JERAT CINTA RENTENIR MUDA

JERAT CINTA RENTENIR MUDA

last update최신 업데이트 : 2025-07-09
에:  DV Dandelion방금 업데이트되었습니다.
언어: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
평가가 충분하지 않습니다.
18챕터
41조회수
읽기
서재에 추가

공유:  

보고서
개요
목록
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.

Ayu terpaksa menikahi Bahtiar karena utang orang tuanya sudah jatuh tempo dan rumahnya nyaris disita. Dalam perjalanannya, ternyata Bahtiar meratukan dirinya. Namun, wanita itu dibenci oleh mertua dan adik iparnya. Suatu ketika, Ayu mengetahui rahasia kelam sang papa mertua. Sebuah insiden membuat keluarga mereka berantakan. Harta habis, adik iparnya masuk pusat rehabilitasi, dan Bahtiar difitnah hingga ditangkap polisi. Rumah tangga mereka nyaris kandas, tetapi mereka dapat melalui ujian demi ujian hingga mahligai itu utuh kembali. Karena Ayu, keluarga Bahtiar bertaubat dan memilih berbisnis dengan cara yang halal.

더 보기

1화

Derita Anak Pertama

"Ayu, bulan Syawal nanti kamu harus menikah dengan Bahtiar!" Suara Pak Seno terdengar berat.

Ayu Andini menatap ayahnya dengan mata membelalak, seolah tidak percaya dengan kata-kata yang baru saja meluncur dari bibir lelaki yang selama ini ia hormati.

“Bahtiar? Putra sulung Juragan Manan?" Gadis bermata bulat itu memastikan. Tangannya mencengkeram ujung kain gamisnya dengan erat.

“Ya. Dia sudah lama menyukaimu. Jika kamu menikah dengannya, semua utang kita dianggap lunas.”

"Syawal itu tinggal dua bulan lagi, Pak. Mana mungkin aku bisa menikah secepat itu? Lagi pula, Bahtiar seorang rentenir. Hartanya berasal dari bunga riba. Bapak tega anak cucunya dikasih makan dari uang haram?”

Pak Seno menutup matanya sesaat lalu berkata, "Ini demi keluarga kita Yu. Bahtiar memang rentenir, tapi kamu bisa sambil pelan-pelan bimbing dia, siapa tahu Bahtiar mau bertaubat.”

"Aku tidak bisa, Pak. Tidak mau! Aku masih muda, masih mau kuliah dan dapat pekerjaan bagus.”

“Justru itu. Kamu bisa minta Bahtiar membiayai kuliahmu juga. Dia pasti tidak akan keberatan.”

Ayu berdecak sebal. “Ilmunya tidak akan barokah, Pak!”

Pak Seno menarik napas panjang, menahan rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya. Batuk menahun yang dideritanya membuatnya sulit bekerja. Tubuhnya semakin hari semakin lemah.

“Jika tidak segera dilunasi, rumah ini akan disita. Kita tidak akan punya tempat tinggal. Adik-adikmu akan menderita."

“Lalu aku? Apa Bapak pikir aku tidak akan menderita jika menikah dengan lelaki yang tidak kucintai?” Ayu merasa bapaknya tidak adil.

Pak Seno menundukkan kepala, tidak sanggup menatap putrinya yang masih berusia dua puluh tahun. "Bapak memang salah, Yu. Coba kalau Bapak dulu tidak pasrah saja ditipu mandor bangunan. Coba kalau Bapak lebih rajin bekerja. Kita tidak perlu berutang untuk biaya berobat kakekmu dan biaya lahiran adikmu. Anak itu memang seharusnya ….”

“Cukup, Pak!” Ayu menyusut air mata. Nasi sudah menjadi bubur. Kakeknya yang dulu sempat bolak-balik rumah sakit untuk cuci darah kini sudah berpulang. Adik bungsunya juga tidak mungkin digugurkan. Kini, tersisa utang puluhan juta kepada Juragan Manan yang hampir jatuh tempo.

"Kalau aku menikah dengan Bahtiar, bukankah itu berarti Bapak menjualku demi menebus utang?"

"Kalau begitu, apa yang harus Bapak lakukan?" suara Pak Seno meninggi. "Kita sudah mencoba segalanya, Ayu! Perabot dan HP sudah kita jual. Baju-baju bagus pemberian istri Juragan Manan juga sudah dibawa semua ke pasar loak. Kaki ibumu sampai kena kutu air karena kebanyakan nyuci. Bapak tidak bisa lagi bekerja seperti dulu. Tidak ada yang mau mempekerjakan orang penyakitan seperti Bapak."

“Ayu masih sanggup kerja, Pak. Tolong minta keringanan kepada Juragan Manan. Ayu akan mencicilnya setiap bulan sampai semuanya lunas,” pinta Ayu dengan berlinang air mata.

“Kerja? Maksud kamu, kerja jadi penjaga gerobak es teh seperti sekarang? Dengan gajimu yang tidak seberapa itu, berapa puluh tahun utang kita bisa lunas?”

Ayu menelan ludah. Gajinya memang hanya 800.000 per bulan. Dia ambil 100.000 untuk membeli pulsa dan menabung untuk kuliah. Ucapan bapaknya tidak salah. Jangankan mencicil, untuk makan dan biaya sekolah saja, Bu Ratna harus ikut banting tulang.

"Ayu ... tolong bantu Bapak dan Ibu, Nak. Demi adik-adikmu. Demi masa depanmu juga,” ucap Bu Ratna lemah.

Ayu menggigit bibir. Dadanya terasa sesak. Ini bukan hidup yang ia impikan. Ia ingin menikah dengan seseorang yang ia cintai. Seseorang yang memiliki pemahaman agama yang baik, bukan seorang pria yang menjalankan bisnis riba.

Namun, bagaimana dengan keluarganya? Bagaimana nasib adik-adiknya yang harus melanjutkan sekolah? Mereka tidak bersalah. Mereka tidak boleh ikut menderita. Haruskah ia mengorbankan kebahagiaannya sendiri demi mereka? Haruskah ia menerima nasib yang tidak pernah ia pilih?

Sebuah ketukan terdengar di pintu diiringi suara salam yang diucapkan asal-asalan. Semua orang saling pandang dengan wajah pucat. Ayu menahan napas. Mereka tahu betul itu suara siapa.

“Tolong, Nak,” bujuk Bu Ratna sambil menggenggam kedua tangan Ayu. “Mau, ya?”

Belum sempat Ayu menjawab, pintu kayu mereka sudah berderit terbuka. Di ambang pintu, berdiri sesosok lelaki bertubuh tegap dengan senyum tipis yang mengintimidasi. Pak Seno menelan ludah lalu mempersilakan Bahtiar masuk sambil terbungkuk-bungkuk.

Bahtiar mengangkat tangan kanannya. Hanya dengan satu jentikan jari, rombongan lelaki bertampang seram memasuki rumah Pak Seno sambil membawa kardus berbagai ukuran. Kardus-kardus itu disusun di dekat pintu.

“Bapak tentu sudah tahu tujuan saja kemari.”

“I–iya, Den.”

Bahtiar mengibaskan tangan seraya terkekeh. “Ah, jangan panggil saya Den. Panggil saja Bahtiar. Nak Bahtiar. Lagi pula sebentar lagi kita akan menjadi keluarga, bukan?”

Lelaki berparas maskulin itu mengalihkan pandangannya ke Ayu. “Sudah dipikirkan jawabannya? Sudah tahu juga, kan, akibatnya jika menolak tawaran saya?"

Pak Seno dan Bu Ratna memandang putrinya dengan tatapan iba, berharap Ayu luluh.

“Oh, ya, saya juga membawa sembako. Cukup lah untuk persediaan selama sebulan ke depan. Kalau Syawal kita jadi menikah, jangankan sembako, tunggakan uang sekolah adik-adikmu pun akan saya tangani.”

Ayu menggigit bibir. Ia tidak pernah merasa seputus asa ini dalam hidupnya. Ini bukan tawaran. Ini adalah paksaan halus.

"Baiklah, Bang, aku akan menikah denganmu ..." kata Ayu tegas, "tapi dengan dua syarat."

Ruangan seketika sunyi. Pak Seno dan Bu Ratna menatapnya penuh tanya. Sementara itu, Bahtiar mengangkat sebelah alisnya.

"Syarat? Jika kamu tahu diri, sebenarnya kamu tidak punya hak untuk tawar menawar. Pilihanmu cuma satu, menikah dengan saya dan semua beban keluargamu selesai. Kurang baik apa?"

"Seumur hidup itu terlalu lama untuk dihabiskan bersama seseorang yang tidak kucintai, Bang. Harus ada kompensasi untuk semua itu."

Bahtiar tersenyum meremehkan. "Oke, saya suka perempuan pemberani seperti kamu. Baiklah, katakan apa syaratnya!"

"Pertama ....."

***

Bersambung

펼치기
다음 화 보기
다운로드

최신 챕터

더보기

독자들에게

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

댓글

댓글 없음
18 챕터
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status