Share

Panggil Aku Kakak

Penulis: Isna Arini
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-02 13:24:29

"Betul begitu, Erlan?" tanya Santika sambil tertawa.

"Melody masih muda, santai saja. Mama tidak buru-buru pengen punya cucu juga," sambungnya.

Bukan apa, dia hanya tidak ingin Melody yang masih muda itu harus kaget dengan putranya yang berusia jauh di atasnya. Di tambah lagi, tidak ada pemberitahuan sebelumnya jika dia ingin menjadikan Melody menantunya.

Beberapa kali bertemu dengan Melody, membuat Santika tertarik pada gadis itu. Dia pandai berbicara dan menarik hati lawan bicaranya, bahkan dia yang tidak mudah dekat dengan orang lain langsung tertarik dan nyaman saat pertama kali bertemu dengannya.

Benar kata mending menantunya, kalau Melody akan bisa menggantikan Liliana sebagai teman bicaranya. Sejak meninggalnya sang suami, Santika makin malas keluar rumah, konon katanya dia seorang introvet. Jika dulu dia masih berpergian untuk mendampingi suaminya, kini dia lebih banyak menyendiri dan hanya dengan Liliana saja dia berbagai cerita.

"Apaan sih, Ma. Itu privasi, jangan banyak bertanya soal itu. Lagipula siapa suruh menikahkan kami."

"Mama mau kamu ada yang menemani, kamu masih muda. Butuh sosok pendamping, istrimu sendiri yang memintanya," sahut Santika.

Erlan menghela nafas panjang. Padahal anak-anaknya juga tidak ingin dia menikah lagi. Dua anak perempuan dengan usia yang sudah dewasa, anak pertama baru lulus SMA dan adiknya baru lulus SMP. Mereka tidak mau kasih sayang papa mereka berpindah pada ibu tirinya.

"Anak-anak mana?" tanya Erlan mengalihkan pembicaraan.

"Pada minta sarapan di kamar," jawab Santika.

"Bukannya bikin damai tapi penikahan ini membuat keluarga ini dalam masalah," batin Erlan.

Mereka bertiga melanjutkan sarapan, dengan tenang.

"Ma, boleh aku melihat anak-anak." Melody meminta ijin pada mertuanya begitu suaminya sudah pergi meninggalkan meja makan.

"Mau membujuk mereka?" tanya Santika.

Melody mengangguk.

"Tidak perlu memaksakan diri, Nak. Mama yakin mereka akan menerima kehadiranmu suatu saat nanti." Santika membesarkan hati menantunya.

Melody tersenyum pada mertuanya. "Mungkin ini hari pertama Melody harus mulai mengambil hati mereka," sahut Melody.

"Pergilah, mereka tadi ada di kamar Faya," ucap Santika menyebut nama cucu sulungnya yang bernama Fayanna.

Melody beranjak pergi setelah mendapatkan ijin dari mertuanya. Gadis itu sudah tahu beberapa tempat penting di rumah ini, termasuk kamar kedua putri sambungnya. Kemarin saat masuk pertama kali ke rumah ini, dia langsung di beritahu sekilas kamar keduanya yang berada di lantai satu.

"Boleh aku masuk," pinta Melody meminta ijin, saat melihat pintu kamar Faya sedikit terbuka.

"Siapa?" Pertanyaan keluar dari seseorang di dalam sana.

Melody menyembulkan kepalanya dan tersenyum manis pada kedua anak tirinya. "Aku, Melody," jawab gadis itu.

Si bungsu Kaire terlihat tidak peduli, dan membuang muka setelah tahu siapa yang ada di depan pintu.

"Masuklah," jawab Faya.

Melody perlahan masuk ke dalam kamar Faya yang di dominasi warna biru muda, tidak seperti kamar anak perempuan pada umumnya yang berwarna pink. Kedua anak sambungannya sedang duduk bersama di atas tempat tidur yang cukup luas.

"Oma bilang kalian sarapan di kamar." Melody membuka percakapan.

"Suka-suka kami, ini rumah kami. Kami mau makan di kamar, di dapur, di taman, terserah kami, jangan coba-coba mengatur," ketus Kaire.

Melody tersenyum tapi hatinya terasa berat, semalam papa mereka yang menolaknya sekarang anak-anak.

"Duduklah," ucap Faya mempersilahkan Melody duduk.

Melody menarik kursi belajar yang ada di ruangan tersebut dan duduk tidak jauh dari ranjang.

"Kenapa kamu menikah dengan papa?" Tanya Faya.

"Entahlah, hal itu terjadi dengan tiba-tiba dan begitu saja. Bahkan aku tidak percaya jika sekarang aku sudah menjadi istri orang," jawab Melody apa adanya.

"Bagaimana bisa kamu mengatakan hal itu, kamu cinta pada papa atau pada hartanya!" Kali ini si bungsu Kaire yang bertanya.

"Tidak dua-duanya," jawab Melody.

Melody merasa sekarang sedang diintrogasi.

Kedua anak perempuan yang beranjak dewasa itu saling berpandangan.

"Oma kalian membutuhkan teman, lalu datang ke rumah orang tuaku dan memintaku menjadi menantunya. Apa kalian mau menjadi temanku juga? Kalian bisa memanggilku kakak."

"Lalu Papa?" cecar Kaire.

"Entahlah, papa kalian tidak butuh aku. Papa kalian tidak butuh istri, bujuklah dia untuk meninggalkanku," bisik Melody, sembari mencondongkan tubuhnya ke arah dua gadis remaja itu, seakan khawatir ada yang mendengarnya.

Lagi-lagi diu gadis itu berpandangan.

"Kamu bohong, kamu pasti gadis biasa yang berniat menjadi Cinderella di rumah ini, kan. Menikah dengan pria kaya yang matang, jika Papa tidak jatuh cinta sekarang pasti nanti dia akan jatuh cinta." Kali ini Fayanna yang berkata.

"Mana ada kisah seperti itu," sanggah Melody.

"Banyak!" Seru Fayanna.

"Dimana?" tanya Melody.

"Drakor!"

Melody tertawa mendengar jawaban Fayanna, ternyata gadis remaja itu menyukai drama dari negeri ginseng juga.

"Wah, kamu suka drama Korea? aku juga sangat menyukai drama itu. Kamu suka drama romantis, komedi, thriller, fantasi, atau horor? anya Melody mengalihkan pembicaraan.

Fayanna terdiam beberapa saat kemudian menjawab. "Aku suka semuanya tapi yang paling suka fantasi dan thriller."

"Aku juga suka fantasi, kalau drama yang menceritakan tentang penulis yang masuk ke dalam komik itu masuknya fantasi atau thriller, ya?" tanya melodi.

Sepertinya gadis itu mulai tahu bagaimana cara membangun kedekatan dengan Putri sulungnya, yaitu dengan berbagai cerita sesuatu yang sama-sama mereka sukai.

"Yang kisah dua dunia?" tanya fayana

Melodi mengangguk.

"Kalau itu sepertinya masuk ke fantasy. Aku juga suka."

"Sama aku juga suka, aku membayangkan bagaimana ceritanya bisa bertemu dengan idola kita. Semisal kita menyukai sesuatu tokoh di dalam komik lalu kita bisa bertemu dan jatuh cinta dengannya pasti seru. Aku suka sekali pemainnya dia tampan dan keren." Melody berbicara dengan antusias dengan mata berbinar-binar.

"Kamu sudah menikah, bagaimana bisa jatuh cinta pada tokoh dalam film. Papaku jauh lebih tampan dari pria itu!" Kaire berseru tidak suka dengan apa yang dibicarakan Melody.

"Tetap saja lebih tampan Presdir Kang," sahut Melody, menyebut nama tokoh dalam drama Korea yang dia bicarakan.

"Dia keren saat mengedipkan mata," sambung Melody, kukuh dengan pendapatannya. Berdebat dengan putri sambungnya bagai berdebat dengan teman.

"Lebih tampan Papa, kan, Kak?" tanya Kaire pada Faya, meminta dukungan pada kakaknya.

"Entahlah, kurasa lebih tampan Lee Jong-suk," jawab Faya.

"Kita sepaham," timpal Melody sembari mengangkat tangannya, mengajak Faya melakukan tos.

Lalu terdengar tawa keduanya bergema hingga keluar kamar membuat Santika penasaran dengan apa yang terjadi.

"Oma boleh ikutan masuk?" tanya Santika yang sudah berada di ambang pintu.

"Kalian ngapain, seru sekali," sambungnya bertanya.

"Ngomongin cowok ganteng, selain Papa," sahut Kaire dengan bibir mengerucut.

Dia si bungsu yang hingga sekarang masih dekat dengan papanya, yang tidak rela papanya dekat apalagi menikah dengan wanita lain selain mamanya. Sejak awal dia sudah bersikap jutek pada Melody, namun seperti sekarang dia mulai membuka hatinya.

"Siapa yang memulai?" tanya Santika penasaran.

"Kak Melody," jawab Faya.

"Kak?" Santika bertanya dengan dahi berkerut. Merasa aneh dengan panggilan Faya pada ibu sambungannya.

"Kami akan berteman, Ma. Nggak apa-apa kan aku di panggil kakak oleh mereka," terang Melody.

"Kalau kamu di panggil kakak, bisakah aku di panggil mama oleh mereka?" tanya Santika.

Tentu saja itu bukan hal yang benar-benar diinginkan, hanya sebuah candaan. Rumah itu mendadak ramai dengan keberadaan Melody.

Tawa mereka kembali bergema mendengar perkataan Sang Oma. Hingga membuat Erlan yang ada di lantai dua penasaran dengan kehebohan kedua putrinya. Dia tidak tahu jika yang membuat mereka begitu ceria di bawah sana adalah istri mudanya.

Pria itu bergegas turun dan ingin ikut bercanda dengan putrinya, menghilangkan penat karena memikirkan penikahannya.

"Boleh Papa ikutan bergab ...." Erlan menggantung kalimatnya, pria itu berhati melangkah saat melihat ada Melody di antara mereka.

Wanita yang sejak pertama datang sudah ditolaknya, tapi sepertinya kedua putrinya bisa menerima. Tidak seperti wanita-wanita lain yang pernah berusaha dekat dengannya sepeninggal Liliana.

🍁 🍁 🍁

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • JERAT CINTA ISTRI MUDA SANG PENGUSAHA    Bab 41

    Jerat Cinta Istri Muda 41"Aldo siapkan peralatan flyboard dan juga satu orang profesional yang bisa melakukan hal tersebut. Bawa ke sini semuanya sekarang juga," perintah Erlan pada asisten pribadinya melalui panggilan telepon."Ini sudah malam, untuk apa Bapak memerlukan hal seperti itu?" tanya Aldo."Apakah aku harus memiliki alasan saat menyuruhmu melakukan sesuatu? Lagi pula ini baru jam sembilan malam.""Baik, Pak, akan segera saya siapkan," ucap Aldo.Sebagai seorang asisten pribadi, Aldo memang seringkali mengerjakan hal-hal pribadi yang diperintahkan oleh Erlan. Tak peduli pada waktu dan jam berapa meskipun itu bukan jam kantor. Semua kebutuhan Erlan Aldo harus siap siaga untuk menyediakannya bahkan jika dia harus bekerja dua puluh empat jam. Setelah memberi perintah kepada Aldo Erlan hanya menatap sekilas pada pintu kamar di mana Melody merajuk dan masuk ke sana. Sebenarnya dia ingin membujuk, tapi mengingat hari ini Erlan sudah banyak berbuat salah pada Melody, akhirnya pr

  • JERAT CINTA ISTRI MUDA SANG PENGUSAHA    Bab 40

    Jerat Cinta Istri Muda 40Semburat warna jingga hampir terlihat di cakrawala, angin bertiup sepoi-sepoi, menerpa wajah Melody. Suasana memang romantis, tapi wanita itu sendirian menikmatinya. Erlan, suaminya yang tiba-tiba mengajaknya pergi ke pulau ini ternyata masih saja sibuk dengan urusan pekerjaannya. Melody tentu saja merasa aneh, Erlan yang kukuh ingin pergi bulan madu tapi setelah sampai tujuan malah sibuk bekerja. "Kamu lihat laut dulu sendirian ya, saya ada pekerjaan mendadak. Tidak kemana-mana, hanya ada meeting online sebentar," ucap Erlan pada Melody, saat waktu menunjukan jam tiga lewat lima puluh menit. "Meeting apa jam segini, bentar lagi orang pulang kerja," protes Melody tak percaya. "Makanya mau pulang jadi meeting dulu, Melody Sayang."Tak mau berdebat dengan suaminya, Melody akhirnya memilih untuk pergi melihat pantai sendirian. Sejak dia datang, Melody memang sangat antusias melihat tempat tersebut. Meskipun awalnya dia harus berdebat dengan Erlan karena tak

  • JERAT CINTA ISTRI MUDA SANG PENGUSAHA    Bab 39

    JERAT CINTA ISTRI MUDA 39"Adik? Memangnya untuk apa?" Tanya Melody kebingungan. Untuk apa putrinya itu meminta adik di usianya yang sekarang. Dia memang tidak terlalu memikirkan untuk segera memiliki anak. Selain karena khawatir dengan kedua putri sambungnya yang mungkin saja tak akan terima dia juga masih ingin fokus kuliah. Entahlah, untuk saat ini dia tak begitu memikirkan tentang buah hati. Ditambah lagi dia juga menggunakan kontrasepsi. "Adik kok untuk apa sih, Melody," sahut Santika. "Memangnya kamu gak pengen punya anak dari Erlan, kamu gak mau melahirkan keturunan dari kami?""Bu-bukan begitu, Ma. Tapi ini terlalu tiba-tiba." "Tiba-tiba bagaimana, kan udah pernah hamil," cecar Santika. Melody menatap suaminya berharap sang suami membantunya untuk berbicara. Hanya Erlan yang tahu kalau dia memasang alat kontrasepsi saat ini, dan juga dia bingung hendak beralasan apa pada mertuanya."Kamu sudah siap punya adik lagi? Gak malu udah gede masih punya adik bayi?" Tanya Erlan pa

  • JERAT CINTA ISTRI MUDA SANG PENGUSAHA    Bab 38

    JERAT CINTA ISTRI MUDA 38"Pa, aku mau pindah kuliah ke luar kota," kata Fayanna , saat mereka tengah asyik makan malam bersama. Erlan dan Melody berpandangan, Erlan memang sudah dengan sengaja memerintahkan Haidar ke luar kota. Bekerja di perusahaan cabang, sebenarnya Erlan hanya akan melakukan itu selama beberapa bulan saja. Penasaran dengan apa yang dikatakan Melody, apa iya putrinya benar-benar akan meminta ijin untuk kuliah di luar kota juga seperti perkataan Melody malam itu. "Ngapain sih, Kak, keluar kota segala. Kampus milik keluarga kita juga udah paling bagus di kota ini. Susah-susah amat, aku sendiri di rumah ini kalau gak ada Kakak," protes Kaire."Ada Mama," balas Fayanna. "Mama?" Kaire mengulang perkataan kakaknya. "Kak Melody," terang Fayanna . Pandangan gadis itu beralih dari adiknya ke ibu tirinya. "Iya, ngapain harus ke luar kota. Memangnya apa yang salah dengan kampus di kota ini. Lagi pula kamu masih anak-anak jangan jauh-jauh dari rumah. Udah di sini aja ken

  • JERAT CINTA ISTRI MUDA SANG PENGUSAHA    Bab 37

    JERAT CINTA ISTRI MUDA 37Suasana sejuk dan nyaman sangat terasa, juga pemandangan indahnya kota yang dihiasi oleh lampu-lampu yang berkelap-kelip terlihat sangat jelas dari tempat duduk Erlan berada sekarang. Pria itu sedang makan malam di restoran yang berada di sebuah atap gedung dengan puluhan lantai. Di depannya, duduk wanita cantik yang sejak tadi tersenyum manis padanya, Ariana."Dalam rangka apa Mas Erlan mengajakku makan malam seperti ini?" Tanya Ariana. "Banyak hal yang ingin aku bicarakan," balas Erlan. Ariana kembali tersenyum manis, hatinya seakan dipenuhi bunga-bunga. Dia merasa akan mendapatkan hati pria yang selama ini dikaguminya. Tidak sia-sia dia sudah melakukan segala cara untuk mendapatkannya."Aku banyak waktu itu itu," timpal Ariana dengan senyuman mengembang.Erlan menghirup nafas dalam-dalam sebelum memulai percakapannya."Ariana, sebagai keluarga, sebagai teman, aku meminta baik-baik padamu kali ini. Jangan menganggu keluargaku, terutama istriku. Seperti h

  • JERAT CINTA ISTRI MUDA SANG PENGUSAHA    Bab 36

    Erlan mendapatkan kabar dari orang suruhannya, mobil yang membawa Melody terakhir kali tertangkap kamera pengawas di dekat sebuah hotel. "Melody ada di hotel?" tanya Erlan. "Saya tidak yakin, Pak.""Kalau tidak yakin kenapa menghubungi, cari sampai ketemu mobil dan yang mengemudi. Lalu tanyakan di mana istriku berada," bentak Erlan penuh emosi. Bagaimana bisa dia hanya mendapatkan informasi hanya sepotong saja, meskipun memang sejak tadi dia yang terus mencecar sang pencari informasi. Erlan bergegas mengendarai mobil menuju hotel yang dimaksud oleh orang suruhannya, bisa jadi memang Melody ada di sana entah untuk apa. Tapi selama ini dia sudah berjanji pada istrinya akan percaya padanya sepenuhnya. Dan kali inipun dia tidak akan membuat keputusan yang akan merugikannya. Apapun yang dia temui nanti, Erlan akan mengedepankan percaya pada Melody.Ponsel Erlan berdering saat pria itu sedang berkendara, lelaki itu segara menerima panggilan menggunakan earphone yang terpasang di telinga

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status