JERAT CINTA ISTRI MUDA SANG PENGUSAHA

JERAT CINTA ISTRI MUDA SANG PENGUSAHA

Oleh:  Isna Arini  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.8
6 Peringkat
41Bab
9.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Melody harus menikahi dengan pria yang berusia jauh lebih tua darinya. Perjodohannya bahkan sudah di rancang oleh istri pertama dan calon mertuanya sejak Melody masih berusia belasan tahun. Erlangga, suaminya bahkan tidak pernah mencintai Melody karena rasa cintanya pada istri pertamanya. Sebagai istri muda, akankah Melody bisa membuat Erlangga jatuh cinta padanya? simak kisahnya yuuk. Rate bintang lima dan vote yaa, terima kasih ^_^

Lihat lebih banyak
JERAT CINTA ISTRI MUDA SANG PENGUSAHA Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Ceceby Hp
Good I likèd
2024-03-05 13:38:20
1
user avatar
Kay Anandya
keren dan memantik rasa penasaran
2024-02-21 21:40:23
2
user avatar
Ernoth
lanjut thor
2023-09-21 10:33:50
1
user avatar
Fika R H
semangat nulisnya kak
2023-09-15 18:58:46
0
user avatar
Isna Arini
Dukung yukk, baca dan jangan lupa vote. Terima kasih
2023-08-15 15:08:15
2
default avatar
Fitri
Karya nya kk isna Arini emg teh best,suka kli sam ceritanya,ditunggu update terbarunya ya kk jangan lma2
2024-02-02 23:10:56
0
41 Bab
Surat Perjanjian
Pintu kamar terbuka, tampak seorang wanita muda yang hendak membuka baju, kembali mengancingkan baju yang hampir terbuka tersebut dan segera membelakangi pintu. "Temui aku di ruang kerja jika sudah selesai berganti baju." Suara bariton itu memberi perintah. Tentu saja dia yang datang, siapa lagi yang berani keluar masuk kamar ini tanpa permisi kecuali dia. Si pemilik kamar ini, pria yang tadi pagi sudah menikahi wanita tersebut, Melody Elvina Haniyah di depan penghulu. Erlangga Surya Pratama, pria matang dan mapan, dengan usia terpaut dua puluh tahun dengan Melody. "Ruang kerja tidak jauh dari kamar ini, dengan pintu berwarna coklat," sambung Erlan sebelum akhirnya dia kembali keluar dari kamar tersebut. Dengan segera, Melody berganti pakaian dengan pakaian rumahan, kemudian bergegas menuju ruang kerja Erlan seperti yang dia perintahkan barusan. Langkah wanita itu berhenti di depan pintu yang dimaksud, dia segera mengetuk pintu yang berdiri kokoh di depannya. Tak lama kemudian te
Baca selengkapnya
Bagaimana Malam Pertamanya?
Dengan kesal, Melody kembali ke kamar mereka. Kamar yang dihias indah untuk pengantin baru, sambil menggerutu gadis itu memilih untuk tidur di sofa yang ada di kamar tersebut. "Tidak boleh menyentuh kecuali pihak pertama yang menginginkannya, ciih. Dia pikir dia itu siapa? Dasar bapak-bapak," gerutu Melody sembari menghempaskan tubuhnya di atas sofa dan menyelimuti tubuh hingga menutupi seluruh tubuhnya tidak terkecuali wajah. Erlan meyebut dirinya pihak pertama dan Melody pihak ke dua di dalam kertas yang tadi gadis itu tanda tangani. "Kalau tahu aku harus membayar biaya kuliah dengan menikahinya lebih baik aku mencari beasiswa di kampus lain. Ah, apa semua mahasiswa yang lolos seleksi penerima beasiswa itu akan memiliki nasib yang sama denganku." Melody masih bergumam di balik selimut, sebelum akhirnya matanya semakin berat dan terpejam.Di tempat lain, lebih tepatnya di ruang kerja Erlan. Pria itu duduk bersandar pada sofa di ruang kerjanya dengan pandangan menerawang. Menatap l
Baca selengkapnya
Panggil Aku Kakak
"Betul begitu, Erlan?" tanya Santika sambil tertawa. "Melody masih muda, santai saja. Mama tidak buru-buru pengen punya cucu juga," sambungnya.Bukan apa, dia hanya tidak ingin Melody yang masih muda itu harus kaget dengan putranya yang berusia jauh di atasnya. Di tambah lagi, tidak ada pemberitahuan sebelumnya jika dia ingin menjadikan Melody menantunya. Beberapa kali bertemu dengan Melody, membuat Santika tertarik pada gadis itu. Dia pandai berbicara dan menarik hati lawan bicaranya, bahkan dia yang tidak mudah dekat dengan orang lain langsung tertarik dan nyaman saat pertama kali bertemu dengannya. Benar kata mending menantunya, kalau Melody akan bisa menggantikan Liliana sebagai teman bicaranya. Sejak meninggalnya sang suami, Santika makin malas keluar rumah, konon katanya dia seorang introvet. Jika dulu dia masih berpergian untuk mendampingi suaminya, kini dia lebih banyak menyendiri dan hanya dengan Liliana saja dia berbagai cerita. "Apaan sih, Ma. Itu privasi, jangan banya
Baca selengkapnya
Godaan Yang Berujung ....
"Masuk, Pa," ucap Kaire, mempersilahkan papanya untuk ikut masuk ke dalam kamar kakaknya. Melody menggeser kursinya kembali ke meja belajar, memberi ruang pada Erlan untuk berada di antara kedua putrinya. "Seru sekali, ngomongin apaan?" tanya Erlan sembari mengusap rambut Kaire. "Ngomongin panggilan, Oma minta dipanggil mama sama kita," sahut si Bungsu.Erlan menatap mamanya dengan dahi berkerut."Melody dipanggil kakak oleh mereka, jadi aku mau juga dipanggil dengan panggilan yang terkesan muda," terang Santika, melanjutkan candaannya."Kakak?" Erlan mengulang kosakata tersebut. "Aku keluar ya," ucap Melody sembari beranjak dari duduknya. "Kemana?" tanya Faya. "Mau nontonin Oppo," sahut Melody sambil tersenyum manis. Melody terus melangkah, hingga tubuhnya hilang dibalik pintu dan dipandangi oleh semua orang yang ada di kamar Faya."Aku ikut," seru Faya sembari berlarian mengikuti Melody. Faya mensejajarkan langkahnya di samping gadis yang sejatinya berstatus sebagai ibu samb
Baca selengkapnya
Bukan Mimpi
"Bapak bisa ke kamar sendiri?" tanya Aldo, asisten pribadi Erlan.Tidak mungkin Aldo mengantarkan pria itu hingga masuk ke rumah dan kamarnya karena sekarang ada wanita yang harus dijaga privasinya. Atasannya itu sekarang sudah memiliki seorang istri. "Bisa, aku hanya pusing dan berkunang-kunang, bukan pingsan. Aku memintamu menjemputku karena tidak mungkin menyetir sendirian, kamu pulang saja," jawab Erlan sambil berjalan tertatih masuk ke dalam rumah. Saat menaiki tangga menuju kamarnya yang ada di lantai dua, dia harus mengejap dan menggelengkan kepalanya agar bisa melihat anak tangga dan berpijak dengan benar.Erlan yang tidak pernah meminum alkohol, akhirnya hari ini meminum juga untuk menghormati rekan bisnisnya. Hanya beberapa gelas yang masuk ke perutnya sudah membuat pria itu hampir kehilangan kesadaran, kepalanya pusing, pandangannya juga mengabur. Sehingga dia harus memanggil asistennya untuk menjemput dan menyetir mobilnya. Pria itu langsung merebahkan diri di pembaring
Baca selengkapnya
Terjadi Sesuatu di Antara Kita?
Terjadi Sesuatu di antara Kita?Erlan bangun dengan kepala yang masih pusing. Dia memindai kamar, terlihat bajunya berserakan di lantai. "Astaga ... apa yang aku lakukan semalam, apa tadi malam bukan mimpi dan aku melakukannya dengan wanita itu," lirih Erlan. Dia menatap ke samping tempatnya tertidur, tidak ada Melody di sampingannya, wanita itu terlihat masih tertidur pulas di sofa. "Apa semalam aku melucuti pakaianku sendiri dan menggila sendiri di ranjang ini karena mabuk? apa Melody melihatnya," batin Erlan bertanya-tanya. Erlan segera mengenakan boxer lalu berjalan perlahan ke arah sofa di mana Melody tertidur lelap. "Dia masih tidur, apa semalam aku benar-benar bermimpi melakukannya dengan Liliana. Mimpi yang terasa nyata," batin Erlan. Pria itu lantas mengabaikan Melody dan memilih ke kamar mandi untuk membersihkan diri. ***"Setelah sarapan, temui aku di ruang kerja," perintah Erlan yang lebih dulu selesai dengan sarapannya. Sarapan kali ini lengkap, anak-anak sudah ma
Baca selengkapnya
Ego Yang Terluka
"Hai Melody," sapa seorang pria. Melody langsung menghentikan langkahnya, berbalik dan melihat siapa yang memanggilnya."Haidar?" Gumam Melody. "Kamu kuliah di sini lagi?" tanya Haidar begitu jarak mereka sudah dekat. "Iya," balas Melody. Setelah semua persyaratan kuliah diurus oleh asisten suaminya, Melody tinggal masuk kuliah dengan nyaman dan tenang. Sepertinya menjadi orang kaya memang serba mudah, tinggal menyuruh orang melakukan pekerjaan dan terima beres. "Ayo ngobrol di kantin. Banyak yang ingin aku bagi denganmu." Pria bernama Haidar itu mengajak Melody ke tempat yang lebih nyaman, dari pada berbicara sambil berdiri seperti sekarang. Melody berpikir sejenak. "Ayolah," bujuk Haidar lagi. Wanita itu akhirnya tidak bisa menolak dan mengikuti keinginan Haidar. Mereka tidaklah terlalu dekat tapi memang cukup saling mengenal. Keduanya sama-sama penerima beasiswa jalur prestasi di Universitas tersebut, universitas milik keluarga Erlangga. Dua gelas jus terhidang di meja, di
Baca selengkapnya
Hamil??
Smartphone Melody terus berdering, dari nomor yang sama tapi tanpa nama. Dua kali dia mengabaikannya namun ponsel pintar itu kembali berdering. "Aku angkat dulu ya, kayaknya penting." Melody berkata pada Hadiar yang ada di depannya. Pria itu mengangguk. Melody segera menggeser layar ponsel untuk menerima panggilan. "Dengan Ibu Melody," sapa pria di ujung telepon."Iya benar.""Maaf, Bu, mengganggu. Ini Aldo asisten pribadi Pak Erlan. Ibu sedang bersama Bapak, tadi beliau pergi dari kantor tiba-tiba, katanya mau ke kampus. Saya pikir mau menjemput ibu, tapi ini sebentar lagi ada metting penting," papar Aldo panjang lebar, menjelaskan kenapa dia menelepon Melody. "Kenapa tidak menelepon Mas Erlan langsung? Saya belum bertemu dengannya," balas Melody."Ponselnya tidak aktif, Bu.""Penting, Mas?" tanya Melody. "Iya.""Ya sudah, coba saya cari dulu ya.""Terima kasih, Bu."Sambungan telepon diputus, Melody segera kembali menemui Haidar dan berpamitan. Mengatakan ada urusan penting, p
Baca selengkapnya
Sesal Yang Terlambat
Sesal yang terlambat***"Minum ini, sekarang juga!""Apa itu, Mas?" tanya Melody."Minum dan jangan banyak tanya," geram Erlan dengan pandangan nyalang. Menatap Melody yang berbaring di tempat tidur."Apa yang kamu lakukan, Mas?" tanya melody dengan ketakutan ketika melihat suaminya membuka sebuah botol yang dia tidak ketahui berisi apa dan hendak memaksanya untuk meminumnya.Dari tatapan mata Erlan, dia menduga kalau isi botol itu bukanlah sesuatu yang baik."Melenyapkan anak haram yang ada di dalam perutmu," jawab Erlan tanpa ekspresi.Ketakutan benar-benar semakin menguasai Melody mendengar jawaban dari suaminya. Bagaimanapun juga dia tidak ingin suaminya membunuh darah dagingnya sendiri, dan dia juga tidak rela jika calon anak yang di dalam kandungannya meninggal dengan cara seperti itu.Sepulang dari kampus dengan keadaan muntah-muntah tadi, mertuanya langsung memintanya cek kehamilan saat itu juga dan hasilnya benar-benar positif. Namun sejak dari dokter, Erlan tidak terlihat b
Baca selengkapnya
Pulang Atau ....
"Nggak apa-apa, kamu masih sangat muda masih bisa hamil lagi." Santika menghibur menantunya yang tergolek lemas di ranjang pasien.Baru saja beberapa hari yang lalu wanita itu begitu bahagia saat mengetahui Melody hamil, lalu tiba-tiba sekarang harus bersedih karena menantunya keguguran.Melodi hanya bisa menggigit bibir menahan kesedihan di hatinya, apa jadinya jika mertuanya itu tahu yang menjadi sebab dirinya keguguran adalah suaminya sendiri. "Ma, pulang dari sini bolehkah aku pergi ke rumah orang tuaku dulu. Aku ingin ada di sana untuk sementara waktu," pinta Melody pada sang mertua."Mama tidak keberatan kamu pulang ke rumah orang tuamu, mungkin kamu ingin menenangkan diri di sana, tapi bagaimana dengan Erlan apakah dia akan memberimu izin.""Mas Erlan pasti akan memberikan izin padaku, Ma. Lagi pula, dari habis menikah aku belum pernah mengunjungi orang tuaku."Erlan belum memberinya ijin untuk pulang ke rumah orang tuanya, dan Melody juga belum memintanya. Melody terus membun
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status