Share

BAB 4 RAY EMOSI

“Sakit, Tuan! Tolong lepaskan tangan Anda, saya mohon!” Pinta Anna dengan suara pelan.

“Bagus, kalau kau merasa sakit! Ini belum seberapa!” Ray melepaskan cekauannya di dagu Anna, sambil mendorong gadis itu hingga ia terjatuh ke lantai.

Ray menatap Anna dengan tatapan yang tak terbaca. Bibirnya terkatup rapat jelas sekali, kalau ia sedang marah.

Ia kemudian berjalan dengan langkahnya yang panjang menuju pintu keluar. Sesampainya di luar ia langsung masuk mobil mewah miliknya.

Dikemudikannya mobil tersebut meluncur melewati pohon pinus, yang berjejer di kiri dan kanan menuju pintu gerbang rumahnya yang dijaga oleh seorang petugas keamanan.

Ray memukul setir mobilnya dengan kesal rahangnya mengetat dengan dengan mata yang menyorot marah. Tadinya ia akan pulang ke rumah untuk beristirahat, setelah berlayar selama beberapa bulan.

Dikemudikannya mobil dengan kecepatan tinggi menuju kantornya yang berada dekat dermaga, di mana perusahaan kapal miliknya berada.

Dalam waktu dua jam Ray sudah sampai di depan kantornya yang berdiri kokoh dengan arsitektur moderen. Dilemparkannya kunci mobil kepada petugas keamanan yang berjaga di depan pintu kantornya.

“Tolong sekalian bersihkan mobilku!” Perintah Ray kepada petugas keamanannya.

“Baik, Tuan!” sahut petugas keamanan Ray.

Ray masuk gedung kantornya yang berlantai tiga, di mana ruang kerjanya berada.

Ray mengambil botol minuman keras, berikut gelas bersih dari lemari kaca yang ada di ruangan tersebut. Ia, kemudian duduk di balik meja kerjanya.

Dituangnya anggur ke dalam gelas, yang langsung ia tenggak sampai tandas, kemudian dilemparkannya gelas itu ke dinding sampai pecah berkeping-keping dengan mata yang menyala karena amarah.

Ditenggaknya lagi anggur langsung dari botolnya sampai tandas. Ia hanya mau melupakan kenangan buruk bersama mantan istrinya. Namun, Ray merasa kalau dirinya pernah bertemu dengan Anna sebelumnya.

 Ray mengusap bibirnya yang tadi ia pakai untuk mencium Anna. Dan hal itu membuatnya menginginkan mencium Anna kembali. 

Asisten Ray yang ruangannya berada di sebelah ruang kerja Ray mendengar suara berisik di ruangan Ray. Ia pun datang untuk melihat bosnya itu. Tadinya ia mengira, kalau Ray tidak akan datang ke kantor mengingat dirinya yang baru saja pulang berlayar.

Diketuknya pintu ruang kerja, tetapi hanya sahutan tidak jelas saja yang terdengar. Asisten Ray membuka pintu tersebut, ia menggelengkan kepala melihat ruangan itu gelap.

Dinyalakannya lampu dan terlihatlah Ray yang kepalanya tertelungkup di atas meja.

“Whoa! Apa yang terjadi denganmu, Bos? Apakah kau mengalami pelayaran yang buruk?” Tanya asisten Ray.

Aroma alkohol menguar begitu kuat dari tubuh Ray dan juga ruangan tersebut. ‘Sial! Ini pasti sesuatu yang serius sampai kau mabuk lagi!”

Asisten Ray mengerutkan keningnya melihat Ray yang mencukur janggut yang selama beberapa tahun ini dibiarkannya tumbuh dengan panjang, begitupula dengan kumisnya yang lebat.

“Siapa dan apa yang membuatmu mau merapikan penampilanmu?” Tanya asisten Ray lagi dengan penasaran.

Yang dijawab Ray dengan gumaman tidak jelas, karena ia sedang mabuk berat.

“Semoga saja ini, bukan karena wanita lagi, Bos!” ucap asisten Ray. Ia, kemudian berjalan keluar dari ruangan itu.

Dibiarkannya lampu di ruangan Ray tetap menyala, barangkali saja tengah malam nanti Ray akan terbangun dari tidurnya.

Di tengah kabut kesadarannya yang setipis kulit Ray dapat mendengar suara orang berbicara. Hanya saja, ia tidak sanggup membuka suara, ia tidak memiliki tenaga sama sekali.

Ia hanya ingin tidur saja dan melupakan dunia untuk sementara waktu. Dan minuman keras berhasil membuatnya melupakan itu semua.

Tengah malam Ray terbangun matanya merasa silau melihat sinar lampu yang terang benderang. Dengan memijat kepalanya yang terasa sakit Ray berjalan terhuyung menuju kamar mandi di ruang kerjanya.

‘Sial, di mana Ray? Kenapa aku tadi, seperti mendengar ada orang yang terjatuh?’ Gerutu asisten Ray yang berjalan memasuki ruang kerja Ray, begitu didengarnya ada benda yang jatuh dengan keras.

Ia, lalu berjalan menuju kamar mandi di sana ia melihat Ray yang berada di lantai kamar mandi, dengan bekas muntah yang mengenai kemeja yang dipakainya.

“Astaga, Ray! Apa yang kau lakukan pada dirimu sendiri!” gerutu asisten Ray.

Dilepaskannya kemeja yang dipakai Ray yang telah terkena noda muntahan, kemudian ia menyeret badan bosnya itu ke bawah pancuran.

“Kau berutang banyak padaku, Bos! Kalau kau sadar nanti, kau harus mentraktirku!” ucap asisten Ray.

David, asisten Ray menyalakan air pancuran dengan suhu dingin yang tepat jatuh di atas kepala Ray.

Ray membuka matanya dan langsung memaki dengan kasar. “Brengsek! Apa yang kau lakukan? Cepat matikan air pancuran ini!”

“Aku tidak akan mematikannya, Ray sampai kau kembali sadar dari mabukmu!” Tegas David.

“Sialan, kau David! Aku tidak mabuk. Cepat matikan, atau aku akan memecatmu!” Perintah Ray.

“Yeah, lakukanlah! Dan kau akan kehilangan orang kepercayaanmu!” sahut David. Ia, kemudian keluar dari kamar mandi itu meninggalkan Ray mengurus dirinya sendiri.

Ray menyumpahi David dan ia berjanji, kalau sudah sadar nanti akan memberikan pelajaran kepadanya.

Beberapa menit, kemudian kesadaran Ray sudah pulih sepenuhnya. Dilepaskannya celana panjangnya, berikut pakaian dalamnya.

Diambilnya handuk yang tersampir di gantungan, kemudian ia lilitkan di pinggangnya. Dengan rambut yang masih basah dan menetes kewajahnya. Ray keluar dari kamar mandi tersebut.

“Kenapa kau duduk di situ? Keluarlah David, aku sedang marah kepadamu!” Usir Ray.

David tetap duduk di tempatnya tidak bergeming. “Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja dan tidak melakukan hal bodoh, seperti apa yang dahulu kau lakukan!”

Usai David mengucapkan kalimat itu, netra David dan Ray bertemu. Ada pemahaman di netra hitam Ray.

“Terima kasih, sudah mengkhawatirkanku. Aku tidak akan bertindak bodoh, seperti dulu lagi!” Tegas Ray.

Selama waktu yang singkat David menatap tajam Ray. Mencari kepastian, kalau bos, sekaligus sahabatnya ini tidak berbohong.

Dianggukkannya kepala, setelah ia merasa yakin ia pun bangkit dari duduknya. “Kau berutang penjelasan padaku! Dan ketika kita berbicara nanti tidak ada minuman! Sudah cukup kau mabuk hari ini!”

Ray hanya diam saja tidak menjawab apa yang dikatakan David. Didengarnya suara pintu ruang kerjanya di buka dan di tutup.

Ray berjalan menuju lemari yang ada di sudut ruang kerjanya. Diambilnya pakaian dalam bersih, lalu dipakainya. Ia, kemudian memakai kemeja dan celana panjang.

Selesai berpakaian dan penampilannya sudah rapi kembali mencerminkan dirinya, yang merupakan seorang CEO dari perusahaan perkapalan, serta perkebunan. Ray berjalan keluar ruangannya.

Ia masuk lift yang membawanya menuju lantai dasar, kemudian ia keluar dari gedung kantornya. Udara malam yang terasa dingin menyegarkan kepalanya. Aroma asin air laut yang terbawa angin tercium olehnya.

David melambaikan tangannya, ketika melihat Ray masuk bar. Ia, kemudian duduk di sampingnya.

“Siapa wanita itu, Ray? Yang membuatmu menjadi kacau, seperti dulu lagi?” Tanya David.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status