“Mbak Citra!!”Kalya berteriak dari pintu lobby. Ia langsung berjalan cepat ke arah depan lift. Dimana disana sudah ada Citra dan Lina.Mendengar Kalya berteriak seperti itu Lina dan Citra langsung menoleh ke arah asal suara.Kalya sudah ada dihadapan mereka. Kalya ngos-ngosan sekali-kali mengusap-usap kakinya yang terasa perih tergesek sepatu. Meskipun dari pintu lobby ke lift terbilang dekat, tapi cukup menyiksa bagi Kalya yang menggunakan sepatu high heels.Menurut Lina, Kalya selalu rempong setiap hari nya. Dia selalu bawa hands bag dan juga lunch bag yang cukup besar. Belum lagi akhir-akhir ini masuk musim penghujan. Kalya selalu membawa payung dan long coat yang tersampir dilengannya.Betapa penuhnya tangan Kalya dengan bawaan-bawaan itu.TingBaru saja Kalya membuka mulutnya untuk memulai percakapan, pintu lift sudah terbuka.Citra, Lina dan Kalya masuk ke dalam lift. Kebetulan sekali di dalam lift tersebut hanya ada mereka bertigaSaat sudah di dalam lift dan pintunya tertutup
“Sini makan, mas.”Brian menghela napasnya. Ia bangkit dari kursi kebesarannya. Ia pindah duduk ke sofa single yang ada disana. Ada banyak makanan diatas meja itu.Brian melihat gaya berpakaian Kalya dari atas kepala hingga bawah. Hari ini dia memakai seragam ketat dan rok 5 senti diatas lutut dengan rambut yang diikat ponytail. Apalagi make up Kalya siang ini cukup tebal. Brian merasa terganggu pandangannya melihat gaya berpakaian Kalya.Kalya memberikan piring yang sudah ada nasi dan lauknya sambil menatap Brian. Piring itu tidak juga diambil oleh Brian. Kalya lihat Brian meneliti baju yang ia kenakan hari ini. Dilihat dari pandangannya sepertinya Brian tidak suka dengan cara berpakaian Kalya.Apa bilang aja sama orang HRD buat ganti seragam aja ya?-- batin Brian.Kalya tersenyum malu, ia gelagapan. Dia melupakan ucapan Brian. Jika ia bertemu Brian harus me
“Aku janji hari ini kedua kalinya sekaligus terakhir kalinya kita makan siang bareng…. BERDUA” final Kalya tegas.“Hm?”Brian mengerutkan keningnya dan menoleh pada Kalya. Brian seakan tidak percaya dengan ucapan Kalya. Secepat itu?Perasaan Brian tidak enak. Apa dia tidak akan mendapatkan makanan gratis lagi?Memang masakan Kalya masih kurang jika dibandingkan dengan makanan restoran-restoran, tapi makanan yang dimasak Kalya masih bisa diterima perutnya.Brian bersyukur selama ia memakan masakan Kalya ia belum pernah mengalami sakit perut atau muntah-muntah.“Aku juga janji ngga bakalan ganggu mas. Ngga bakalan kirim lunch box lagi. Ngga bakalan basa-basi sapa mas kalo ketemu.” janji Kalya.Deg.Kenapa hatiku terasa tercubit? -- batin Brian.Brian masih tetap mencoba menghiraukan ucapan Kalya. Tidak mungkin Kalya menyerah begitu saja pikir Brian. Lebih baik ia mengakhiri pembicaraan ini daripada ia makin tak enak hati.“Bagus lah. Udah?”“Iya, udah beres aku ngomongnya.” Kalya bangki
Kalya sedang duduk di meja belajar yang ada di kamarnya. Saat ini ia sedang fokus pada laptopnya yang sedang menampilkan chat broadcast melalui Wh*ts*pp Web. Sepulang kerja tadi ia sengaja datang ke beberapa counter hp yang ada di sekitar mall Expart meminta nomor handphone yang biasanya membeli pulsa di counter tersebut. Lumayan ia dapat ratusan nomor handphone yang dapat ia tawari motor baru.ting ting tingAda beberapa chat masuk ke dalam gawainya. Lihatlah begitu banyaknya isi chat didalam grup marketing SFC. Daritadi ia mengabaikan chat dari grup tersebut. Saat ini Kalya tidak ingin diganggu, karena ia sedang fokus membalas pesan dari para calon konsumennyaJam 21.25Kalya sudah tiduran di ranjangnya. Gawainya juga sudah tidak terlalu berisik seperti tadi. Calon konsumennya pun sudah tidak ada yang chat lagi. Ia penasaran dengan isi chat di grup marketing itu. Akhirnya Kalya membuka isi chat di
tingArin langsung memeriksa pesan yang masuk ke gawainya.Citra : Kesempatan terakhir, Rin. Mumpung duduk sampingan juga. Inget kata Lina.Arin : Aku coba, wait.Ya, saat ini mereka dan tim marketing yang dipimpin oleh Yusup sudah berada di restoran yang dipesan Citra. Mereka duduk di sebuah meja panjang. Seperti yang dikatakan Citra, Arin duduk tepat disamping Dariel. Sebenarnya Citra yang secara tidak langsung membuat Arin duduk disamping DarielFlashback“Denger, Rin. Gimana kalo coba yang pertama basa-basi tanya dikit-dikit ke pak Dariel, tanya apa kek gitu. Coba jangan dulu perhatiin pak Aldo.” saran Lina“Yang kedua bla… bla… “ lanjut Lina.Flashback endTarik napas … lalu keluarkan …Berkali
Ngapain sih Kalya senyum-senyum ke pak Dariel. Mana senyumnya dimanis-manisin gitu lagi. Setelah gue usir kayaknya dia cari mangsa baru. Hebat juga -- batin BrianWell, sepertinya Brian lupa kalo dia tidak ada rasa pada Kalya. Tapi ia merasa tidak nyaman melihat Kalya senyum pada pria lain. Brian bisa cemburu juga ternyata. Pikiran negatif tentang Kalya terus bermunculan di kepala BrianDariel juga malah bales senyum lagi. Arghh f*ck. -- cerocos Brian di dalam hati.“Wahhh. Terima kasih Kalya. Saya harap juga dengan adanya reward ini membuat rekan marketing bisa lebih semangat. Bahkan kalo bisa jualannya melebihi Kalya. Kalau kalian jualannya banyak saya juga ngga akan ragu untuk kasih kalian reward.” ucap Dariel.Seluruh marketing yang ada disana berbisik-bisik. Mereka sangat senang dengan ucapan Dariel. Siapa yang tidak senang coba jika diiming-imingi reward.Mereka
Mata nakal Dariel melirik bibir Arin. Kepalanya sudah memiring sedikit ke kanan. Arin melihat arah pandang mata Dariel. Arin menutup matanya. Lalu….*****Arin langsung memalingkan kepalanya. Dariel tersadar. Ia langsung memasang seat belt Arin, lalu miliknya.Dariel berdeham canggung. Keduanya langsung mengalihkan pandangan keluar jendela mobil.“Maaf. Saya lancang.” ucap Dariel“hm.” gumam ArinDariel menjalankan mobilnya. Kontrakan Arin lebih jauh dari sini jika dibandingkan saat Dariel mengantar Arin pulang dulu.“Rin. Ngontrak sendiri?” tanya Dariel tiba-tiba.Sebenarnya Dariel sengaja mencari topik pembicaraan, selain untuk menghilangkan kecanggungan, Dariel juga ingin mengetahui seputar Arin langsung dari sumbernya. Ia ingin menjadi lebih dekat juga dengan Ari
Jika kita melihat mobil Dariel didalamnya dipenuhi obrolan santai dengan hati yang berbunga-bunga yang mereka rasakan satu sama lain, beda halnya dengan isi mobil Brian.Di dalam mobil Brian hanya ada Kalya yang memasang wajah cemberut dan Brian yang fokus menyetir.Brian disini seperti orang bodoh, mengantar Kalya pulang tapi ia tidak tau dimana alamat rumah Kalya. Sudah berkali-kali Brian tanya Kalya tapi dia hanya diam saja.Brian menghentikan mobilnya di samping jalan yang kanan-kirinya dipenuhi oleh pepohonan. Cukup menyeramkan sebenarnya. Sudah tidak ada mobil dan motor yang lewat jalan ini.“Saya tanya sekali lagi. Alamat rumah kamu dimana?” tanya Brian lagi.Kalya tetap tidak menjawab pertanyaan Brian. Dia hanya diam saja sambil menyilangkan tangannya di depan dada dan menatap keluar jendela.“Baiklah!!” Brain menghela napasnya