Compartir

Bab. 4

last update Última actualización: 2025-08-29 09:00:29

Hujan di bulan ini, seolah menari-nari dari atas langit. Gemuruh petir  yang sesekali terdengar, bagai denting piano yang mengalunkan sajak duka.

    Alma mengusap air mata yang tak sengaja jatuh dari netra sendunya.

    Sejauh ini perjalanan takdir membawanya pada muara luka yang seolah tak ada tepiannya.

    "Melamun, Nduk? Kenapa nggak dimakan singkongnya?"

    Suara tua ibunya menyadarkan Alma dari lamunan yang membanya menari pada pusaran duka hidupnya.

    "Nunggu dingin, Bu. Masih panas banget."

    Alma berpura meniup singkong rebus itu yang sudah tak menguarkan asapnya.

    Sepagi ini ia sudah ada di rumah ibunya. Hatinya gamang meninggalkan rumah besar juragan Darsa setelah apa yang lelaki itu lakukan padanya.

    Meski ada sedikit rasa bersalah, sebab pergi tanpa pamit pada Asha. Anak kecil itu sangat dekat dengannya, bahkan nekat memanggilnya bunda.

    Oh, panggilan itu yang Alma sangat rindukan pada pernikahannya di masa lalu.

    "Kamu sakit, Nduk? Apa pekerjaanmu sangat berat di rumah juragan itu?"

    "Sedikit, Bu. Putrinya juragan Darsa tidur di lantai atas, jadi saya sering bolak balik untuk mengambil keperluannya."

    Alma kemudian menghirup teh pandan buatan ibunya. Hangat teh itu sedikit melegakan tenggorokannya yang terasa pahit.

    "Ibu kira kamu hanya jadi tukang cuci gosok di rumah itu."

    "Awalnya begitu bu. Tapi mbak Asha mau saya yang mengurusnya termasuk mengantarnya ke sekolah. Memang gajinya lebih banyak. Jadi saya ambil saja bu."

    Alma menghirup lagi teh dalam gelas bertangkai itu. Gelas hadiah sabun colek yang di beli ibunya di warung.

    Kemudian ia mencomot dan mengunyah singkong rebus itu yang mulai dingin.

    Di benaknya terbayang wajah mungil putri juragan Darsa. Anak itu sangat dekat dengannya.

    Rindu juga Alma pada gadis kecil berhidung bangir itu.

    "Lalu kamu pulang sepagi ini, apa Asha itu ijinkan?"

    "Dia belum bangun tadi, Bu."

    'Bahkan belum ada yang bangun tadi.'

    Ya, belum ada yang bangun tadi saat Alma meninggalkan rumah besar itu.

    Bahkan mentari masih belum menampakkan ufuknya sama sekali saat Alma tertatih mengayuh sepeda tua miliknya meninggalkan  rumah besar itu dan pemiliknya yang masih mendengkur setelah menodainya semalam.

    "Ya, sudah. Istirahatlah. Ibu akan ke kebun dulu. Sepertinya ada sawi yang bisa dipanen."

    Alma menatap punggung ringkih ibunya. Sebak di dadanya bersimbah melihat tubuh kurus wanita yang telah melahirkannya.

    Dulu saat masih  bersama Dirman, Alma akan rutin mengirim uang bulanan untuk ibunya. Namun sekarang, ia baru mulai bekerja lagi.

    Sayangnya, harusnya hari ini ia ambil gaji pertamanya sebagai pengasuh anak sang majikan. Namun, ia memilih pulang sesubuh tadi, membawa luka dan malu dalam hati.

    Ia yang di nodai tapi juga merasakan malu. Sebab sentuhan itu juga ia nikmati sedikit.

    Alma menatap hujan satu-satu yang turun berlomba menjadi gerimis halus. Kepalanya dipenuhi bayangan juragan Darsa dan putrinya.

    Perasaannya terganggu. Hatinya berkecamuk. Ia dilema dengan takdir yang sedang mengombang ambingkan hidupnya.

    Setelahnya Alma memilih masuk ke dalam kamar berdipan sederhana itu. Ia pejamkan mata, lalu tertidur dalam dekapan hujan yang kembali gemuruh.

***

Dirumah ibunya sana, Alma sudah tertidur dengan tenang. Hati dan raganya benar-benar lelah dengan apa yang telah dilaluinya.

Sementara di rumah besar juragan Darsa terdengar kepanikan mbok Karti dan suara tangis sang putri. Anak kecil itu mencari Alma. Badannya tiba-tiba terserang demam. Sementara juragan Darsa juga sama paniknya. Saat terbangun tadi, ia tak melihat ada Alma di sampingnya, ia berusaha mencari ke dapur tapi juga sama. Orangnya tak ada.

“Kemana Alma sepagi ini?”

Juragan Darsa bertanya, berpura tenang. Padahal ia pun tahu bila wanita itu pergi pasti karna ulahnya semalam.

Bahkan sepagi tadi, lelaki tinggi besar ini berharap tak ada pekerja lain yang melihatnya keluar dari kamar sang pengasuh putrinya.

“Sepertinya pulang, Juragan. Tadi pagi buta sepulang shalat subuh saya melihatnya naik sepeda ke arah rumah ibunya.”

Pak Samin yang menjawab. Benar, tadi pagi pak Samin melihat Alma dari jauh sedang mengayuh sepeda ke rumah ibunya.

“Apa memang dia libur hari ini?”

Suara berat itu masih memburu tanya. Lelaki ini pun tak tenang dibuatnya. Bagaimana kalau Alma pulang dan memilih tak kembali ke rumah ini. sungguh rasa bersalah benar-benar akan menghantam perasaan lelaki ini.

“Mau bunda Alma, Pa.” rengekan suara serak putrinya semakin menambah kecemasan juragan Darsa.

“Iya, Juragan. Mbak Alma hari ini libur. Ini hari minggu. Tapi sepertinya dia juga sakit, dari kemarin wajahnya terlihat pucat.” Mbok Karti yang kini berbicara. Wanita tua ini bisa merasakan bila ada sesuatu yang terjadi antara majikannya dan Alma.

“Benar kah?” kalau begitu pak Samin tolong ke rumah Alma sekarang. Cek kondisinya dan sampaikan padanya bila Asha juga sakit dan memintanya dan mencarinya.”

“Baik, Juragan!” pak Samin baru akan beranjak, saat Alma menangis menjerit. Gadis kecil itu ingin ikut ke rumah pengasuhnya.

“Mau ikut. Asha mau ke rumah bunda Alma!”

“Asha kamu sakit. Tunggu bunda Alma disini, ya” juragan Darsa berusaha membujuk putrinya.

“Kalau begitu papa yang jemput bunda Alma. Bukan pak Samin!”

Lalu hening sejenak. Pak Samin akhirnya memilih keluar untuk memanaskan mobil Rocky yang biasa juragan Darsa gunakan. Itu mobil tua, tapi body dan mesinnya masih sangat kuat.

Juragan Darsa diam sejenak, ia tak enak hati pada mbok Karti. Bagaimana mungkin dia yang harus menjemput Alma ke rumahnya.

Namun detik kemudian mbok Karti menyadarkan lamunan lelaki ini.

“Maaf juragan. Sepertinya non Asha bukan hanya membutuhkan mbak Alma,”

“Maksudnya, Mbok?”

“Non Asha, butuh mama baru, Juragan!”

**

Bersambung.

Continúa leyendo este libro gratis
Escanea el código para descargar la App

Último capítulo

  • JERAT CINTA JURAGAN TUA   Bab. 5

    “Kamu ngga masak lagi, Sar?”Lingga berjalan gontai ke arah dapur yang terlihat berantakan. Piring kotor menumpuk belum dicuci, gelas yang semalam ia gunakan minum kopi pahit, juga masih teronggok di atas kitchen sink. Hidung lelaki ini juga mencium bau yang kurang sedap. Sepertinya itu sisa makanan yang belum sempat di buang.“Nggak, Mas. Aku lemas banget. Kamu dari mana sepagi ini?”Sarah malah balik bertanya, sebab ia heran melihat Dirman kembali setelah pamit membuang sampah, namun ada kantong hitam yang suaminya itu bawa dalam genggaman.Ah, pada akhirnya ia berhasil memiliki lelaki ini. bukan hanya ia milik tapi juga ia kuasai dan … bisa mengaturnya. Sarah merasa makin aman dengan pernikahan sirinya ini. meski taka da restu dari ibunya Lingga, tapi setidaknya bayi dalam perutnya terselamatkan dengan lahir setelah pernikahannya.“Dari rumah ibu.”“Oh, bawa apa?”“Ibu kasi nasi kuning buat sarapan. Tuh ada dua bungkus, satu buat kamu. Kalau mau.”Lingga berlalu, tak menghiraukan

  • JERAT CINTA JURAGAN TUA   Bab. 4

    Hujan di bulan ini, seolah menari-nari dari atas langit. Gemuruh petir yang sesekali terdengar, bagai denting piano yang mengalunkan sajak duka. Alma mengusap air mata yang tak sengaja jatuh dari netra sendunya. Sejauh ini perjalanan takdir membawanya pada muara luka yang seolah tak ada tepiannya. "Melamun, Nduk? Kenapa nggak dimakan singkongnya?" Suara tua ibunya menyadarkan Alma dari lamunan yang membanya menari pada pusaran duka hidupnya. "Nunggu dingin, Bu. Masih panas banget." Alma berpura meniup singkong rebus itu yang sudah tak menguarkan asapnya. Sepagi ini ia sudah ada di rumah ibunya. Hatinya gamang meninggalkan rumah besar juragan Darsa setelah apa yang lelaki itu lakukan padanya. Meski ada sedikit rasa bersalah, sebab pergi tanpa pamit pada Asha. Anak kecil itu sangat dekat dengannya, bahkan nekat memanggilnya bunda. Oh, panggilan itu yang Alma sangat rindukan pada pernikahannya di masa lalu. "Kamu sakit, Nduk? Apa pekerjaanmu sanga

  • JERAT CINTA JURAGAN TUA   Bab. 3

    Gemuruh hujan diluar sana seolah bekerja sama meredam suara kesakitan dan juga kemarahan Alma.“Sakit, Tuan. Kumohon hentikan!”Jemari Alma bahkan menarik-narik rambut cepak lelaki tinggi besar ini, namun juragan Darsa kadung birahi. Sentuhan alkohol dalam darahnya membuatnya tak mampu membendung libido birahinya yang terlanjur terbakar.“Enak, Alma.”Lelaki ini merasakan nikmat luar biasa. Ia tahu saja Alma seorang janda, namun gerakannya di bawah sana sempat kesulitan sebelum batang besarnya benar-benar tenggelam dalam palung basah milik Alma.Juragan Darsa terus bergerak. Gerakan pinggulnya yang cukup brutal menggambarkan bagaimana Alma tak mampu melawan kungkungan dahsyat lelaki ini.Dingin yang membias dari ventilasi jendela kamar itu, seolah tak mampu meredam panasnya gairah terlarang yang juragan Darsa berikan pada Alma.Sakit dan perih itu memang ada, tapi nikmat seks itu juga perlahan Alma rasakan. Ini sungguh jauh berbeda dengan pernikahan pertamanya bersama Dirman. Hampir s

  • JERAT CINTA JURAGAN TUA   Bab. 2

    Hujan mengguyur deras malam itu. Angin menampar jendela-jendela tua rumah besar milik Juragan Darsa. Suara gemuruhnya menelan malam dalam kebisuan mencekam. Di balik bilik dapur yang remang, Alma masih membereskan piring kotor. Tubuhnya yang ramping dibalut daster panjang sederhana, rambutnya dijepit rapi, menyisakan poni yang sedikit melengkung di keningnya. Wajahnya ayu, teduh—terlampau ayu untuk seorang janda muda yang bekerja sebagai pembantu. Meski lelah jelas tergambar di wajahnya. Namun ayunya juga terukir tegas.Langit mulai menggantungkan mendungnya sejak siang. Awan kelabu berkumpul, menciptakan nuansa murung yang menggantung di seluruh penjuru rumah Darsa Wijaya.Alma berdiri di dapur, menatap jendela yang mulai dihiasi tetes air hujan. Di luar sana, pohon-pohon bergoyang pelan diterpa angin. Aroma tanah basah menyusup masuk lewat celah-celah kusen kayu.Tangannya sibuk mencuci beras, tapi pikirannya entah ke mana. Masih terngiang kejadian malam tadi. Sentuhan yang tidak se

  • JERAT CINTA JURAGAN TUA   Bab. 1

    Tiga bulan berlalu. Alma hidup tanpa suami, tanpa pekerjaan tetap. Tanpa arah. Sementara bu Afifah-ibunya Alma juga semakin menua. Hasil kebun yang tak seberapa tentulah tak mencukupi kebutuhan mereka. Mungkin bisa saja hidup dari hasil kebun mereka, tapi yang kelolah adalah paman Bahri yang tentu saja hasilnya harus dibagi dengan beliau.Pekerjaan apa yang bisa didapatkan dirinya yang hanya tamatan SMA. Mungkin bisa jadi kasir di perbatasan kota, tapi Alma tak punya kendaraan untuk bolak balik. Kalau harus menyewa kost, sisa gajinya mungkin hanya bertahan dua minggu.Lalu dengan bantuan seorang tetangganya yang baik hati, Alma menerima tawaran pekerjaan sebagai pembantu di rumah milik seorang juragan tembakau.“Juragan Darsa membutuhkan pengasuh untuk putrinya dan tukang setrika untuk menggantikan saya.”“Kenapa mbak Mirna berhenti?”“Mas Rahmat ingin merantau ke Kalimantan, Al. memang juragan tak pelit memberi gaji. Tapi, mas Rahmat juga kehidupan kami berubah.”Lalu dengan setengah

  • JERAT CINTA JURAGAN TUA   Prolog

    Prolog.**Hujan jatuh seperti doa yang tak pernah sampai. Di luar jendela, langit berwarna kelabu, seakan ikut merasakan kesedihan yang membuncah dalam dada Alma. Ia berdiri mematung di depan meja makan, tangannya menggenggam ujung celemek yang masih melekat di tubuhnya. Aroma gulai ayam yang baru saja ia masak masih menggantung di udara, tapi kini semuanya terasa hambar.Di hadapannya, seorang pria berdiri dengan wajah datar. Mata tajamnya menatap Alma tanpa sedikit pun ragu. Di balik tubuh pria itu, seorang wanita berperut buncit berdiri dengan dagu terangkat tinggi. Wajahnya cantik, senyumannya penuh kemenangan. Sarah.Lingga Laksono menghela napas panjang sebelum akhirnya mengucapkan kalimat yang meremukkan seluruh dunia Alma."Aku menceraikanmu, Alma." Suaranya dingin, tak bergetar sedikit pun.Seakan waktu berhenti, suara hujan yang jatuh di genting menjadi latar bagi hati yang luruh dalam kepedihan. Alma menggigit bibirnya, menahan gemetar di dadanya. Matanya menatap suaminya,

Más capítulos
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status