Share

JERATAN KONTRAK PEWARIS
JERATAN KONTRAK PEWARIS
Penulis: YULIAKAYA

Bab 1. Pria asing

"Ayolah, Topan, kita sudah bersama lebih dari satu tahun. Aku tahu apa yang kamu inginkan. Itulah alasanku masih berada di sini bersamamu." 

Setelah makan siang, Erica menghampiri Topan di ruangannya. Sebelum bertemu dengan para investor untuk membahas implementasi proyek, mereka perlu menyiapkan segala sesuatunya dengan matang. Namun, Erica mengambil kesempatan dengan daya tarik seks untuk merayu Topan. 

Tangan Erica menyentuh dada Topan, mencoba merangsangnya untuk melakukan hubungan seks yang singkat,  tetapi Topan justru menyingkirkan tangannya. 

"Kita sedang bekerja. Jaga sikapmu dan bersikaplah profesional, Erica." 

Erica seorang sekretaris dengan kinerja yang baik, disiplin, cantik, dan seksi. Dia memancarkan sensualitas yang memancar pada mereka yang memandangnya. Tidak terkecuali Topan. Lelaki itu juga tergoda oleh kecantikannya.

Topan, seperti pria lainnya, membutuhkan seorang wanita di sisinya untuk berbagi kehidupan dan memenuhi kebutuhan seksualnya. Emma, di sisi lain, telah menghancurkan separuh hidupnya hanya dengan menodai harga dirinya. Hal itu mendorong egonya sebagai seorang pria hingga ke ubun-ubun.

Karena Emma, Topan kehilangan nafsunya untuk berhubungan seks baru-baru ini. Erica tidak tampak menarik secara seksual bagi Topan seperti biasanya, sebab Topan tidak bisa berhenti memikirkan Emma setelah pertemuan tak sengaja hari itu. 

"Ough, Sayang, kamu bersikap profesional denganku di tempat kerja sedangkan tidak ada orang lain di sini bersama kita? Aku tidak percaya," sahut Erica, lantas berbisik, "keluarkan saja sebelum mereka datang. Menahannya di dalam bisa menyakitimu." 

Erica mencium bibir Topan, lalu mengerang di telinganya untuk menunjukkan kegembiraannya akan seks. Topan harus memejamkan mata menahan rangsangan saat Erica membelai alat kelaminnya.

"HENTIKAN, ERICA! MENJAUH DARIKU!" 

"TOPAN!" Erica terkejut ketika Topan mendorongnya ke belakang, membuat dia mundur sempoyongan. Selama mereka bersama, baru kali itu Topan bersikap tidak sopan padanya. 

Sikap Erica membuat Topan marah, karena pria itu ingin menyendiri dengan pikirannya. Topan tidak dapat mengendalikan pikirannya yang kusut, tersebab masalah yang harus segera diurus. 

Sulit untuk percaya apa yang baru saja terjadi membuat Erica tertegun di tempatnya berdiri, menatap ke arah Topan. Kekesalan Topan terlihat jelas dalam beberapa detik, sebelum akhirnya dia berdiri dan menunjuk ke arah Erica yang tampak rumit bagi Topan. 

"Jangan melewati batas, Erica! Kamu hanya seorang sekretaris, bukan pacarku! Ingat itu!" Topan berteriak. "Kembali ke mejamu!" 

***

Emma memilih untuk keluar dari lobi setelah sempat terhenti di ambang pintu, saat melihat pria tak dikenal yang ditemuinya beberapa hari sebelumnya sedang bersama seorang perempuan. 

"Awww!" Emma hampir saja jatuh ke tanah karena lengan bajunya tertarik. Dia sulit percaya apa yang matanya lihat. Pria tak dikenal itu mencengkeram lengannya. "A-apa yang Anda lakukan?" 

"Kamu baik-baik saja?" tanya Topan. Suaranya terdengar seperti guntur. Pertanyaannya juga membingungkan Emma. Dia menyakiti Emma, tetapi malah bertanya bagaimana keadaannya sekarang. 

Emma bergantian melirik Topan dan Erica di belakang sana. Saat Emma berjalan melewati lobi, mereka sedang bertengkar dengan elegan seperti penembak jitu profesional yang akan saling menembak. 

"Kenapa kamu malah menanyakan kondisinya? Kenapa kamu peduli padanya?" Erica terlihat bingung. "Dia bukan siapa-siapa, idak ada hubungannya dengan kita. Jangan libatkan orang lain di antara kita!" 

"Dia memang bukan siapa-siapa, tapi aku tetap pada keputusanku!" Topan membentak, kemudian membawa Emma bersamanya. 

"T-tunggu, Pak. A-apa yang Anda lakukan?" 

"Diam! Jangan banyak bicara!" bentak Topan. 

Sementara itu, Erica memanggil nama Topan dari arah belakang. "Kamu harus menjelaskannya pada keluargaku, Topan!"

Emma mendengar wanita itu berteriak dan mungkin mengejar di belakang Topan. Dia tidak tahu apa-apa, tetapi kenapa dia mendengar pertengkaran mereka? Apa mereka tidak tahu di mana mereka berada sekarang? 

Ini masalah mereka, tentang hubungan mereka. Mereka seharusnya berbicara, mendiskusikan hal-hal yang terlewatkan, apa yang telah mereka rencanakan, apa yang mereka inginkan dan impikan, untuk memperbaiki hubungan mereka dan menyelesaikan masalah mereka; bukan membawanya ke dalam urusan pribadi mereka. 

Emma bertanya pada dirinya sendiri, apa kesalahannya terlibat dalam urusan mereka?

Kedatangannya ke perusahaan untuk wawancara kerja, bukan untuk menjadi orang ketiga dalam hubungan seseorang. 

"Topan, pembicaraan kita belum selesai!" teriak Erica lagi sambil berlari kecil mengejar Topan. 

Topan mengabaikan teriakannya. Dia bahkan mengencangkan genggamannya pada tangan Emma dan mempercepat langkahnya menuju tempat parkir. "Masuk!"

Emma terpaksa mengikuti perintah Topan, karena lelaki itu mendorongnya masuk ke dalam mobil. Sementara itu, Erica mengetuk jendela mobil setelah Topan mengunci pintunya. 

"Hei, apa yang Anda lakukan? Mau dibawa ke mana saya?" tanya Emma panik, berusaha melepaskan cengkeraman Topan. 

Mobil Topan keluar dan melaju di jalanan meninggalkan Erica di belakang. Perempuan itu memandangi mobil Topan ketika Emma menoleh ke belakang. 

Karena tidak mendapat jawaban, Emma bertanya, "Siapa Anda? Kenapa Anda membawa saya bersama Anda? Anda ingin menculik saya?" 

Topan tidak menjawab. 

"Dengar, saya tidak kenal Anda, tapi saya berterima kasih Anda sudah menolong saya waktu itu. Karena Anda mengantarkan obat saya, saya jadi merasa lebih baik. Karena itulah saya ada di sini sekarang. Jadi, tolong lepaskan saya. Jangan libatkan saya dalam masalah Anda."

Topan tetap diam. 

"Saya punya urusan sendiri dan banyak hal yang harus saya lakukan. Jadi, biarkan saya pergi. Turunkan saya di sini!" lanjut Emma dengan napas tidak teratur. 

"Dilarang berhenti di sini," sahut Topan mantap. Tak mau meladeni ocehan Emma. 

"Terserah! Saya cuma ingin pulang." 

"Aku akan mengantarmu pulang." Setelah itu, Topan melihat sebuah bungkusan di pangkuannya. Matanya kemudian menyipit. "Kamu mendapat pekerjaan?" 

Emma ikut melihat bungkusan tersebut. "Iya, tapi Anda tidak akan mendapatkan apa-apa dengan menculik saya. Saya ini orang miskin."

Dilihat dari cara Topan berpakaian, dia sosok sederhana yang mewah karena memakai pakaian mahal meski terlihat sederhana. 

"Aku tidak butuh uangmu, tapi kamu butuh uangku," ujar Topan mantap. 

Emma menoleh padanya sambil mengerutkan alis karena bingung yang menyerang. "Apa maksud Anda?" 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status