Halu. Tapi yang muda lebih banyak menentangnya karena fanatisme wangsa dianggap sebagai pemahaman kuno yang sudah tidak relevan dengan perkembangan jaman. Sementara hakim yang mengadili adalah Maharaja sendiri di dampingi, Mahamentri I Hino yang dalam hal ini diwakili Rakai Pikatan, Wiku Wirathu dan Wiku Sasodara.Semua tuntutan dibacakan untuk me

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   RUNTUHNYA SANG BALAPUTERADEWA

    Ternyata kekuatan tentara Walaing, benar-benar tidak dapat dibandingkan dengan kekuatan pasukan Medang. Mereka menggulung kekuatan tentara Walaing seperti badai menelan segala yang dilewatinya, meskipun pesan Sang Rakai adalah tidak membunuh tapi hanya melumpuhkan saja. Welas asih dan dhamma yang diajarkan para Wiku ternyata begitu merasuk dalam hati Sang Pikatan sehingga peperangan yang dilakukan-pun seminimal mungkin membawa korban jiwa.Sementara Jentra menyusup memasuki kedaton Walaing yang telah mulai terbakar api. Rupanya Sang Balaputeradewa-pun telah bertekad untuk melakukan puputan yang artinya bahwa jika ia kalah maka ia akan menghadapi mahapralaya itu dengan kematiannya sendiri. Saat Balaputeradewa melihat pasukan belakangnya telah mencapai ambang kehancuran dan tentara musuh mulai menjejakan kaki ke halaman istananya. Ia telah mulai mencabut pedang dan kerisnya siap menjemput maut sebagai seorang ksatria dan Mahamentri wangsa besar yang dibanggakannya."Berhenti tuanku. Dul

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PUPUTAN

    "Gusti, apa Gusti akan yakin akan melakukan perang Puputan. Sekali lagi hamba mohon Gusti, jangan gegabah memutuskan untuk perang puputan. Gusti harus ingat bahwa di Walaing, bukan hanya peninggalan Walaing saja yang harus tuanku jaga. Tetapi di Walaing ada Abhaya Giri Wihara peninggalan Syailendra Wangsa Tilaka yang lainnya yaitu Sri Maharaja Rakai Panangkaran. Apa Gusti akan membiarkan putera wangsa Sanjaya menghancurkannya hingga rata dengan tanah." Aswin menyembah hingga hidungnya menempel ke tanah."Tetapi ini adalah masalah harga diri dan kehormatan Aswin. Apa kau rela kita akan hidup sebagai orang yang kalah dan dicemoohkan setiap kali? Itu-pun kalau Sri Maharaja Samarattungga tidak menghukum mati kita juga. Jadi apa bedanya Aswin?" Sahut Balaputeradewa saat bersiap untuk kembali ke Walaing."Permohonan saya, Iswari dan Karmika tetap sama Gusti. Lebih baik kita kehilangan harga diri dan kehormatan daripada kita berdosa kepada leluhur wangsa Syailendra. Apalagi putra tuanku masi

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PERMATA WANGSA SYAILENDRA

    Pangeran Balaputeradewa menembus kabut tebal dan dinginnya malam untuk menyambut kedua buah hatinya. Bersama Aswin ia berkuda tanpa atribut sebagai seorang Mahamentri. Pengawal yang menyertainya juga hanya enam sampai tujuh orang saja, juga tanpa atribut sebagai perajurit tapi menyamar sebagai warga biasa."Apakah tempat itu sangat jauh Aswin?" Tanya Pangeran Balaputeradewa."Ya tuanku. Tapi dengan berkuda cepat seperti ini saya memperkirakan tengah malam kita akan sampai." Jawab Aswin."Aku tidak bisa meninggalkan Walain terlalu lama, karena kakak iparku Samarattungga pasti sudah tidak sabar untuk memotong kepalaku ini." Jawab pangeran Balaputeradewa."Jangan berpikir yang buruk tuanku. Apalagi di saat tuanku memiliki putra. Anggaplah keduanya hadiah dari Yang Maha Agung sehingga kelak akan menjadi permata wangsa Syailendra. Saya rasa tuanku Samarattungga tidak akan segera menyerang saat fajar menyingsing karena mengerahkan puluhan ribu pasukan bukanlah hal mudah." Aswin mencoba mene

  • JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI   PERLAWANAN TERAKHIR SANG PANGERAN

    Aswin mengikuti Pangeran Balaputeradewa ke bangsal agung Perdikan Walaing. Seluruh pasukan telah dimobilisasi, namun warga asli Walaing memilih untuk menyembunyikan diri di gua-gua yang tersebar di pesisir Walaing. Mereka ketakutan jika peristiwa pembantaian beberapa tahun lalu terjadi lagi."Atreya! Atreya!" Teriak Pangeran Balaputeradewa memanggil orang kepercayaan untuk menghadap. Atreya tergopoh-gopoh datang dan menyembah."Sembah hamba paduka Mahamentri I halu. Tuanku sudah kembali. Apa yang bisa hamba lakukan untuk tuanku?" Tanya Atreya. "Perkuat pertahanan dan tutup semua jalan menuju Walaing. Siagakan semua tentara cadangan, pasukan gajah dan pasukan berkuda." Kata Sang pangeran."Baik paduka. Tapi siapa musuh kita kali ini hingga semua sumber daya dikerahkan?"TanyaAtreya."Apa pedulimu lakukan saja. Kita akan berperang melawan orang-orang Kedu. Orang-orang Samarattungga." Jawab Pangeran Balaputeradewa tanpa rasa hormat.Atreya seketika bersujud di bawah kaki Sang pangeran, b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status