"Appa? Dad? Yang bener aja. Aku baru masuk kuliah dan Daddy udah jodohin aku!!" pekik seorang gadis dengan keras.
"Ya, dan nanti malam kita akan membicarakan masalah itu. Jadi jangan pergi kemana mana." Velove, memijat keningnya yang berdenyut. Bagiamana tidak. Baru saja dia kembali dari kampus tiba tiba di ajak bicara tentang masalah perjodohan. Astaga, jaman sekarang masih ada perjodohan seperti itu. "Dad, kenapa nggak rundingin dulu sama aku sih. Main di jodohin aja." dumel Velove lagi. " Lagian, kenapa nggak Daddy aja yang nikah lagi. Kenapa malah aku yang di jodohin! " Bugh..... " Aduh! " Velove meringis saat sebuah bantal melayang mengenai kepalanya dan pelakunya adalah sang Mommy. Mata Mommy nya sudah melotot ke arah Velove yang membuat Velove semakin cemberut saat ini. "Kalau bicara yang bener Velove, masak nyuruh Daddy kamu nikah lagi." omel Nesa. Mahen menghela napas berkali kali melihat tingkah laku putrinya ini. Tapi dia tak bisa membatalkan perjodohan yang sudah di atur dengan keluarga calon suami Velove. "Lebih baik kamu istirahat. Biar nanti kamu nggak bikin masalah saat mereka datang ke rumah ini. " Mata Velove melotot mendengar perkataan Daddynya. Bisa bisanya Mahen mengatakan hal seperti itu. "Daddy jahat banget sih, mana pernah aku bikin masalah buat Daddy sama Mommy." cerocos Velove kesal. Mahen lalu bicara panjang lebar mengingat kan bagaimana tingkah Velove selama ini. Mulai dari Velove yang sering mengikuti balap liar dan juga kabur dari rumah. Velove meringis saat Mahen sang papa mengatakan semua kelakuannya selama ini. Semua yang di lakukan Velove dari A sampai Z pun langsung di jabarkan dengan lengkap tanpa ada yang tertinggal. Dan Mahen menatap jengah pada putrinya satu itu. "Kalau kamu lupa biar Daddy ingatkan lagi semua masalah yang pernah kamu bikin Velove. Apalagi saat kamu kuliah di luar negeri sampai kembali ke Indonesia lagi. Jadi jangan pura pura lupa alasan kamu pindah kesini Velove Valensia!" Glek..... Velove meneguk ludahnya kasar, dia tak lupa sama sekali saat tiba tiba asisten Daddynya menangkap basah Velove yang sedang berada di club malam bersama teman temannya. Mahen murka dan saat itu juga Velove di gelandang pulang ke Indonesia. Velove berdehem, dan setelahnya dia menggaruk pelipisnya takut dengan amukan Mahen kali ini. "Oke, Velove istirahat sekarang. Dan panggil Velove saat nanti jodoh yang Daddy siapkan sudah datang." Setelahnya Velove kabur ke kamarnya dengan cepat. Mahen menghela napas berkali kali memikirkan tingkah putri tunggalnya itu. "Dad, Daddy yakin dengan perjodohan ini?" tanya Nesa hati hati. Mahen, mengangguk yakin. Karena Mahen percaya jika jodoh yang sudah di siapkannya ini benar benar akan bisa merubah sifat Velove yang selalu seenaknya sendiri. "Mommy tenang aja, Daddy juga nggak mungkin kan jodohin putri kita dengan sembarang orang. Dia tetap berlian Daddy meskipun tingkahnya sering bikin jantungan. " Nesa terkekeh mendengar itu, lalu mereka memilih untuk bersiap. Mereka juga tak ingin membuat malu diri mereka sendiri jika tak ada persiapan sama sekali. # Di dalam kamar, Velove monda mandir seperti sebuah setrika. "Daddy kenapa tiba tiba banget ya jodohin aku kayak gini? Apa mungkin ini pernikahan bisnis?" Velove mengacak rambutnya karena dia mulai panik. Biar bagaimana pun dia belum siap untuk menikah apalagi di umur yang masih 22 tahun. Masa depannya masih panjang, dan apa jadinya jika dia menikah muda. "Oh, ya ampun, otakku nggak bisa mikir sama sekali. Aku harus gimana?? " Velove mulai frustasi, tapi mengingat sikap Daddy nya tadi sudah jelas Mahen tak pernah main main. Velove duduk di sisi ranjang dengan menundukkan kepalanya. Dia ingin kabur dari sana tapi dia akan kabur kemana? Dia belum punya banyak teman disana. Apalagi dia baru kembali dari luar negeri. Velove menghela napas sekali lagi. Bruk..... Tubuhnya jatuh ke ranjang, melihat langit langit. Pikirannya kacau, dia tak bisa berpikir sama sekali saat ini. "Nikah muda ya? Apa enaknya sih?" gumam Velove lirih. Perlahan mata itu tertutup karena mata nya sudah lelah sejak tadi. Dan tak lama Velove masuk ke dalam dunia mimpinya. Velove tertidur pulas meninggalkan pikirannya yang tengah kalut. # Tanpa di rasa waktu sudah menunjukan malam hari. Velove mulai terbangun karena alarm dari ponselnya yang terdengar nyaring. Dia meraih ponselnya dan mematikan alarm itu. Velove bangun dari ranjang dengan keadaan belum sepenuhnya bangun. Tapi perutnya sudah keroncongan minta di isi. "Masih ngantuk, tapi perut sialan ini malah kelaparan!" Velove terus menggerutu tanpa sadar. Dia juga turun ke lantai satu untuk mengambil makanan. Tapi saat dia berada di anak tangga terdengar pekikan keras dari sang mama. "Astaga, Velove... Apa yang kamu lakukan?" Mata Velove langsung membuka sempurna dan otaknya ngeblang seketika. Dia mengerjapkan matanya berkali kali lalu memindai semua orang yang sedang menatapnya aneh. Sampai tatapan matanya bertubrukan dengan salah satu orang yang duduk di dekat Daddy nya. Sedetik, dua detik, Velove masih belum sadar dengan apa yang terjadi padanya dan semua orang yang ada disana. "Velove, kenapa kamu masih pakai piyama?" teriak Nesa lagi Mata Velove membola, dan dia menundukkan wajahnya tersadar dengan apa yang terjadi. " Sialan! " batin Velove. Wajahnya memerah karena malu, apalagi dia berpakaian seperti itu di depan banyak orang. Oh, jangan lupakan penampilan nya yang masih acak acakan bangun tidur. " Mommy, maaf.... Velove ganti baju dulu!! " teriak Velove sambil berteriak lari kembali masuk ke dalam kamarnya. Semua orang menatap bengong pada Velove, Mahen sendiri menutup wajahnya karena syok dengan apa yang di lakukan putrinya. Tapi berbeda dengan satu orang yang terus mengawasi Velove dengan mata elangnya. Senyum samar tercetak disana. "Lucu sekali! " to be continuedAltares memilih meninggalkan kamar mereka dan kembali bersama keluarganya di bawah. Sedangkan Velove dengan cepat membersihkan sisa riasan di wajahnya. Velove bernapas lega karena saat kembali ke kamar Altares sudah pergi dari sana. Velove naik ke atas ranjangnya dan tak lama matanya mulai terpejam dengan cepat. Velove langsung tertidur pulas. Altares yang sudah selesai mengobrol pun kembali ke dalam kamar. Dia melihat Velove yang sudah pulas dalam tidurnya. "Dia kebo banget!" Altares berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setelah berganti pakaian dia ikut naik ke atas ranjang. Meraih tubuh Velove lalu memeluknya sambil tertidur. Velove yang merasa nyaman dalam pelukan itu semakin mengeratkan pelukannya pada Altares yang dia pikir adalah guling miliknya. # Pagi menjelang..... "Kyaaa .....mpph....." Altares yang terkejut pun langsung membungkam mulut Velove yang saat terbangun sudah berteriak kencang. Mata Velove melotot saat sadar siapa yang ada disamp
Velove bangun saat jam alarmnya berbunyi berkali kali. Tapi bukannya lekas bangun, Velove kembali melanjutkan tidurnya. Karena kesal alarmnya terus berbunyi akhirnya Velove melempar jam itu ke sembarang arah. Dug ... "Eh....." Mata Velove terbuka sempurna saat mendengar suara kesakitan. Dia lalu bangun dari tidurnya dan melotot lebar saat melihat siapa yang sudah ada di dalam kamarnya. "Kamuuu?" Velove syok, lalu tersadar jika saat ini dia sedang memakai gaun tidur yang tipis. Velove dengan cepat menarik selimutnya dan menutup tubuhnya sehingga yang terlihat hanya kepalanya saja. "Kamu ngapain masuk ke kamarku?" teriak Velove keras. Altares tak menghiraukan perkataan Velove karena kepalanya masih berdenyut akibat terkena jam alarma Velove tadi. Velove yang menyadari itu meringis kecil sekaligus takut. Dia takut jika Altares akan marah kepadanya bahkan membalas apa yang dia lakukan meskipun itu tak sengaja. "Lupa, kalau kita mau pergi?" Velove mengerutk
Velove masuk ke dalam kamarnya dengan langkah gontai mengingat apa yang di katakan sang Momy tadi. Saat sampai di kamarnya, dia melihat jarinya yang tersemat cincin yang di berikan Sofiah tadi kepadanya. "Jual ginjal? Astaga.... ini kenapa malah bikin aku takut? Bukan apa apa malah udah horor begini!" dumel Velove dalam hati. Dia membersihkan wajahnya sesaat setelah dia berganti pakaian. Merebahkan dirinya dan berguling guling tak jelas di ranjangnya. Velove sudah membayangkan bagaimana jadinya dia yang akan menikah sebentar lagi. "Gila nggak sih ini, balik ke indo malah langsung di suruh nikah. Mana jodohnya om om mesum lagi." Velove terus mengomel dalam hati sampai pada akhirnya dia terpejam karena hari sudah semakin larut. # Di sisi lain, Altares hanya mampir sebentar di rumah kedua orang tuanya. "Nggak nginep aja Al?" "Nggak ma, lain kali. Besok aku ada kerjaan pagi." Sofiah mengangguk mengerti. Altares sama seperti Marko sang papa yang gila kerja. J
"Apa aku tak salah dengar?" "Nggak ada yang salah, dan itu persyaratan nya. Seminggu lagi atau sebulan lagi. Semua keputusan ada padamu." Velove langsung melongo mendengar syarat yang tak masuk akal menurutnya. Dua duanya jatuhnya akan sama. Sedangkan Altares diam menunggu jawaban Velove. Bagi Velove dua syarat itu hanya menguntungkan satu pihak yaitu Altares sedangkan dia tetap akan di rugikan. Altares tersenyum samar saat melihat wajah keruh Velove. Lebih tepatnya wajah Velove yang sedang berpikir keras saat ini. "Kalau gitu, aku juga punya syarat untuk kamu." Altares menaikkan sebelah alisnya mendengar Velove juga mengajukan syarat untuknya. "Tapi lepas dulu." "Kalau aku nggak mau?" tantang Altares. Velove memanyunkan bibirnya cemberut karena Altares terus saja menjawabnya. Belum lagi posisi yang seperti ini, Velove takut jika Daddy nya tiba tiba ada disana dan malah akan salah paham. Velove mulai memberontak karena Altares tak juga mau melepaskannya. Dan ka
Velove jelas malu setengah mati. Dia menutup pintu kamarnya dengan keras. Memukul kepalanya sendiri, bisa bisanya dia ketiduran dan lupa dengan acara perjodohan itu. "Ya Tuhan, malu banget aku. Dan tadi, laki laki itu?" "Ahhh, dia pasti yang mau di jodohin sama aku!!" Velove terus menggerutu tapi kemudian sebuah pikirkan terlintas dalam otaknya. "Bukannya itu bagus? Dia bisa ilfeel kan sama aku gara gara lihat hal tadi?" Velove tersenyum senang, lalu dia menuju kamar mandi dengan perasaan yang lebih tenang dan santai. Dia akan bersiap, tapi dia juga tak ingin membuat Daddy-nya mengamuk dan malah menghukumnya. # Sedangkan di ruang tamu, Nesa meminta maaf pada tamunya berkali kali karena ulah Velove barusan. "Nyonya Sofiah, maafkan putriku. Mungkin dia lupa jika malam ini adalah malam yang penting untuknya." Sofiah yang awalnya syok melihat penampilan Velove akhirnya tertawa. Dia merasa jika Velove itu sangat lucu dengan penampilan polosnya. "Tidak apa apa ny
"Appa? Dad? Yang bener aja. Aku baru masuk kuliah dan Daddy udah jodohin aku!!" pekik seorang gadis dengan keras. "Ya, dan nanti malam kita akan membicarakan masalah itu. Jadi jangan pergi kemana mana." Velove, memijat keningnya yang berdenyut. Bagiamana tidak. Baru saja dia kembali dari kampus tiba tiba di ajak bicara tentang masalah perjodohan. Astaga, jaman sekarang masih ada perjodohan seperti itu. "Dad, kenapa nggak rundingin dulu sama aku sih. Main di jodohin aja." dumel Velove lagi. " Lagian, kenapa nggak Daddy aja yang nikah lagi. Kenapa malah aku yang di jodohin! " Bugh..... " Aduh! " Velove meringis saat sebuah bantal melayang mengenai kepalanya dan pelakunya adalah sang Mommy. Mata Mommy nya sudah melotot ke arah Velove yang membuat Velove semakin cemberut saat ini. "Kalau bicara yang bener Velove, masak nyuruh Daddy kamu nikah lagi." omel Nesa. Mahen menghela napas berkali kali melihat tingkah laku putrinya ini. Tapi dia tak bisa membatalkan