Share

Pulang

Author: DV Dandelion
last update Huling Na-update: 2025-12-03 14:48:51
“Bagaimana kalau Ayu dan Uri menumpang mobilku saja? Bang Tiar pakai mobil sendiri bareng Gugun,” usul Sora penuh percaya diri.

Ia yakin, mereka tak punya pilihan lain. Bahtiar tidak mungkin membiarkan istrinya semobil dengan Gugun tanpa dirinya.

Empat pasang mata di ruangan tersebut serentak tertuju pada Ayu. Dipandang sedemikian serius membuat wanita itu gugup dan menelan ludah.

“Makasih tawarannya, Ra. Kamu sudah banyak membantu dan saya nggak bisa merepotkan kamu lebih banyak lagi. Ini perjalanan jauh. Kamu pasti capek.” Bahtiar menimpali. Uri dan Gugun serentak mengangguk membenarkan.

Sora tersenyum, meski matanya tidak ikut tersenyum. “Nggak apa-apa, Bang. Nyetir tiga jam mah udah jadi makananku sehari-hari. Alternatif lainnya, aku bisa menyuruh salah satu karyawan perkebunan untuk jadi sopir cabutan. Daripada maksain dan Ayu makin nggak nyaman di jalan, coba!”

Ia menatap singkat ke arah Ayu yang masih melingkarkan jarinya di telunjuk Uri. “Kalau bukan aku, siapa lagi?”

“Gi
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • JERAT CINTA RENTENIR MUDA   Jebakan

    POV BahtiarSudah dua jam sejak Bahtiar menelepon Sora. Sejak itu pula, ia hanya mondar-mandir sambil berpikir serius tanpa mengajak Ayu bicara.Sora terdengar panik, termakan umpan tentang detektif swasta yang akan datang esok hari. Wanita itu berjanji akan berkunjung ke rumahnya Bahtiar pagi-pagi sekali. Dari reaksi tersebut, Bahtiar makin curiga kalau Sora memang benar pelaku yang mendorong istrinya ke jurang.“Bang,” tegur Ayu.Bahtiar menoleh. Ia baru sadar, sang istri sejak tadi menunggu penjelasan.​“Sora tidak akan menunggu sampai besok pagi,” gumam Bahtiar sambil mengusap dagu.“Maksudnya, Bang? Dia mau datang siang ini?”Bahtiar menggeleng pelan.“Coba kita berpikir dari sudut pandang pelaku. Dia sudah tahu bahwa kamu mulai mengingat tentang dorongan di punggung. Artinya, kecurigaan mulai mengarah ke Sora. Dalam posisi terdesak seperti itu, mungkinkah dia akan diam saja dan menunggu ditangkap?”Ayu menatap tanpa berkedip. Penjelasan Bahtiar sangat masuk akal.“Lalu … apa yan

  • JERAT CINTA RENTENIR MUDA   Rencana Kotor Sora

    Sora masih menempelkan ponsel di telinga meski panggilan dengan Bahtiar sudah terputus. Rahangnya mengeras dan tangannya mengepal kuat.​Ia mondar-mandir di tengah ruang tamunya yang didominasi warna putih tulang dan gold. Sebuah ruang yang biasanya hanya diisi dengan kesenangan dan kemewahan, tapi kini terasa sempit dan menyesakkan.Jantungnya berdentum-dentum liar di dalam tulang rusuknya, memukul-mukul hingga napasnya tersengal.Detektif swasta? Konyol sekali!​Kata-kata itu bergema di kepalanya, memecahkan euforia singkatnya karena berhasil membuat Bahtiar bergantung padanya.Ketergantungan itu adalah racun manis yang telah ia olah berbulan-bulan. Namun kini, racun itu berubah menjadi asam yang membakar tenggorokannya.​Sora meraih gelas red wine di meja dan meneguknya cepat. Sayang, cairan kental itu gagal memadamkan api ketakutan yang menjalar dari perut hingga ke ujung jemari.​Ia menutup mata, mencoba mengusir bayangan wajah Ayu yang membuatnya muak.​“Aku merasa ada jari-jema

  • JERAT CINTA RENTENIR MUDA   Kemarahan Bahtiar

    Jalanan aspal yang basah oleh sisa gerimis menjadi saksi bisu amarah Bahtiar yang meledak. Ia menepikan mobilnya ke bahu jalan. Tangannya memukul setir, bukan lagi sekali, tapi berulang kali. Menyalurkan rasa frustrasi dan pengkhianatan yang menyesakkan dada. ​“Sora,” desis Bahtiar, “Berani-beraninya dia!” ​Ayu meringkuk di kursi penumpang. Tubuhnya masih dingin. Ingatan tentang didorong itu memang belum utuh, tapi rasa panik dan trauma itu nyata. Ia menoleh pada Bahtiar yang kini tampak seperti Tuan Rentenir yang dulu: keras, penuh perhitungan, dan siap mengerahkan semua upaya. Bedanya, kali ini, amarahnya bukan ditujukan kepada pengutang. “Tunggu, tunggu … bisa jelaskan ke Mama dulu, Sora ini siapa?” potong Bu Ely. Matanya menatap Bahtiar dan Ayu bergantian. “Pemilik villa sekaligus orang yang mengajak kami menginap di Puncak, Ma,” jawab Bahtiar tanpa menoleh. “Apa salah Ayu sampai dia tega berbuat begitu?” “Apa pun alasannya, mendorong seseorang sampai masuk jurang tetap tida

  • JERAT CINTA RENTENIR MUDA   Serumah, tapi Salah Tingkah

    “Abang tidur di sofa depan, ya. Kalau kamu butuh apa-apa, panggil aja,” ucap Bahtiar setelah mengantar Ayu ke kamar. Ayu mengangguk pelan lalu menyalakan lampu tidur. Malam itu, mereka baru bisa beristirahat lewat tengah malam. Ayu menunduk menatap jemarinya. Ada rasa hangat yang belum juga reda sejak kejadian tadi—sentuhan tangan Bahtiar yang spontan tapi lembut, cara dia menahan tubuhnya seolah dunia akan runtuh kalau Ayu jatuh sedikit saja. “Bang,” panggilnya pelan. Bahtiar berbalik. “Hmm?” “Terima kasih.” Kalimat sederhana itu meluncur begitu saja, tapi cukup untuk membuat dada Bahtiar terasa sesak. Ia tersenyum kecil. “Harusnya Abang yang bilang itu. Terima kasih karena kamu mau pulang.” Hening beberapa detik kemudian. Gerimis masih turun di luar, seolah menyembunyikan sesuatu yang ingin disampaikan tapi tak sempat diucapkan. “Aku boleh nanya sesuatu?” kata Ayu akhirnya. “Boleh. Tapi kalau tentang Mama, nanti aja besok, ya. Abang takut salah ngomong.” “Bukan tentang it

  • JERAT CINTA RENTENIR MUDA   Pulang (2)

    Mobil meluncur pelan di jalanan Karawang yang masih sibuk. Lampu-lampu toko dan rumah makan berpendar dari balik kaca, menciptakan bayangan lembut di wajah Ayu. Ia bersandar di kursi, menatap langit malam yang sesekali menampakkan bintang samar di antara gulita. Uri sudah turun di rumahnya sekitar sepuluh menit lalu. Sekarang, hanya ada Ayu dan Belinda di dalam mobil. Sayup-sayup suara penyiar radio menjadi satu-satunya pengiring perjalanan mereka. “Teh, aku sama Bang Ardan nginep aja, ya, di rumah kalian? Buat jaga-jaga kalau Teteh masih belum nyaman berduaan aja sama Bang Tiar,” ujar Belinda memecah keheningan. Ayu menoleh sambil tersenyum. “Nggak usah, Bel. Aku baik-baik aja.” “Tapi kalau tiba-tiba Teteh canggung atau takut–” “Nggak, sungguh,” potong Ayu lembut. “Aku nggak takut. Aku cuma butuh waktu untuk adaptasi.” Belinda menoleh sesaat lalu mengangguk pelan. “Baiklah kalau Teteh yakin. Tapi kalau butuh apa pun, jangan segan telpon aku, ya.” Ayu mengangguk. Tatapannya kemb

  • JERAT CINTA RENTENIR MUDA   Pulang

    “Bagaimana kalau Ayu dan Uri menumpang mobilku saja? Bang Tiar pakai mobil sendiri bareng Gugun,” usul Sora penuh percaya diri. Ia yakin, mereka tak punya pilihan lain. Bahtiar tidak mungkin membiarkan istrinya semobil dengan Gugun tanpa dirinya. Empat pasang mata di ruangan tersebut serentak tertuju pada Ayu. Dipandang sedemikian serius membuat wanita itu gugup dan menelan ludah. “Makasih tawarannya, Ra. Kamu sudah banyak membantu dan saya nggak bisa merepotkan kamu lebih banyak lagi. Ini perjalanan jauh. Kamu pasti capek.” Bahtiar menimpali. Uri dan Gugun serentak mengangguk membenarkan. Sora tersenyum, meski matanya tidak ikut tersenyum. “Nggak apa-apa, Bang. Nyetir tiga jam mah udah jadi makananku sehari-hari. Alternatif lainnya, aku bisa menyuruh salah satu karyawan perkebunan untuk jadi sopir cabutan. Daripada maksain dan Ayu makin nggak nyaman di jalan, coba!” Ia menatap singkat ke arah Ayu yang masih melingkarkan jarinya di telunjuk Uri. “Kalau bukan aku, siapa lagi?” “Gi

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status