Share

Bukan Mimpi

Author: Isna Arini
last update Last Updated: 2023-08-02 14:12:10

"Bapak bisa ke kamar sendiri?" tanya Aldo, asisten pribadi Erlan.

Tidak mungkin Aldo mengantarkan pria itu hingga masuk ke rumah dan kamarnya karena sekarang ada wanita yang harus dijaga privasinya. Atasannya itu sekarang sudah memiliki seorang istri.

"Bisa, aku hanya pusing dan berkunang-kunang, bukan pingsan. Aku memintamu menjemputku karena tidak mungkin menyetir sendirian, kamu pulang saja," jawab Erlan sambil berjalan tertatih masuk ke dalam rumah.

Saat menaiki tangga menuju kamarnya yang ada di lantai dua, dia harus mengejap dan menggelengkan kepalanya agar bisa melihat anak tangga dan berpijak dengan benar.

Erlan yang tidak pernah meminum alkohol, akhirnya hari ini meminum juga untuk menghormati rekan bisnisnya. Hanya beberapa gelas yang masuk ke perutnya sudah membuat pria itu hampir kehilangan kesadaran, kepalanya pusing, pandangannya juga mengabur. Sehingga dia harus memanggil asistennya untuk menjemput dan menyetir mobilnya.

Pria itu langsung merebahkan diri di pembaringan begitu sampai di kamar. Belum sempat terlelap, Erlan merasakan panggilan alam. Kantung kemihnya meminta untuk dikuras. Dengan malas dia beranjak ke kamar mandi.

Saat selesai dengan hajatnya, dan Erlan ingin kembali tidur, dia melihat sosok wanita yang tidur pulas di atas sofa. Hanya bagian wajahnya saja yang kelihatan.

"Liliana?" gumamnya.

Apa dia sedang bermimpi, kenapa bisa melihat istrinya yang sudah tiada berada di kamarnya.

Dengan terhuyung, pria itu mendekati wanita itu.

"Kenapa tidur di sini?" tanya Erlan sambil membelai wajah wanita itu.

Wajah cantik itu menggeliat dan terbangun karena sentuhan itu.

"Mau ngapain kamu, Mas?"

"Aku sangat merindukanmu," ucap Erlan sembari memeluk erat tubuh wanita yang diyakini sebagai Liliana.

"Kamu mabuk, Mas!" Melody memberontak dalam dekapan sang suami.

"Aku cuma minum sedikit," jawab Erlan tanpa berniat melepaskan pelukannya.

"Liana, aku sangat merindukanmu. Akhirnya kamu datang juga dalam mimpiku."

"Kamu tidak mimpi, Mas. Aku bukan Mbak Liliana," seru Melody, wanita itu kembali meronta.

Suaminya, pria yang katanya tidak bisa mencintai wanita lain selain istri pertamanya itu memeluknya dengan erat dan menganggap dia adalah Liliana.

"Aku tidak peduli ini nyata atau mimpi. Aku juga tidak peduli kamu Liliana atau sosok yang menyerupainya. Aku bahagia bertemu denganmu, aku ingin menghabiskan malam bersamamu. Kau tahu, wanita yang kamu bilang cerdas itu, dia selalu menggodaku. Dia selalu memakai wewangian dan baju yang menantang saat tidur di kamar ini. Jiwa lelakiku ingin menerkamnya tapi hatiku tidak bisa menghianatimu. Itu sangat menyiksa, Li. Kenapa kamu hadirkan dia dalam kehidupanku ini?" Erlan berkata panjang lebar, mengungkapkan perasaannya sambil membingkai wajah Melody yang dia kira Liliana.

"Dia wanita berhati hangat, makanya dia pandai menggodaku. Dia juga pandai mengambil hati anak-anak. Tapi bagaimana dengan janjiku padamu. Janji bahwa aku tidak akan membagi hatiku dengan wanita lain. Bagiamana jika anak-anak juga melupakanmu karena memiliki ibu baru. Bahkan aku mungkin saja akan berpaling pada wanita itu juga, lalu siapa yang akan mengingat keberadaanmu di rumah ini?" Mata yang bahkan tidak bisa melihat dengan awas itu berkaca-kaca.

Melody terenyuh melihat sisi lain suaminya, apa dia salah hadir dalam kehidupan keluarga ini. Dia tidak berniat sama sekali mengambil alih dan menghapus ingatan akan istri pertamanya. Dia juga tidak berniat untuk membuat anak-anak lupa pada Mama kandungnya, Melody hanya ingin diterima dan membaur dengan baik di rumah ini seperti yang diinginkan mertuanya.

Dalam hati, Melody bertanya-tanya, apa karena hal itu Erlan sampai harus meminum alkohol seperti sekarang ini.

"Tidak akan ada yang bisa melupakan mamanya anak-anak. Wanita itu juga tidak akan menguasai hatimu. Dia tidak ingin memenuhi hatimu dengan dirinya," ucap Melody dengan suara paruh.

"Bagaimana jika aku tergoda padanya?"

"Aku yang akan mengatakan padanya untuk berhenti menggodamu," jawab Melody.

"Benarkah?"

"He'em." Melody mengangguk pelan.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Erlan langsung menyatukan bibirnya dengan milik Melody. Wanita itu terkesiap dengan apa yang suaminya lakukan. Dia pikir Erlan akan melepaskan bukan malah menciumnya.

"Mas, aku bukan Mbak Liliana," lirih Melody dengan nafas terengah.

Kuping Erlan seakan tuli, tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Melody. Alkohol sudah mengambil alih sebagian kesadaran hingga tidak bisa membedakan istri keduanya dan mendiang istrinya. Pria itu malah membawanya ke pembaringan.

Melody meronta, tidak ingin dijamah dengan keadaan seperti ini. Pria itu sedang tidak menyadari dengan apa yang dia lakukan, bahkan menganggap Melody adalah wanita lain.

"Mas, lepaskan!" seru Melody yang berada dalam kungkungan Erlan.

Namun pria itu tetap tidak peduli, malah semakin bersemangat untuk bisa menguasai wanita yang berada di bawahnya.

"Mas, aku Melody. Wanita yang tidak kamu inginkan." Melody masih berusaha menyadarkan Erlan.

Erlan tidak peduli, bibir ranum yang barusan dia nikmati, membuatnya sesuatu dalam dirinya memberontak dan minta disalurkan. Dalam kendali minuman keras disertai hasrat yang membara, dia berusaha menguasai wanita yang terus meronta di bawahnya. Hingga akhirnya Melody hanya bisa pasrah dengan apa yang di lakukan suaminya padanya karena kalah tenaga.

Pria itu terus berusaha mencari kepuasan setelah menyatukan diri dengan Melody. Rintihan Melody terdengar bagai senandung cinta di telinganya.

Hingga dia sampai pada titik merasakan suatu yang hendak meledak dalam dirinya lalu pada

akhirnya dia menyebar benih-benihnya di rahim wanita yang katanya tidak ingin dia miliki dan sentuh itu. Lalu kemudian terlelap tanpa rasa bersalah telah mengambil kesucian istrinya dengan paksa.

'Al khamr ummul khabaits', minuman keras adalah sumber atau induk semua keburukan. Dan hal buruk itu sekarang sedang menguasai Erlan. Dia menggauli istrinya tanpa sadar dengan yang dia lakukan, entah esok saat bangun dia akan ingat dengan yang dia lakukan atau tidak. Bahkan Erlan tidak akan tahu jika apa yang dia lakukan hari ini bisa berbuntut panjang di kehidupannya mendatang.

Melody bangkit dari pembaringan, mengusap matanya yang berair. Sejujurnya dia sakit hati saat dianggap Liliana oleh Erlan.

"Aku Melody bukan Liliana!" Melody ingin berteriak seperti itu pada suaminya.

Apa ini akibatnya menggoda suami sendiri, selama ini dia memang dengan beraninya memakai wewangian dan baju tidur yang menarik saat berada di kamarnya. Di kamar bersama suami yang hanya mencintai mendiang istrinya dan tidak peduli dengan istri mudanya.

Kini dia sudah menjadi wanita bukan gadis lagi? Melody beranjak ke kamar mandi, membersihkan diri, mengeringkan rambutnya kemudian kembali tidur di sofa. Tempat ternyaman setelah dia diusir dari ranjang akibat selalu memakai parfum yang memenuhi indera siapapun yang ada di dekatnya.

Melody kembali memejamkan mata, berusaha melupakan apa yang terjadi baru saja padanya.

🍁 🍁 🍁

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • JERAT CINTA ISTRI MUDA SANG PENGUSAHA    Bab 41

    Jerat Cinta Istri Muda 41"Aldo siapkan peralatan flyboard dan juga satu orang profesional yang bisa melakukan hal tersebut. Bawa ke sini semuanya sekarang juga," perintah Erlan pada asisten pribadinya melalui panggilan telepon."Ini sudah malam, untuk apa Bapak memerlukan hal seperti itu?" tanya Aldo."Apakah aku harus memiliki alasan saat menyuruhmu melakukan sesuatu? Lagi pula ini baru jam sembilan malam.""Baik, Pak, akan segera saya siapkan," ucap Aldo.Sebagai seorang asisten pribadi, Aldo memang seringkali mengerjakan hal-hal pribadi yang diperintahkan oleh Erlan. Tak peduli pada waktu dan jam berapa meskipun itu bukan jam kantor. Semua kebutuhan Erlan Aldo harus siap siaga untuk menyediakannya bahkan jika dia harus bekerja dua puluh empat jam. Setelah memberi perintah kepada Aldo Erlan hanya menatap sekilas pada pintu kamar di mana Melody merajuk dan masuk ke sana. Sebenarnya dia ingin membujuk, tapi mengingat hari ini Erlan sudah banyak berbuat salah pada Melody, akhirnya pr

  • JERAT CINTA ISTRI MUDA SANG PENGUSAHA    Bab 40

    Jerat Cinta Istri Muda 40Semburat warna jingga hampir terlihat di cakrawala, angin bertiup sepoi-sepoi, menerpa wajah Melody. Suasana memang romantis, tapi wanita itu sendirian menikmatinya. Erlan, suaminya yang tiba-tiba mengajaknya pergi ke pulau ini ternyata masih saja sibuk dengan urusan pekerjaannya. Melody tentu saja merasa aneh, Erlan yang kukuh ingin pergi bulan madu tapi setelah sampai tujuan malah sibuk bekerja. "Kamu lihat laut dulu sendirian ya, saya ada pekerjaan mendadak. Tidak kemana-mana, hanya ada meeting online sebentar," ucap Erlan pada Melody, saat waktu menunjukan jam tiga lewat lima puluh menit. "Meeting apa jam segini, bentar lagi orang pulang kerja," protes Melody tak percaya. "Makanya mau pulang jadi meeting dulu, Melody Sayang."Tak mau berdebat dengan suaminya, Melody akhirnya memilih untuk pergi melihat pantai sendirian. Sejak dia datang, Melody memang sangat antusias melihat tempat tersebut. Meskipun awalnya dia harus berdebat dengan Erlan karena tak

  • JERAT CINTA ISTRI MUDA SANG PENGUSAHA    Bab 39

    JERAT CINTA ISTRI MUDA 39"Adik? Memangnya untuk apa?" Tanya Melody kebingungan. Untuk apa putrinya itu meminta adik di usianya yang sekarang. Dia memang tidak terlalu memikirkan untuk segera memiliki anak. Selain karena khawatir dengan kedua putri sambungnya yang mungkin saja tak akan terima dia juga masih ingin fokus kuliah. Entahlah, untuk saat ini dia tak begitu memikirkan tentang buah hati. Ditambah lagi dia juga menggunakan kontrasepsi. "Adik kok untuk apa sih, Melody," sahut Santika. "Memangnya kamu gak pengen punya anak dari Erlan, kamu gak mau melahirkan keturunan dari kami?""Bu-bukan begitu, Ma. Tapi ini terlalu tiba-tiba." "Tiba-tiba bagaimana, kan udah pernah hamil," cecar Santika. Melody menatap suaminya berharap sang suami membantunya untuk berbicara. Hanya Erlan yang tahu kalau dia memasang alat kontrasepsi saat ini, dan juga dia bingung hendak beralasan apa pada mertuanya."Kamu sudah siap punya adik lagi? Gak malu udah gede masih punya adik bayi?" Tanya Erlan pa

  • JERAT CINTA ISTRI MUDA SANG PENGUSAHA    Bab 38

    JERAT CINTA ISTRI MUDA 38"Pa, aku mau pindah kuliah ke luar kota," kata Fayanna , saat mereka tengah asyik makan malam bersama. Erlan dan Melody berpandangan, Erlan memang sudah dengan sengaja memerintahkan Haidar ke luar kota. Bekerja di perusahaan cabang, sebenarnya Erlan hanya akan melakukan itu selama beberapa bulan saja. Penasaran dengan apa yang dikatakan Melody, apa iya putrinya benar-benar akan meminta ijin untuk kuliah di luar kota juga seperti perkataan Melody malam itu. "Ngapain sih, Kak, keluar kota segala. Kampus milik keluarga kita juga udah paling bagus di kota ini. Susah-susah amat, aku sendiri di rumah ini kalau gak ada Kakak," protes Kaire."Ada Mama," balas Fayanna. "Mama?" Kaire mengulang perkataan kakaknya. "Kak Melody," terang Fayanna . Pandangan gadis itu beralih dari adiknya ke ibu tirinya. "Iya, ngapain harus ke luar kota. Memangnya apa yang salah dengan kampus di kota ini. Lagi pula kamu masih anak-anak jangan jauh-jauh dari rumah. Udah di sini aja ken

  • JERAT CINTA ISTRI MUDA SANG PENGUSAHA    Bab 37

    JERAT CINTA ISTRI MUDA 37Suasana sejuk dan nyaman sangat terasa, juga pemandangan indahnya kota yang dihiasi oleh lampu-lampu yang berkelap-kelip terlihat sangat jelas dari tempat duduk Erlan berada sekarang. Pria itu sedang makan malam di restoran yang berada di sebuah atap gedung dengan puluhan lantai. Di depannya, duduk wanita cantik yang sejak tadi tersenyum manis padanya, Ariana."Dalam rangka apa Mas Erlan mengajakku makan malam seperti ini?" Tanya Ariana. "Banyak hal yang ingin aku bicarakan," balas Erlan. Ariana kembali tersenyum manis, hatinya seakan dipenuhi bunga-bunga. Dia merasa akan mendapatkan hati pria yang selama ini dikaguminya. Tidak sia-sia dia sudah melakukan segala cara untuk mendapatkannya."Aku banyak waktu itu itu," timpal Ariana dengan senyuman mengembang.Erlan menghirup nafas dalam-dalam sebelum memulai percakapannya."Ariana, sebagai keluarga, sebagai teman, aku meminta baik-baik padamu kali ini. Jangan menganggu keluargaku, terutama istriku. Seperti h

  • JERAT CINTA ISTRI MUDA SANG PENGUSAHA    Bab 36

    Erlan mendapatkan kabar dari orang suruhannya, mobil yang membawa Melody terakhir kali tertangkap kamera pengawas di dekat sebuah hotel. "Melody ada di hotel?" tanya Erlan. "Saya tidak yakin, Pak.""Kalau tidak yakin kenapa menghubungi, cari sampai ketemu mobil dan yang mengemudi. Lalu tanyakan di mana istriku berada," bentak Erlan penuh emosi. Bagaimana bisa dia hanya mendapatkan informasi hanya sepotong saja, meskipun memang sejak tadi dia yang terus mencecar sang pencari informasi. Erlan bergegas mengendarai mobil menuju hotel yang dimaksud oleh orang suruhannya, bisa jadi memang Melody ada di sana entah untuk apa. Tapi selama ini dia sudah berjanji pada istrinya akan percaya padanya sepenuhnya. Dan kali inipun dia tidak akan membuat keputusan yang akan merugikannya. Apapun yang dia temui nanti, Erlan akan mengedepankan percaya pada Melody.Ponsel Erlan berdering saat pria itu sedang berkendara, lelaki itu segara menerima panggilan menggunakan earphone yang terpasang di telinga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status