Share

ADITAMA KALINGGA

Berada tepat di pusat kota, sebuah gedung menjulang dengan sangat tinggi bahkan melebihi ukuran gedung-gedung di sekitarnya. Sebuah gedung yang memiliki 20 lantai dengan penampakan yang sangat mewah. Di bagian atas gedung tersebut terlihat jelas logo perusahaan dan juga nama dari perusahaan itu.

Kalingga's Group adalah sebuah perusahaan nomor satu di negara tersebut. Memiliki banyak anak cabang dimana-mana bahkan hingga keluar negeri. Sebuah perusahaan turun temurun yang dimiliki oleh keluarga Kalingga. Dan gedung yang menjulang tinggi di tengah kota tersebut adalah kantor utama perusahaan Kalingga's Group.

Pagi itu suasana di dalam gedung tampak sangat sibuk. Seluruh karyawan baik dari tingkat bawah sampai tingkat tinggi, semuanya bekerja sesuai dengan tugas mereka masing-masing. Sebenarnya itu adalah hal yang biasa, secara kantor tersebut adalah kantor utama dan tidak sembarangan orang bisa bekerja disana. Akan tetapi hari ini ada sesuatu yang tampak berbeda.

Selain para karyawan mengerjakan tugas mereka, ada juga beberapa pegawai yang sibuk membereskan meja kerja dan juga ruangannya agar terlihat bersih dan juga rapi. Dan jika dilihat, yang lebih menonjol adalah pegawai wanita. Banyak pegawai wanita yang sengaja berdandan, memoles make up nya menjadi lebih tebal dari biasanya. Tidak hanya itu saja, ada salah satu pegawai wanita yang sengaja membuka kancing bajunya agar tubuh bagian atasnya bisa sedikit terekspos.  

Semua kesibukan dan cari perhatian yang dilakukan oleh para karyawan disana bukan karena tanpa sebab. Mereka melakukan itu semua karena hari ini sang CEO perusahaan sudah mulai masuk kantor lagi setelah melakukan perjalanan ke luar negeri selama satu bulan lamanya.

"Sis, kamu yakin mau ngelakuin hal ini? Memangnya gak ada laki-laki lain yang lebih muda, apa?" tanya Desi, teman kerjanya. Desi sangat terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Siska.

"Iya lah. Asal kamu tahu ya, Des. Tuan Tama itu mungkin memang usianya sudah matang tapi karisma dan juga ketampanannya tak pernah hilang.  Dia orang  kaya, punya segalanya. Dan yang membuatku lebih bersemangat adalah dia masih single. Aku udah bosen ya Des, nunggu lama banget buat bisa dapetin Tuan Tama. Aku sudah berusaha menggoda dia dengan berbagai cara tapi apa buktinya? Nol besar. Jadi aku yakin hanya ini satu-satunya cara agar Tuan Tama bisa bertekuk lutut di hadapanku. Laki-laki mana sih yang bakal kuat jika diberikan pertunjukkan seperti ini?" ucap Siska sambil memajukan tubuh bagian atasnya.

"Kamu sudah tidak waras, Sis. Apa kamu lupa aturan perusahaan ini tentang tata cara berpakaian? Jangan salahkan aku jika gara-gara ini kamu bisa mendapatkan masalah dengan Tuan Tama," ucap Desi singkat dan dia kembali berjalan menuju meja kerjanya.

Selang beberapa saat kemudian, para pekerja sudah mulai berbisik-bisik membicarakan jika sang CEO tampan Kalingga's Group sudah sampai di halaman gedung. Semua orang tampak berdiri dengan tegak menyambut orang nomor satu di tempat mereka bekerja itu. 

Orang yang pertama masuk tentu saja sang asisten pribadinya yang juga tak kalah tampan. Seorang asisten dan juga sekretaris sang CEO bernama Rey. Usia Rey lebih muda dari Tama.  Rey masuk diikuti orang yang sangat ditunggu-tunggu oleh semua. Siapa lagi kalau bukan Aditama Kalingga, sang CEO dan juga orang paling tampan di perusahaan tersebut.

Semua orang yang dilewatinya memberikan salam dan juga sedikit membungkukkan badan. Akan tetapi bos besarnya itu terus berjalan dengan dingin. Tatapan matanya yang tajam tetap fokus ke arah depan dan tak memiliki niat sedikitpun untuk membalas atau menjawab sapaan dari para karyawannya itu. 

Jalan tegas Tama terhenti saat dia melewati seorang karyawati yang tampak sangat menonjol disana. Siapa lagi kalau bukan Siska. Wanita itu membungkukkan badannya dengan tujuan memberikan salam hormat. Dan tentu saja untuk menggoda sang CEO juga. Di dalam hati, wanita ini sangat kegirangan karena menurut pendapatnya, rencananya itu telah berhasil. Tama berhenti berjalan tepat di depannya.

Siska mengangkat badannya lalu menatap wajah Tama. Dia pikir dirinya akan melihat wajah tergoda dari bos besarnya itu. Akan tetapi dia salah besar. Tama memang berhenti di depannya akan tetapi wajahnya dan juga pandangannya tetap menghadap ke depan. Hal itu membuat kening Siska sedikit mengerut bingung.

"Siapa namamu?" tanya Tama tegas tanpa menolehkan pandangannya.

"Siska Pak. Dari bagian pemasaran," ucap wanita itu sambil tersenyum.

"Rey," ucap Tama kepada asisten pribadi sekaligus sekretarisnya itu.

"Iya Tuan," jawab Rey dengan sedikit membungkukkan badan.

"Apa aturan perusahaan kita tentang cara berpakaian sudah berubah?"

"Tidak Tuan. Tidak ada yang berubah. Semua masih tetap sama," jawab Rey.

"Hmm bagus. Pecat wanita ini. Aku tidak suka ada pegawaiku yang mencoba bermain-main dengan aturan yang sudah aku buat."

Dengan dinginnya Tama berlalu pergi dari tempat itu diikuti oleh Rey menuju ke arah lift yang akan mengantarkannya ke ruangan CEO di lantai teratas. Mendengar apa yang dikatakan oleh bos tampannya itu membuat Siska seketika lemas. Bukannya menjadi nyonya Tama seperti harapannya, sekarang yang ada dia malah dipecat dari perusahaan ternama ini. Dan semua orang sudah tahu, jika karyawan dipecat dari perusahaan Kalingga's group maka tidak akan ada perusahaan lain yang mau menerimanya bekerja.

*** 

Tama dan juga Rey sudah masuk ke dalam ruangan CEO di lantai 20. Sang bos besar langsung duduk di kursi singgasananya dan memeriksa beberapa berkas yang sudah tersusun rapi di atas meja.

"Bagaimana?" tanya Tama. 

Pria berusia 30 tahun itu memanglah sangat giat bekerja. Apalagi semenjak sang ayah meninggal, kini dialah satu-satunya penerus bisnis keluarga tersebut. Tama memiliki sifat yang perfeksionis. Itu sebabnya dia tidak akan mentolerir kesalahan sekecil apapun.

"Semuanya aman Tuan. Tak ada masalah sama sekali," jawab Rey.

"Bagus. Aku ingin terus seperti itu. Jika ada masalah sekecil apapun, langsung laporkan padaku. Dan aku akan membereskannya dengan cepat," jawab Tama. Rey mengangguk.

Keduanya kembali terdiam sejenak. Rey memberikan waktu kepada sang atasan untuk memeriksa semua berkas yang sudah dia siapkan terlebih dahulu. Lalu setelah beberapa saat, Rey kembali bersuara.

"Oh iya Tuan, apa Tuan masih ingat dengan Tuan Daksa?" tanya Rey. 

"Daksa?" Tama mendongak.

"Iya, orang yang selalu bermain di casino bar milik kita tapi selalu kalah dan sudah memiliki banyak sekali hutang di catatan kita."

"Oh.. kenapa?" jawab Tama acuh. Dia kembali menghadapkan wajahnya ke arah berkas yang ada di tangannya.

"Semalam istrinya menghubungiku katanya dia akan memberikan anak gadisnya kepada anda sebagai alat untuk membayar seluruh hutangnya," ucap Rey.

"Apa?" Tama kembali mendongak. Dia sangat terkejut dengan apa yang diucapkan oleh sekretaris pribadinya itu.

"Apa dia sudah gila? Bagaimana bisa dia menjual anak gadisnya untuk melunasi semua hutangnya. Pekerjaanku bukan penjual anak gadis orang," ucap Tama.

"Kami sudah membicarakan hal itu dengan Nyonya Daksa. Dan kami juga sudah menolak. Tapi dia  memaksa agar kami memberikan foto ini terlebih dahulu kepada anda sebelum kami mengambil keputusan."

"Ini foto anak gadis dari Tuan Daksa," ucap Rey sambil menyodorkan sebuah foto seorang gadis ke depan Tama.

Awalnya Tama terkesan acuh dan tak tertarik untuk melihat foto tersebut. Akan tetapi saat kedua matanya tidak sengaja melihat ke arah dimana foto itu berada, Tama pun sangat terkejut.

"Dia…?" gumam laki-laki itu.

***

 

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Weka
siapa itu yang dilihat
goodnovel comment avatar
Cacak Endik
eh seru ini
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status