Chapter: Dear, Mantan Rentenir[1 Tahun Kemudian]Ruang keluarga di kediaman Bahtiar dipenuhi aroma suka cita. Tercium wangi bolu pisang berpadu dengan semerbak kopi. Obrolan diselingi canda tawa mampu menghangatkan hati.“Belinda mana?” tanya Bu Ely sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling.“Biasa, bikin konten mukbang, Ma,” sahut Ayu. “Sekarang Sekar yang jadi target kolabnya.”Yang lain tertawa. Semenjak dinyatakan sembuh dan keluar dari panti rehabilitasi, Belinda ikut tinggal di rumah itu atas permintaan Ayu. Mereka ingin Belinda tetap dalam pengawasan agar tidak salah pergaulan lagi.Gadis itu mulai mencoba berbagai hal baru. Terbaru, ia ketagihan membuat konten makan besar tanpa memperlihatkan wajah. Katanya, uang dari hasil membuat konten itu akan ditabung untuk mendaftar wisuda. Padahal Bahtiar sudah berulang kali bilang ingin membayar, tapi ia menolak agar bisa mandiri.“Ayo, Pak, Bu, dimakan lagi kuenya.” Bu Ely mengangsurkan sepiring kue bolu kepada besannya.“Makasih, Bu.”Bu Ratna mencomot sepotong
Last Updated: 2025-07-31
Chapter: Bersama Kesulitan Ada Kemudahan“Kamu bohong, Yu,” ucap Bahtiar lirih. “Padahal saya sudah salat dan belajar agama. Saya meninggalkan pekerjaan yang haram. Tapi kenapa Allah masih memberi ujian seberat ini?”Ucapan Gugun kembali terngiang di kepala Bahtiar. Aboylah yang menyebarkan fitnah bahwa kantor ekspedisi mereka sebenarnya adalah gudang penyelundupan narkoba. Pasca dipecat dari sana, Aboy menempel ke pengusaha lain dan membantunya mendirikan konter ekspedisi baru.Yang paling membuat Bahtiar tak habis pikir, ternyata motif dari semua perbuatan Aboy adalah asmara. ASMARA! Sejak SMA, Aboy rupanya menyimpan perasaan tak lazim kepada Bahtiar. Ia menjadi sangat geram sebab semenjak menikah, Bahtiar sangat bucin kepada istrinya.Ayu menggenggam jemari Bahtiar. Pandangannya menyapu deretan bunga krisan yang bermekaran di halaman. Ia lantas teringat ayat Alquran surat Al-Ankabut ayat 2.“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (hanya dengan) berkata, "Kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji?”Dita
Last Updated: 2025-07-30
Chapter: Musuh dalam Selimut “Bos, ternyata ini semua ulah si Aboy!” bisik Gugun, tangan kanan Bahtiar selama bekerja di koperasi.“Maksudnya?” Kening Bahtiar berkerut. Ia tak mengerti permasalahan apa yang sedang Gugun bicarakan.Gugun lantas mengeluarkan beberapa lembar dokumen serta foto. Ada dua laporan keuangan koperasi yang selisih nominalnya mencapai ratusan juta rupiah.Bahtiar mengambil laporan itu dan membacanya sepintas lalu. Selembar foto di sebelahnya lebih menarik perhatian. “Ini … apa?”“Si Aboy itu pengkhianat, Bos! Dia bersekongkol dengan Anita. Bukti palsu yang Anita serahkan ke polisi itu bikinan Aboy!”“Apa?!”Bahtiar membaca laporan keuangan sekali lagi. Ia pernah melihat bukti palsu yang Anita serahkan ke polisi. Bentuk dan formatnya sama persis dengan yang Gugun bawa.“Bagaimana dengan foto ini?”“Ini!” Gugun menunjuk foto yang Bahtiar pegang. “Ini buktinya kalau Aboy juga bersekongkol dengan pesaing kita!”Dalam foto itu, Aboy tampak sedang berbincang dengan pemilik koperasi pesaing dan pe
Last Updated: 2025-07-29
Chapter: Jalan CahayaAyu menghambur ke dalam pelukan Bahtiar. Air matanya tak terbendung. Hatinya mengharu biru setelah melihat tampilan notifikasi di ponsel Bahtiar.Pesanan baruTitik Penjemputan: Jalan KenangaTujuan: Stasiun KotaTerima ✓Bahtiar diam terpaku. Napasnya tercekat. Pelukan sang istri serupa mantel tebal di musim hujan. Hangat dan menenangkan. Selama ada Ayu, ternyata hidup masih baik-baik saja.“Sejak kapan Abang jadi driver taksi online?” tanya Ayu setelah mengurai pelukan.“Sudah seminggu,” jawabnya gugup.“Maaf kemarin-kemarin aku sempat suudzon. Abang, sih, nggak mau ngaku. Kenapa coba ditutup-tutupi segala? Jadi driver online kan juga pekerjaan halal.” Bibir Ayu cemberut.Bahtiar mengalihkan pandangan ke arah lain, tak kuasa menatap mata Ayu yang berbinar-binar.Ayu mendekat lalu menangkup pipi Bahtiar agar kembali menatapnya. Bahtiar melingkarkan kedua tangan di pinggang ramping istrinya.“Aku bangga sekali padamu, Bang. Terima kasih ya sudah berjuang meskipun harus dari bawah.”Ra
Last Updated: 2025-07-28
Chapter: Berjuang Sebisanya, Bertahan SemampunyaAyu tak bisa tidur. Berulang kali ia berganti posisi, tapi tidak sedetik pun bisa terlelap. Kepalanya terlalu berisik untuk diajak beristirahat.“Ada apa?” tanya Bahtiar pelan. Ia pun sulit memejamkan mata, stress memikirkan besok harus ke mana lagi melamar kerja.Tempo hari, Silvia menawarkan pekerjaan sebagai kapster atau pemotong rambut. Bahtiar menolak mentah-mentah. Meskipun Silvia bersedia menyediakan pelatihan sampai Bahtiar mahir, lelaki itu merasa malu jika harus bekerja di salon.Ayu memiringkan tubuh dan menghadap Bahtiar. Wajahnya tampak ragu. “Bang, semua baju di lemari itu punyaku, kan?”Bahtiar mengernyit. Buat apa menanyakan sesuatu yang jawabannya sudah jelas? Tentu saja semua baju itu milik Ayu. Bahtiar memang menghadiahkannya setelah menikah.“Kenapa memangnya?”“Emm, maaf sebelumnya. Ada beberapa baju yang tidak pernah kupakai karena ukurannya terlalu ngepas badan. Ada juga yang modelnya kurang cocok. Kalau misalnya aku jual baju-baju itu, boleh?”“Ya, boleh-boleh
Last Updated: 2025-07-27
Chapter: Bantuan Tak TerdugaBahtiar membuka lemari dan mengambil map biru berisi surat tanah. Jari-jarinya gemetar saat menyentuh surat tersebut. Tanah di pinggir kota itu dahulu dihadiahkan oleh neneknya saat lulus kuliah.“Abang yakin?” tanya Ayu pelan.“Mau bagaimana lagi?” Bahtiar tersenyum kecut.“Sayang, Bang. Kalau Nenek masih hidup, beliau pasti sedih.”“Lebih sedih lagi kalau membayangkan anak-anak mantan karyawan saya tidak bisa makan.”Ayu menghela napas. Ia tidak tahu jumlah pasti dan detail peruntukannya. Yang jelas, ruko sudah kosong. Koperasi resmi ditutup. Masih ada tanggungan dana operasional yang belum diselesaikan.Bahtiar berniat ke kantor properti hari ini. Mungkin tidak bisa laku cepat sebab lokasinya tidak terlalu strategis. Setidaknya, emas-emas yang sebelumnya dijual sudah cukup untuk menutup sebagian tagihan mendesak. Sisanya akan dipakai untuk membuka usaha baru–entah apa.Mereka sarapan dengan menu sederhana. Sejak Bahtiar bangkrut, jatah belanja juga otomatis berkurang. Kebutuhan seh
Last Updated: 2025-07-26
Chapter: Belahan Jiwa (End)Sebuah rumah minimalis di pinggiran Singapore sudah menunjukkan geliat aktivitas sejak pagi. Setelah salat Subuh, penghuninya bergegas ke dapur sambil bersenandung riang. Tangannya terampil menyiapkan beberapa bahan serta alat masak. Di Indonesia ataupun negara lain sama saja, masak dan membuat kue adalah kegemarannya.Aroma kombinasi keju, coklat, dan kopi menggelitik indra penciuman hingga membuat sang suami penasaran untuk menghampiri sumbernya. Ia keluar dari kamar setelah selesai mengenakan setelan jas. Di dapur, ada pemandangan yang selalu membuatnya bahagia dan bersyukur setiap hari. Seorang perempuan cantik mengenakan celemek sedang sibuk menata tiramisu dalam piring-piring kecil."Istriku rajin sekali."Merasa disanjung, sang istri tersenyum lebar sambil mengangkat salah satu piring, memamerkan hasil karyanya."Mau ada tamu, Sayang?"Perempuan yang tak lain adalah Kintan itu mengiakan. "Dinda bilang sedang mengidam kue buatanku.""Oh, ya? Dia liburan ke sini?"Kintan mengangg
Last Updated: 2025-01-08
Chapter: Pertemuan KembaliDi antara lalu lalang penumpang di terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Dejan mengunci pandangannya pada seorang gadis yang sedang menggeret sebuah koper besar. Gadis itu tampak kerepotan menjinjing tas yang sepertinya penuh dengan oleh-oleh serta merapikan anak rambut yang menyembul di balik pashmina. Untuk sesaat, Dejan melupakan tujuannya pulang ke Indonesia. Gadis itu, wajah itu, mengingatkannya akan kenangan manis setahun silam.Dejan berjalan mendekat, memastikan bahwa wajah itu bukan sekadar ilusi dan matanya masih berfungsi dengan normal. Semakin jarak mereka terpangkas, Dejan dapat merasakan jantungnya berdetak lebih kencang."Mau saya bantu?" Akhirnya keluar suara dari bibirnya.Gadis yang mengenakan sweater putih itu menoleh. Dia memeriksa lelaki berjas hitam di hadapannya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Alisnya berkerut, merasa tidak asing dengan sosok di hadapannya, tetapi tidak ingat siapa pastinya."Mau saya bantu bawakan tasnya sebentar? Sepertinya kamu kerepotan,"
Last Updated: 2025-01-01
Chapter: Roda BerputarKintan menikmati akhir pekan dengan berjalan-jalan di Rue de I'Abreuvoir. Jalanan terkenal di kawasan Montmartre, Paris itu tampak menawan dengan pemandangan bunga wisteria yang bermekaran. Matahari musim panas bersinar cerah, membuat rumah warna-warni di sepanjang jalan lebih semarak."Kintan, Carrot, let's take a selfie!" ajak Yujin dengan aksen Korea yang medok.Ajakan itu pun disambut antusias. Carrot, gadis tinggi semampai asal Thailand, buru-buru mengeluarkan ponsel dan mengarahkan kamera depan ke wajah mereka.Berbagai macam gaya seperti peace, manyun, mengedipkan sebelah mata, dan lainnya mulai memenuhi galeri Carrot. Untuk urusan dokumentasi, gadis itu memang paling bisa diandalkan. Tangannya yang panjang membuat jangkauan tampilan foto selfie mereka lebih luas.Mereka berkenalan di hari pertama sekolah memasak dimulai. Sebagai sesama orang Asia di antara murid Eropa dan Amerika, kedekatan mereka terjalin begitu saja lewat obrolan dan makanan. Kepada mereka jugalah Kintan akh
Last Updated: 2024-12-18
Chapter: Hukum Tabur TuaiPernikahan Devan dan Talita awalnya terasa begitu indah. Mereka menggelar resepsi mewah dan mampu mengundang penyanyi favorit Talita sebagai bintang tamu. Bulan madunya pun tidak main-main, paket perjalanan ke lima negara Eropa selama 10 hari. Semua tampak baik-baik saja hingga kemudian badai menerpa di usia pernikahan yang masih seumur jagung.Pernikahan yang semula terasa manis dan indah, berubah menjadi hari-hari penuh pertengkaran. Curiga, cemburu, dan miskomunikasi adalah makanan sehari-hari. Rumah yang masih dalam cicilan itu menjadi saksi bisu terbongkarnya kebusukan Talita satu demi satu.Di usia kehamilan Talita yang menginjak 7 bulan, Devan harus menjalani serangkaian proses pemeriksaan di kantor. Divisi keuangan melaporkan adanya tindak penggelapan uang proyek pada audit tahunan. Tersangkanya adalah Talita selama mereka bertugas di Jambi.Perusahaan ditaksir mengalami kerugian hingga 200 juta rupiah. Tim Legal awalnya ingin melaporkan kasus tersebut ke polisi, tetapi Devan
Last Updated: 2024-11-09
Chapter: Awal yang Baru"Besok aku akan bicara dengan Om dan Tante, Bu. Nggak usah takut, kita nggak salah. Dzolim sekali kalau mereka menuntut warisan sementara Ayah memiliki istri dan anak yang masih hidup!" ucap Kintan tegas.Kintan geram sebab kerabatnya sudah kelewat batas. Warisan yang ditinggalkan Pak Surya memang cukup banyak, meliputi tabungan, rumah, tanah, dan toko kue. Namun, bukan berarti mereka bisa meminta seenaknya. Itu tidak sesuai dengan hukum perdata maupun hukum Islam."Tadi Ibu sudah berusaha menyampaikan pendapat, tapi mereka masih kekeh. Om Yudi merasa berhak mendapatkan bagi hasil toko kue karena dulu ikut menyumbang material. Tante Ira juga merasa berhak dapat warisan tanah karena pembagian dari kakek kamu dulu tidak sama banyak. Ibu sudah capek, Tan.""Mana bisa begitu? Kalau niat awalnya bantu ya bantu. Urusan pembagian warisan dari Kakek juga bukan tanggung jawab kita. Udah, pokoknya Ibu istirahat ya, jangan mikirin hal-hal nggak penting kayak gitu. Sekarang aku yang akan pasang b
Last Updated: 2024-11-01
Chapter: Setelah Ayah PergiDinda menemui Kintan dan Bu Ranti. Dia harus menjelaskan perihal chef kiriman Dejan sebelum mereka salah paham. Lagi pula, tambahan bantuan itu juga sangat berarti di tengah sibuknya persiapan acara doa bersama. "Jadi, maksud kamu, Mas Dejan sengaja mengirim chef pribadi ke sini untuk menyiapkan konsumsi selama tiga hari ke depan?" Kintan mengulang informasi yang didengarnya. Dinda mengangguk mengiakan. "Kintan, Tante, sebelumnya aku minta maaf kalau terkesan lancang. Tolong jangan menolak dan menyalahartikan niat baiknya. Dejan benar-benar tulus ingin membantu." Dinda menunduk dalam. Dia siap dengan segala konsekuensi yang mungkin akan diterima. "Tapi buat apa, Din?" Intonasi Kintan meninggi. "Aku nggak pernah minta! Bayar chef pribadi itu mahal, apalagi sampai tiga hari. Terus aku harus diam menikmati semua bantuannya dan berpikir dia nggak punya niat tersembunyi? Mana bisa begitu!" "Kintan, pelankan suaramu, Nak. Ada banyak kerabat di luar," tegur Bu Ranti. Dia pun sebenarn
Last Updated: 2024-10-20
Chapter: Takdir Kita (TAMAT)[2 tahun kemudian] "Saya terima nikah dan kawinnya Sabrina Hasanati binti Jaya Sentosa dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!"Begitu tenang dan lantang Adam mengucap kalimat tersebut dalam satu tarikan napas."Bagaimana para saksi? Sah?""Sah!" Para saksi menjawab serentak.Sabrina dan Adam mengembuskan napas lega. Doa-doa melangit, berbaur dengan tumpahan air mata haru dan suka cita.Kini, Adam dan Sabrina duduk bak raja dan ratu sehari di pelaminan. Mereka senantiasa menebar senyum kepada para tamu undangan yang turut berbahagia.Dahulu, hanya butuh waktu satu minggu bagi Adam untuk jatuh hati kepada Sabrina. Butuh tiga bulan untuk menyatakan niat baik dan berujung mendapat penolakan halus dari janda beranak satu tersebut. Namun, jalan hidup memang tidak dapat ditebak.Sempat hendak menikahi Sofia, takdir ternyata membawa acara akad mereka bubar sebelum mulai. Adam dan Bu Ami sampai harus pindah rumah karena malu dibicarakan tetangga terus-menerus.Namun, siapa sangka, ada hikma
Last Updated: 2024-01-30
Chapter: Ada Pelangi Selepas HujanSabrina menajamkan pendengaran agar segera tahu ketika sewaktu-waktu ada mobil berhenti di depan rumah. Perasaannya senang bercampur harap-harap cemas. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Sabrina akhirnya akan memiliki sepeda motor lagi. Memang bukan sepeda motor keluaran terbaru. Bukan pula yang harganya puluhan juta. Yang dia beli hanyalah motor bekas seharga 6,5 juta saja. Yang membuatnya istimewa, motor itu dibeli dari hasil keringatnya sendiri. Bagi Sabrina yang sejak kecil akrab dengan kemiskinan, membeli motor tanpa mencicil adalah sebentuk pencapaian yang patut dirayakan. Adam yang membantunya mendapatkan motor tersebut. Setelah bertemu secara tidak sengaja di acara bazaar, mereka cukup intens berkomunikasi. Kebetulan dealer Adam memang melayani jual beli motor bekas sehingga dia bisa memilihkan yang kondisi mesinnya masih bagus dan harganya terjangkau. Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Sebuah mobil bak terbuka merapat di halaman rumah Pak Jaya. Sepeda motor berw
Last Updated: 2024-01-24
Chapter: Terima Kasih, SupermanJam masih menunjukkan pukul delapan pagi, tetapi matahari di langit Tangerang sudah bersinar amat terang. Sabrina mengelap keringat di dahi dengan ujung jilbab. Sesekali, dia melambaikan tangan ke arah Alifa yang berada dalam barisan gerak jalan. Acara jalan sehat itu merupakan kegiatan tahunan yang rutin digelar oleh Pemda setempat untuk memperingati hari jadi kota mereka. Sekolah Alifa tidak ketinggalan untuk berpartisipasi. Namun, karena masih usia TK, orang tua murid diminta turut serta hadir. Selagi menunggu Alifa selesai parade, Sabrina melihat-lihat stand yang berjajar di sepanjang tepi jalan. Ada satu stand yang sudah dia incar semenjak tiba di alun-alun kota tersebut. "Mas, yang ini harganya berapa, ya?" Sabrina menunjuk sebuah motor matic berwarna biru dan putih dengan bodi lebar.Itu adalah satu-satunya stand yang menjual motor second. Dilihat dari kondisi tampilan luar, motor yang dilirik Sabrina sepertinya masih sangat bagus. Sabrina merasa perlu membeli motor untuk ke
Last Updated: 2023-12-13
Chapter: Merdeka dari UtangAdam turun dari motor dan mengambil bungkusan martabak yang tergantung di cantolan depan. Malam itu, Bu Ami bilang ingin menonton film sambil ngemil.Seporsi martabak manis dengan topping kacang, cokelat, keju, dan wijen itu ditaruh dalam piring buah. Permukaannya masih mengepulkan uap panas. Aromanya yang harum makin menggugah selera."Silakan menikmati martabaknya, Bunda Ratu," seloroh Adam ketika menyajikan makanan itu di meja.Bu Ami yang baru mulai memutar film hanya terkekeh mendengarnya."Kamu nggak ikutan nonton?" tanya Bu Ami begitu melihat Adam berdiri lagi. Bibirnya sedikit cemberut.Tadinya Adam ingin kembali ke kamar untuk mendesain pamflet, tetapi kemudian dia tidak tega membiarkan mamanya menonton sendirian. Karena itu, dia memutuskan untuk bekerja sambil tetap menemani Bu Ami."Saya ambil laptop sebentar ya, Ma."Bu Ami mengangguk senang. Sebenarnya dia merasa kesepian sejak pindah ke rumah baru. Selain lingkungannya lebih sepi, di rumah juga tidak ada pembantu yang bi
Last Updated: 2023-11-12
Chapter: Rezeki Tidak Akan Salah AlamatNuansa haru yang sempat tercipta karena Sabrina hendak merantau menjadi TKW mendadak buyar. Sabrina menyusut air mata. Bu Retno sontak berdiri dan menghampiri dua lelaki yang berdiri di ambang pintu. "Pak Muklis?" Sapaannya lebih terdengar seperti pertanyaan. Bu Retno sampai melebarkan mata dan mencondongkan badan saking tidak percaya bahwa sosok yang berdiri di hadapannya adalah Pak Muklis. Ya, dia adalah juragan sembako yang pernah sangat ingin menikahi Sabrina. Sabrina menelan ludah. Jantungnya berdetak lebih cepat. Ada perasaan takut dan cemas yang diam-diam menelusup di hatinya. Bagaimanapun, urusannya dengan Pak Muklis tidak pernah menyenangkan. "Maaf, Bu, boleh kami masuk?" Kali ini yang bertanya adalah sopir Pak Muklis. "Oh, iya ... bo--boleh. Silakan, Pak." Wanita itu menepi agar tamunya masuk. Sabrina menuntun Alifa, hendak menghindari pertemuan itu dengan alasan ingin menjaga warung. Namun, Pak Muklis menahannya. "Mbak Sabrina boleh di sini sebentar? Saya ada perlu.
Last Updated: 2023-11-09
Chapter: Resmi Mendaftar Jadi TKW"Izinkan aku merantau ke luar negeri." Sabrina mengucapkannya dengan mata berkaca-kaca.Di satu sisi, dia tidak tega meninggalkan anak dan orang tuanya di Indonesia. Selain rindu, dia juga pasti akan lebih sering mengkhawatirkan kondisi kesehatan mereka.Namun, utang nyaris seratus juta ke Adam bukanlah perkara sepele. Jika dia hanya mampu mencicil 500 ribu per bulan, dia butuh waktu selama 16 tahun untuk melunasi seluruh utang tersebut.Dalam kurun waktu 16 tahun itu, pasti akan banyak hal yang berubah. Orang tuanya akan makin berumur. Alifa pun harus bersekolah di SD, SMP, hingga SMA yang pastinya butuh biaya lebih besar. Sabrina juga bercita-cita ingin menguliahkan putri semata wayangnya.Lebih dari itu semua, siapa yang menjamin dirinya masih ada umur? Alangkah sedihnya jika membawa utang hingga liang lahat. Maka, merantau menjadi TKW menjadi pilihan yang paling mungkin Sabrina ambil."Kalau kamu pergi, Alifa gimana, Sab?" tanya Bu Retno hati-hati. Dia paham betul kegelisahan anak
Last Updated: 2023-10-29