Dunia Alma hancur ketika suaminya memilih wanita lain dan menceraikannya tanpa belas kasihan. Hidupnya berubah drastis—dari seorang istri yang dicintai menjadi seorang wanita yang harus berjuang sendiri. Dalam keterpurukannya, Alma menerima pekerjaan sebagai pembantu di rumah seorang juragan tembakau yang dikenal tegas dan berwibawa, Darsa Adiwijaya, seorang duda beranak satu. Namun, siapa sangka, di balik ketegasannya, Darsa diam-diam menaruh hati pada Alma. Hingga suatu malam, dalam remang-remang cahaya, batasan antara mereka goyah. Sentuhan tak disengaja itu mengguncang hati keduanya, memantik api yang sulit dipadamkan. Segalanya semakin rumit ketika Alma mengetahui bahwa juragan yang kini menginginkannya adalah atasan di tempat kerja mantan suaminya. Rahasia, dendam, dan gairah bercampur dalam pusaran takdir yang tak terduga. Apakah Alma akan jatuh ke dalam jerat cinta sang juragan tua? Ataukah masa lalu kembali menyeretnya ke jurang luka yang lebih dalam? “Jerat Cinta Juragan Tua” adalah kisah tentang luka, kesempatan kedua, dan api asmara yang menyala di tempat tak terduga.
View MoreProlog.
**
Hujan jatuh seperti doa yang tak pernah sampai. Di luar jendela, langit berwarna kelabu, seakan ikut merasakan kesedihan yang membuncah dalam dada Alma. Ia berdiri mematung di depan meja makan, tangannya menggenggam ujung celemek yang masih melekat di tubuhnya. Aroma gulai ayam yang baru saja ia masak masih menggantung di udara, tapi kini semuanya terasa hambar.
Di hadapannya, seorang pria berdiri dengan wajah datar. Mata tajamnya menatap Alma tanpa sedikit pun ragu. Di balik tubuh pria itu, seorang wanita berperut buncit berdiri dengan dagu terangkat tinggi. Wajahnya cantik, senyumannya penuh kemenangan. Sarah.
Lingga Laksono menghela napas panjang sebelum akhirnya mengucapkan kalimat yang meremukkan seluruh dunia Alma.
"Aku menceraikanmu, Alma." Suaranya dingin, tak bergetar sedikit pun.
Seakan waktu berhenti, suara hujan yang jatuh di genting menjadi latar bagi hati yang luruh dalam kepedihan. Alma menggigit bibirnya, menahan gemetar di dadanya. Matanya menatap suaminya, mencari jawaban dalam sorot mata pria yang pernah ia cintai sepenuh jiwa.
"Kenapa?" Suaranya lirih, nyaris tenggelam dalam isak yang tertahan. Bahkan sendok yang sup yang dipegangnya, jatuh bergerincing di atas lantai.
Lingga menghembuskan napas kasar, matanya sedikit berkilat, tapi bibirnya tetap membentuk garis tegas. "Aku butuh keturunan, Alma. Aku ingin menjadi seorang ayah, dan kau… kau tidak bisa memberikannya padaku."
Alma tersentak. Kata-kata itu menamparnya lebih keras daripada tamparan tangan yang pernah ia bayangkan. Hatinya seakan diremas-remas tanpa ampun.
"Dua tahun ini… kamu menunggu hanya untuk mengatakan ini padaku?" suara Alma bergetar, matanya mulai berkabut.
Sarah yang sejak tadi diam akhirnya melangkah mendekat, tangannya membelai perut buncitnya dengan angkuh. "Kami tidak ingin menyakitimu, Alma. Tapi aku mengandung anak Lingga. Ini adalah takdir. Aku bisa memberikan apa yang tidak bisa kau berikan padanya. Bukankah lebih baik kau merelakan?"
Alma merasakan dadanya sesak. Air mata yang selama ini ia tahan mengalir perlahan di pipinya. Sejak kapan? Sejak kapan suaminya mulai berpaling? Sejak kapan ia menjadi orang asing di rumahnya sendiri?
"Jadi… selama ini kamu mengkhianatiku?" suara Alma hampir seperti bisikan. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya.
Lingga tidak menjawab, hanya membuang muka ke arah lain. Dan itu lebih menyakitkan daripada jawaban apa pun yang bisa ia berikan.
"Dua tahun, Mas Lingga… Dua tahun aku mencintaimu tanpa syarat. Aku menunggu keajaiban yang mungkin tak akan pernah datang. Aku berdoa setiap malam agar kau tetap di sisiku, agar kita bisa tetap bersama meski tanpa seorang anak. Tapi rupanya… kau memilih jalan lain." Alma tertawa kecil, getir. "Kamu memilihnya."
Lingga akhirnya menatapnya. Ada sedikit bayangan ragu di matanya, tapi detik berikutnya, Sarah meraih tangannya, menggenggamnya erat. Kemudian ragu itu sirna.
"Alma, aku tidak ingin menyakitimu lebih lama lagi. Aku hanya ingin bahagia. Aku ingin menjadi ayah. Kumohon, pergilah dengan tenang. Aku akan memberimu kompensasi, rumah, dan uang…"
PLAK!
Tamparan itu datang begitu cepat, begitu keras, membuat Lingga terdiam. Pipinya memerah, dan matanya melebar karena terkejut. Sarah tersentak, mundur beberapa langkah.
"Kamu pikir aku ini apa, Mas?" suara Alma rendah, tapi tajam. "Aku mencintaimu dengan segenap hati, tapi kau menginjak-injak kesetiaanku seperti ini. Kamu menghancurkan pernikahan kita hanya demi wanita ini? Hanya demi alasan yang begitu dangkal?"
Tatapan Alma tajam menembus kepengohan selingkuhan suaminya. Wanita itu terlihat gentar sebentar.
Sarah mendengus, melipat tangan di depan dada. "Kau tidak bisa memberinya keturunan, Alma. Itu bukan kesalahan Lingga."
Alma menoleh padanya, mata penuh luka dan amarah. "Dan kau memilih untuk merebut suami orang demi itu?"
Sarah tersenyum miring. "Bukan salahku jika Lingga mencintaiku lebih dari dia mencintaimu."
Alma menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri meski hatinya hancur berantakan. Ia menatap Lingga untuk terakhir kalinya. Pria yang dulu ia kenal telah berubah menjadi seseorang yang tak lagi memiliki hati.
"Baiklah," kata Alma akhirnya, suaranya terdengar rapuh. "Jika ini yang mas inginkan, aku akan pergi."
Sarah tersenyum puas, sementara Lingga tampak sedikit tegang. Alma menoleh ke sekeliling rumah yang selama ini ia rawat dengan cinta, rumah yang menjadi saksi bisu dari impiannya yang kini telah hancur.
Tanpa kata lagi, Alma berbalik, melangkah keluar dari rumah itu. Hujan deras menyambutnya, membasahi tubuhnya, tapi ia tak peduli. Ia berjalan tanpa tujuan, membiarkan setiap tetes air mencuci luka yang baru saja digoreskan begitu dalam.
Diusapnya perut yang tak pernah terisi benih yang diinginkan oleh suaminya
Langit menangis bersamanya. Hatinya porak-poranda, tapi satu hal yang ia tahu pasti, ia tidak akan pernah memaafkan pengkhianatan ini.
Alma berjalan, menapaki hidupnya. Walau terombanga ambing saat itu, namun pada akhirnya hidup wanita ini berwajah teduh ini bermuara di sebuah rumah berlantai dua, milik seorang juragan tembakau berumur hampir setengah abad.
***
Gemuruh hujan diluar sana seolah bekerja sama meredam suara kesakitan dan juga kemarahan Alma.“Sakit, Tuan. Kumohon hentikan!”Jemari Alma bahkan menarik-narik rambut cepak lelaki tinggi besar ini, namun juragan Darsa kadung birahi. Sentuhan alkohol dalam darahnya membuatnya tak mampu membendung libido birahinya yang terlanjur terbakar.“Enak, Alma.”Lelaki ini merasakan nikmat luar biasa. Ia tahu saja Alma seorang janda, namun gerakannya di bawah sana sempat kesulitan sebelum batang besarnya benar-benar tenggelam dalam palung basah milik Alma.Juragan Darsa terus bergerak. Gerakan pinggulnya yang cukup brutal menggambarkan bagaimana Alma tak mampu melawan kungkungan dahsyat lelaki ini.Dingin yang membias dari ventilasi jendela kamar itu, seolah tak mampu meredam panasnya gairah terlarang yang juragan Darsa berikan pada Alma.Sakit dan perih itu memang ada, tapi nikmat seks itu juga perlahan Alma rasakan. Ini sungguh jauh berbeda dengan pernikahan pertamanya bersama Dirman. Hampir s
Hujan mengguyur deras malam itu. Angin menampar jendela-jendela tua rumah besar milik Juragan Darsa. Suara gemuruhnya menelan malam dalam kebisuan mencekam. Di balik bilik dapur yang remang, Alma masih membereskan piring kotor. Tubuhnya yang ramping dibalut daster panjang sederhana, rambutnya dijepit rapi, menyisakan poni yang sedikit melengkung di keningnya. Wajahnya ayu, teduh—terlampau ayu untuk seorang janda muda yang bekerja sebagai pembantu. Meski lelah jelas tergambar di wajahnya. Namun ayunya juga terukir tegas.Langit mulai menggantungkan mendungnya sejak siang. Awan kelabu berkumpul, menciptakan nuansa murung yang menggantung di seluruh penjuru rumah Darsa Wijaya.Alma berdiri di dapur, menatap jendela yang mulai dihiasi tetes air hujan. Di luar sana, pohon-pohon bergoyang pelan diterpa angin. Aroma tanah basah menyusup masuk lewat celah-celah kusen kayu.Tangannya sibuk mencuci beras, tapi pikirannya entah ke mana. Masih terngiang kejadian malam tadi. Sentuhan yang tidak se
Tiga bulan berlalu. Alma hidup tanpa suami, tanpa pekerjaan tetap. Tanpa arah. Sementara bu Afifah-ibunya Alma juga semakin menua. Hasil kebun yang tak seberapa tentulah tak mencukupi kebutuhan mereka. Mungkin bisa saja hidup dari hasil kebun mereka, tapi yang kelolah adalah paman Bahri yang tentu saja hasilnya harus dibagi dengan beliau.Pekerjaan apa yang bisa didapatkan dirinya yang hanya tamatan SMA. Mungkin bisa jadi kasir di perbatasan kota, tapi Alma tak punya kendaraan untuk bolak balik. Kalau harus menyewa kost, sisa gajinya mungkin hanya bertahan dua minggu.Lalu dengan bantuan seorang tetangganya yang baik hati, Alma menerima tawaran pekerjaan sebagai pembantu di rumah milik seorang juragan tembakau.“Juragan Darsa membutuhkan pengasuh untuk putrinya dan tukang setrika untuk menggantikan saya.”“Kenapa mbak Mirna berhenti?”“Mas Rahmat ingin merantau ke Kalimantan, Al. memang juragan tak pelit memberi gaji. Tapi, mas Rahmat juga kehidupan kami berubah.”Lalu dengan setengah
Prolog.**Hujan jatuh seperti doa yang tak pernah sampai. Di luar jendela, langit berwarna kelabu, seakan ikut merasakan kesedihan yang membuncah dalam dada Alma. Ia berdiri mematung di depan meja makan, tangannya menggenggam ujung celemek yang masih melekat di tubuhnya. Aroma gulai ayam yang baru saja ia masak masih menggantung di udara, tapi kini semuanya terasa hambar.Di hadapannya, seorang pria berdiri dengan wajah datar. Mata tajamnya menatap Alma tanpa sedikit pun ragu. Di balik tubuh pria itu, seorang wanita berperut buncit berdiri dengan dagu terangkat tinggi. Wajahnya cantik, senyumannya penuh kemenangan. Sarah.Lingga Laksono menghela napas panjang sebelum akhirnya mengucapkan kalimat yang meremukkan seluruh dunia Alma."Aku menceraikanmu, Alma." Suaranya dingin, tak bergetar sedikit pun.Seakan waktu berhenti, suara hujan yang jatuh di genting menjadi latar bagi hati yang luruh dalam kepedihan. Alma menggigit bibirnya, menahan gemetar di dadanya. Matanya menatap suaminya,
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments