LOGINVelove jelas malu setengah mati. Dia menutup pintu kamarnya dengan keras. Memukul kepalanya sendiri, bisa bisanya dia ketiduran dan lupa dengan acara perjodohan itu.
"Ya Tuhan, malu banget aku. Dan tadi, laki laki itu?" "Ahhh, dia pasti yang mau di jodohin sama aku!!" Velove terus menggerutu tapi kemudian sebuah pikirkan terlintas dalam otaknya. "Bukannya itu bagus? Dia bisa ilfeel kan sama aku gara gara lihat hal tadi?" Velove tersenyum senang, lalu dia menuju kamar mandi dengan perasaan yang lebih tenang dan santai. Dia akan bersiap, tapi dia juga tak ingin membuat Daddy-nya mengamuk dan malah menghukumnya. # Sedangkan di ruang tamu, Nesa meminta maaf pada tamunya berkali kali karena ulah Velove barusan. "Nyonya Sofiah, maafkan putriku. Mungkin dia lupa jika malam ini adalah malam yang penting untuknya." Sofiah yang awalnya syok melihat penampilan Velove akhirnya tertawa. Dia merasa jika Velove itu sangat lucu dengan penampilan polosnya. "Tidak apa apa nyonya Nesa, mungkin Velove juga masih kaget dengan perjodohan ini." Nesa bisa bernapas lega karena ternyata Sofiah tak marah atau memojokkan Velove karena sikapnya tadi. Begitu juga dengan Marko yang terlihat biasa saja sejak tadi. Tak berapa lama, Velove turun dari kamarnya dengan pakaian yang rapi dan juga make up tipis natural. Entah kenapa dia merasa gugup saat ini, padahal tadi ketika Velove keluar dari kamar dia merasa jika dia akan baik baik saja. Langkah nya mulai terasa berat saat Velove mulai dekat dengan ruang tamu dimana calon suaminya juga ada disana. Ah, bisakah Velove menyebutnya calon suam? Padahal ini hanya perjodohan dan belum tentu laki laki itu akan setuju juga dengan perjodohan mereka. Siapa tahu malah laki laki itu juga sudah mempunyai pasangan, berbeda dengan dirinya yang masih sendiri. "Nah, ini dia yang di tunggu." sindir Nesa pada putrinya. Velove duduk di sebelah Nesa dengan wajah tertunduk. Dia tak berani mengangkat kepalanya karena malu dengan kejadian tadi. "Cantik kan Al?" goda Sofiah yang sejak tadi tahu jika putranya terus melihat ke arah Velove. "Hmm...." Hanya deheman sebagai jawaban dari pertanyaan sang mama. Velove yang penasaran dengan laki laki di depannya. Apalagi jawabannya hanya seperti itu, terkesan menyepelekan nya. Itu yang ada dalam pikiran Velove saat ini. Saat Velove mengangkat kepalanya matanya tak sengaja bertubrukan dengan mata laki laki itu. Mata yang membuat Velove tanpa sadar meremas gaun miliknya. Nesa yang melihat Velove tak berkedip saat melihat Altares pun tersenyum tipis. Tapi dia tak ingin menggoda Velove saat ini atau akan terjadi hal di luar perkiraan mereka nantinya. "Baik, jadi pernikahan mereka akan di laksanakan sebulan lagi." "Vel, gimana? Langsung nikah, sebulan lagi. " " Iya mom. " jawab Velove tanpa sadar. Lalu sedetik kemudian mata Velove membeliak dan dia langsung berdiri. "Apa? Sebulan lagi?" teriak Velove kaget. Nesa memejamkan matanya karena teriakan Velove, sedangkan Sofiah kembali melongo melihat tingkah Velove saat ini. "Vel, duduk!" tegur Mahen pada Putrinya. Velove langsung duduk dengan wajah cemberutnya. Tapi seperti nya dia hanya bisa menurut saja kali ini dengan keputusan para orang tuanya. "Gimana Al, udah siap kan sebulan lagi?" Altares diam tak langsung menjawab, tapi matanya terlihat terus menatap Velove yang tengah duduk gelisah di tempatnya. Senyum samar terbit kembali di wajah tampan Altares. "Kalau bisa, Al mau seminggu lagi." Duar..... Velove langsung menatap tajam pada laki laki di depannya ini. Semua orang langsung terdiam mendengar jawaban dari Altares. Apalagi Nesa yang tak menyangka jika Altares ingin menikah dengan putrinya seminggu lagi. "Al, kamu yakin?" Altares mengangguk, tapi suara Velove mengalihkan semua perhatian mereka terutama Altares. "Dad, aku mau minta ijin buat bicara dulu berdua." Tanpa menunggu jawaban dari Daddy nya, Velove bangkit berdiri dan meraih tangan Altares di depan semua orang tanpa rasa canggung sedikitpun. Velove membawa Altares ke taman belakang dan duduk di dekat gazebo. "Mau sampai kapan?" "Hah, apa?" Tanya Velove dengan wajah cengo nya. Altares lalu mengangkat tangannya yang masih di genggam oleh Velove. Mata Velove membola, lalu melepaskan tangan Altares dengan cepat. Altares tersenyum tipis, dia duduk santai di gazebo itu tanpa peduli dengan wajah cemberut Velove. Velove masih diam bingung harus mulai dari mana. "Kalau emang nggak ada yang mau di bicarakan, lebih baik aku kembali ke dalam." "Eh tunggu!" Lagi lagi Velove menarik tangan Altares dengan cepat. Karena saking cepatnya Velove tak melihat pijakan di bawahnya dan berakhirlah dia di dalam pelukan Altares. Wajah Velove memerah karena malu, sedangkan Altares sudah tersenyum smirk ke arah Velove. "Ternyata hanya jual mahal menolak perjodohan ini, dan sekarang kamu lebih agresif." Mata Velove membola, dia buru buru ingin melepaskan diri dari pelukan Altares namun Altares menahan tubuh Velove dengan erat. "Lepaskan!!" pekik Velove. Tapi Altares tak mau mendengar kan dan malah menarik Velove semakin dekat dengannya. "Apa kamu sudah punya kekasih sampai sebegitu terkejut nya saat pernikahan akan di lakukan seminggu lagi?" Velove reflek menggeleng tapi kemudian mengangguk. Tingkah absurd Velove malah membuat Altares semakin tertarik kepadanya. "Tak ada penolakan, karena mau bagaimana pun kita akan menikah seminggu lagi!" ucap Altares tegas. "Sebulan lagi bagaimana?" tawar Velove dengan wajah panik. Velove mulai merasa tak nyaman dengan posisi mereka berdua saat ini. Jika sampai Daddynya tahu dia akan di nikahkan saat ini juga. "Oke, sebulan lagi. Tapi selama sebulan kamu harus tinggal di apartemen ku!" jawab Altares santai." "Apa?" to be continuedMasalah soal Hera sudah di tangani pihak kepolisian. Altares dan Carlos juga sudah menyerahkan semua bukti yang mereka punya. Tak hanya itu saja, perusahaan Hera juga terkena audit dari pihak perpajakan yang di laporkan oleh Mahen tentu saja. Mahen geram karena Hera berani mengganggu putrinya. Seminggu berlalu, dan hari ini bertepatan dengan resepsi pernikahan yang di gelar oleh Altares dan Velove. Sesuai janji mereka beberapa waktu lalu, bahkan semua mahasiswa di kampus yang satu jurusan dengan Velove. Tapi tentu saja acaranya di pisah. Awalnya Velove menolak, tapi karena desakan semua orang akhirnya Velove pasrah. "Sayang, kalau kamu udah capek istirahat aja ya?" Velove mengangguk, wajahnya sudah pucat karena terlalu banyak orang yang datang dan itu membuatnya sesak. "Bawa ke kamar aja Al, yang disini nggak apa apa kalau mau di tinggal." Marko menyuruh Altares membawa Velove masuk ke dalam. Dia tak ingin membuat menantu dan calon cucunya kenapa Napa. Tanpa menung
Di dalam kamar itu, Hera masih bersikukuh jika dia bersama dengan Altares. Dan dari rekaman CCTV saja sudah terlihat jika dari awal Altares sudah bersama istrinya. Sedangkan Hera sudah bersama laki laki itu. Gongnya adalah, rekaman suara Hera yang merencanakan menjebak Altares juga terdengar disana. Hera panik begitu juga dengan asistennya. Hera menyambar selimut untuk menutupi tubuhnya. Dia berjalan cepat ke arah Altares tapi beberapa anak buah Carlos menghalanginya. "Minggir, kenapa kalian menghalangi jalanku??" "Anda di larang mendekati tuan muda dan nona muda kami. Anda dan semua yang berhubungan dengan anda sudah di blacklist dari akses perusahaan dan semua yang terkait kerjasama dengan tuan Altares." Semua orang yang mendengar itu langsung menjauh dari Hera. Mereka tak ingin terkena imbas dari apa yang di lakukan Hera saat ini. Tubuh Hera terhuyung ke belakang dan hampir saja jatuh jika tak ada asistennya yang menahan tubuhnya. Velove menaruh kepalanya di dad
Di depan mereka semua Hera terlihat menikmati apa yang dia lakukan. Bahkan saat sang laki laki mulai bangun dan melahap dua buah benda bulat itu. Assisten Hera syok, benar benar syok dengan apa yang dia lihat. Terlebih yang bersama Hera bukan Altares seperti yang mereka rencanakan. "Ada apa ya?" Suara Velove yang baru saja datang membuat semua orang menoleh. Dan asisten Hera yang melihat ada Altares disana memeluk pinggang wanita yang baru saja bertanya itu semakin kaget. Terlebih disana juga ada Carlos bersama seorang perempuan. Hera yang mulai terganggu dengan suara berisik dari sekitarnya membuka matanya perlahan. Matanya membola saat melihat semua orang tengah menatapnya dengan keadaan yang tak biasa. Tapi terlihat jika Hera masih menikmati Hujaman di bagian miliknya. "Ah ... Altares lebih keras!" Hera sengaja mengatakan itu karena ingin di dengar banyak orang tanpa tahu apa yang terjadi. Sedangkan semua orang yang sedang melihat Hera saling pandang. Velove dan
Carlos kembali dengan panik, dia mencari Altares tapi tak menemukannya. Begitu juga dengan Arra yang mencari keberadaan Velove. "Aduh, mereka berdua kemana?" Arra dan Carlos kelimpungan mencari keberadaan Velove terutama. Arra khawatir karena Velove sedang hamil. Jangan sampai Velove terluka. "Carlos, Velove kemana? Aduh mati aku!" Arra terlihat frustasi tapi kemudian matanya membola saat melihat Altares yang berjalan sempoyongan. Arra segera menghampiri Altares tapi langkahnya tertahan saat melihat ada orang yang membuntuti Altares pergi. "Sial, perempuan itu sudah melakukan rencananya." Arra mencari Carlos dan saat dia melihatnya dia langsung menarik tangan Carlos untuk mengikuti nya menyusul Altares. "Carlos disana!" Carlos terkejut tapi dia mengikuti arah pandang Arra. Dimana di depannya ada Altares yang tengah pergi dari ruang pesta itu. "Cari Velove sampai ketemu." Arra mengangguk, dia berjalan cepat mencari Velove. Sedangkan Carlos sudah menyusul
Velove rasanya sudah tak nafsu makan lagi semenjak mendengar obrolan dua orang yang ada di belakang nya. Tapi apa yang di katakan Arra setelahnya membuatnya sadar. Jika ingin menghajar orang dia harus makan dengan banyak. "Baby, ayo habis ini bantuin papi. Kita bikin wanita gila itu jadi gila beneran karena nggak bisa dapetin papi!" Arra yang awalnya senang dengan apa yang di lakukan Velove langsung melongo disaat nafsu makan Velove meningkat. "Kamu doyan Vel?" tanya Arra polos. Velove menelan makanannya dengan susah payah, lalu menampilkan deretan giginya ke arah Arra. "Laper, doyan, dan butuh asupan energi." jawab Velove sekenanya. Arra mengangguk, dia memeriksa ponselnya dan ada panggilan masuk dari Carlos. "Ini Carlos teflon, aku angkat apa nggak?" Velove kembali menghentikan makannya. "Tanya aja mereka dimana, habis ini kita nyusul." Arra langsung mengangkat nya dan mengatakan sesuai apa yang di katakan oh Velove. Sedangkan Hera dan satu orang tadi s
Altares dan Carlos tertawa secara bersama membayangkan wajah kesal Hera saat ini. "Gila, kayaknya dia niat banget buat deketin kamu." Carlos memegangi perutnya yang kaku karena terus tertawa. Altares menggeleng pelan, karena dia sudah malas meladeni wanita seperti Hera. Sudah cukup selama ini dia berurusan dengan semua wanita gila yang mengejarnya. Dia keluar dari kampus ingin fokus pada perusahaan. Tapi dia lupa jika di dunia yang dia geluti saat ini malah semakin banyak wanita wanita yang akan mengejarnya dan mengganggunya. "Carlos, kamu sudah lakukan apa yang aku minta?" Carlos yang tertawanya sudah mereda mengangguk. Lalu memberikan rekaman sebuah video dimana Hera memang merencanakan sesuatu kepadanya. "Pekerjaan kita nanti bisa selesai. Karena sudah tak ada masalah lagi. Besok pagi kita bisa pulang. Tapi nanti malam ada undangan pesta di hotel dekat perusahaan. Aku tak bisa menolak karena yang mengundang kita ikut andil membereskan masalah kita disini." Altares







