Share

Godaan Yang Berujung ....

"Masuk, Pa," ucap Kaire, mempersilahkan papanya untuk ikut masuk ke dalam kamar kakaknya.

Melody menggeser kursinya kembali ke meja belajar, memberi ruang pada Erlan untuk berada di antara kedua putrinya.

"Seru sekali, ngomongin apaan?" tanya Erlan sembari mengusap rambut Kaire.

"Ngomongin panggilan, Oma minta dipanggil mama sama kita," sahut si Bungsu.

Erlan menatap mamanya dengan dahi berkerut.

"Melody dipanggil kakak oleh mereka, jadi aku mau juga dipanggil dengan panggilan yang terkesan muda," terang Santika, melanjutkan candaannya.

"Kakak?" Erlan mengulang kosakata tersebut.

"Aku keluar ya," ucap Melody sembari beranjak dari duduknya.

"Kemana?" tanya Faya.

"Mau nontonin Oppo," sahut Melody sambil tersenyum manis.

Melody terus melangkah, hingga tubuhnya hilang dibalik pintu dan dipandangi oleh semua orang yang ada di kamar Faya.

"Aku ikut," seru Faya sembari berlarian mengikuti Melody.

Faya mensejajarkan langkahnya di samping gadis yang sejatinya berstatus sebagai ibu sambungnya. Meninggalkan papa, Oma dan juga adiknya yang berada di dalam kamarnya. Sepertinya gadis itu mulai nyaman dengan Melody, hanya dalam hitungan beberapa saat.

"Mau nonton di mana?" tanya Faya.

"Karena kamu ikut, kita nonton di tv saja, di ruang keluarga. Bagaimana?"

"Oke," balas Melody.

Setelah sampai di ruang keluarga, Melody menyalakan smart TV yang berukuran besar di ruangan tersebut lalu memilih aplikasi berlogo huruf N berwarna merah. Di sana dia selalu menonton drama korea meskipun harus membeli paket.

Meskipun berbayar tapi lebih gampang, tidak perlu lewat link ilegal atau join grup yang memposting drama-drama yang berasal dari negeri ginseng tersebut.

"Kalian tidak pernah nonton di sini?" tanya Melody saat melihat aplikasi itu belum memiliki akun.

"Enggak, malas. Lebih baik nonton di ponsel."

Melody langsung log in ke aplikasi tersebut dengan menggunakan akun yang dia punya. Namun setelah memilih film yang ingin di putar, terdapat notifikasi yang mengatakan jika di akun tersebut terlalu banyak yang menggunakan jadi saat ini dia tidak bisa menggunakan kecuali akun lain di log out terlebih dahulu.

Faya dan Melody saling berpandangan.

"Kamu beli paket di mana, Kak?" Tanya Faya.

"Di market place."

"Berapa?"

"Lima belas ribu sebulan."

Tawa Faya langsung meledak mendengar jawaban dari Melody.

"Pantas saja dipakai rame-rame, harganya cuma segitu. Yaa ampun, istri pengusaha kaya beli paket menonton streaming rame-rame." Faya masih tertawa di sela-sela perkataannya.

"Aku baru menikah, Faya. Lagipula aku bukan Cinderella yang dicintai pangeran," bisik Melody yang sukses membuat Faya perlahan menghentikan tawanya. Melody terus mengatakan kalimat itu, agar anak-anaknya tidak merasa dia akan mengambil kasih sayang papa mereka.

Dia sedang meledek ibu tirinya, bukan temannya.

"Pakai akunku saja," ujar Faya sambil meminta remote yang ada dalam genggaman Melody.

Segera setelah akun milik Faya siap, gadis remaja itu langsung memilih film yang tadi mereka ingin tonton.

"Mau nonton apa tadi?"

"Little Women."

"Kenapa pengen nonton itu?" tanya Faya.

"Sepertinya bercerita tentang wanita miskin yang mendadak kaya, tapi dia setia kawan. Orang miskin dan tidak punya, kadang lebih setia kawan daripada orang kaya," jawab Melody dengan nada santai.

Fayanna menatap dalam ke arah Melody yang sedang memencet tombol remote, mencari film yang ingin mereka tonton.

***

Malam beranjak, hari ini adalah malam kedua Melody ada di rumah ini. Dia berpikir apakah suaminya akan tidur di ruang kerja seperti semalam. Bahkan sejak tadi pagi, pria itu berdiam diri di ruang kerja, sok sibuk di sana padahal baru sehari menikah. Melody hanya melihatnya sekali saat pria itu mencari kedua putrinya yang ada bersamanya.

Gadis itu menatap parfum dan juga baju tidur yang diberikan oleh mertuanya. Baju tidur yang tampak elegan dengan hiasan renda di bagian dadanya. Juga dilengkapi dengan jubah berwarna senada yang menjuntai hingga mata kaki, terlihat sangat elegan jika di pakai di badannya yang ramping.

Melody mengganti bajunya dengan baju tidur tersebut, lalu menyemprot bagian-bagian tubuhnya dengan parfum mahal seharga jutaan itu hingga wanginya memenuhi ruangan. Setelah itu, dia memilih tidur di pembaringan. Tidak peduli pria yang sudah menjadi suaminya akan tidur di mana. Jika dia tidur di kamar dan ranjang yang sama, maka Melody ingin tahu, apakah cinta pada istri pertamanya lebih kuat daripada nafsunya.

Saat Melody hendak memejamkan mata, gadis itu mendengar suara pintu kamar dibuka, sekilas dia mendongakkan kepalanya melihat siapa yang datang. Tentu saja suaminya, siapa lagi.

"Kau mau kemana?" Erlan bertanya.

"Tidur, kamu pikir aku mau kemana-mana malam-malam begini," sahut Melody.

"Kenapa wangi sekali, hingga seluruh ruangan ikut wangi. Menganggu sekali," gerutu Erlan.

"Aneh, tercium aroma wangi malah terganggu. Nafsumu itu yang terganggu," sahut Melody dalam hati.

Tidak mau berdebat, Erlan memilih untuk mengganti baju dan tidur di sisi lain ranjang yang ditiduri oleh Melody. Meskipun dia sedikit terganggu dengan wangi tubuh dan baju yang dikenakan Melody, Erlan berusaha memejamkan mata dan tidur seperti biasanya.

***

Malam ke tiga.

Lagi-lagi Melody melakukan hal yang sama, memakai baju dengan model hampir sama tapi dengan warna berbeda. Tidak lupa parfum disemprot seperti malam sebelumnya.

"Untuk apa kami terus melakukan hal ini. Mau menggodaku?" tanya Erlan saat melihat Melody masih melakukan hal yang sama seperti kemarin. Pria itu benar-benar mulai terganggu dan kesal dengan situasi ini.

"Mama memberiku parfum mahal, untuk apa. Tentu saja kupakai saat di kamar, tidak mungkin aku memakai parfum sewangi ini jika berkeliaran di luar rumah," jawab Melody.

"Jika kamu tergoda, itu bukan salahku. Artinya kamu lemah, sok-sokan setia, nyatanya tergoda juga. Laki-laki memang sama saja, tidak peduli masih muda atau sudah tua." Melody melanjutkan mengeluarkan isi kepalanya.

Erlan menggeram mendengar perkataan Melody, namun tidak berniat juga berdebat dengannya. Memilih kembali tidur di sisi lain ranjang yang luas itu tanpa memperdulikan godaan dari gadis yang sudah menjadi istrinya itu. Gadis yang seharusnya bisa dia ubah menjadi wanita seutuhnya.

***

[Aku pulang terlambat, menunggu dijemput oleh Aldo karena tidak ingin menyetir sendiri. Jika kamu masih tidur dengan kebiasaan seperti malam-malam kemarin jangan tidur di atas ranjang. Tidur di sofa saja, situasiku sedang tidak bagus malam ini]

Pesan panjang lebar masuk ke dalam ponsel milik Melody, pesan dari suami tuanya. Menurut mamanya, Erlan hari ini menghadiri acara bisnis dengan rekan-rekannya yang kebanyakan orang asing.

Melody mendesah malas membaca pesan itu, malam ini dia juga masih melakukan hal yang sama seperti malam-malam sebelumnya, sepertinya dia kalah. Pria itu memang tidak peduli sama sekali meskipun seluruh tubuhnya memancarkan aroma wangi. Padahal kata mama mertuanya, parfum itu adalah parfum spesial yang bisa membangkitkan gairah pasangan saat mencium aromanya.

Gadis itu sengaja melakukannya untuk mengalahkan rasa angkuh dalam diri suaminya, bukan untuk benar-benar mendapatkan sentuhan dari pria itu. Dalam hatinya, dia juga belum ada rasa untuk pria yang menurutnya bertindak tidak menghargainya sama sekali.

Melody memilih untuk pindah ke sofa sebelum nanti akan timbul drama karena pria arogan itu sudah memperingatkannya sebelumnya. Tidak menunggu lama, akhirnya dia terlelap dibuai mimpi, tidak pernah peduli dengan lelaki yang sudah menikahinya ada di mana. Selama beberapa hari ini memang begitu adanya. Hingga akhirnya dia terbangun karena ada yang menyapanya.

"Kenapa tidur di sini?" tanya Erlan, pria yang sama yang menyuruhnya untuk tidur di sofa.

"Kamu mau ngapain, Mas!" Seru Melody, kaget dengan tingkah suaminya yang aneh dan hendak memeluknya bahkan sudah membelai wajahnya saat tadi menanyakan kenapa dia tidur di sofa.

"Aku sangat merindukanmu," ucap Erlan, tanpa aba-aba dia langsung memeluk tubuh Melody.

"Kamu Mabuk, Mas!"Melody memberontak dalam dekapan sang suami.

"Aku cuma minum sedikit," jawab Erlan tanpa berniat melepaskan pelukannya.

"Liana, aku sangat merindukanmu. Akhirnya kamu datang juga dalam mimpiku."

"Kamu tidak mimpi, Mas. Aku bukan Mbak Liliana," seru Melody, wanita itu kembali meronta.

Melody ketakutan setengah mati mendapati suaminya pulang dengan kesadaran di bawah minuman beralkohol, lalu menganggapnya sebagai mendiang istri pertamanya. Istri yang katanya sangat dia cintai.

🍁 🍁 🍁

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status