"Cari yang romantis," gumam Lydia sambil mengambil handphone Jacob, biasanya Jacob tidak pernah mengizinkan ada orang lain memegang handphonenya, namun saat Lydia mengambil untuk memilih film dia hanya bisa diam dan menunggu wanita itu asyik memilih film.
"Yang ini lucu loh." Wanita itu menunjuk sebuah film Korea. Jacob mengangguk, akan menyetujui film apapun yang Lydia pilih. Mereka mulai menonton, dengan canggung, namun tetap saling berangkulan. "Bagus, Jacob jika seperti ini dia pasti akan jatuh cinta kepadamu," pikir Jacob senang.
Namun, makanan yang dipesan sampai, ketika film masih berjalan separuh, dengan enggan mereka melepaskan rangkulan mereka, dan mulai makan. Siapa sangka berdua nonton film sambil makan pasta bisa begitu
Lydia berlari keluar secepat dia bisa lalu segera menuju mobilnya. Air matanya sudah mulai mengalir, tidak ada yang boleh melihat kalau dia menangis, tidak ada yang boleh melihat kalau dia lemah. Karena kata-kata makian dari Jacob terus bergaung di telinganya. Bisa-bisanya dia mengancam seperti tadi. "Dasar brengs*k!" makinya.Dia masuk ke dalam mobil dan menangis sejadi-jadinya. Riasan wajahnya pasti luntur, tapi dia tak peduli. Perasaannya terlalu banyak dipendam dan alhasil bendungannya pecah, dan tak dapat ditahan lagi.Dia benci pria itu. Pria yang memutar balik perasaannya semudah membalik telapak tangan. Dia juga benci dirinya yang tak bisa mengontrol dirinya, seharusnya dia menghampiri Jacob dan menampar wajahnya saat dia menuduh Lydia, bukan malah menangis seperti ini.Sekuat tenaga dia menahan tangisnya, tapi air matanya terus mengalir, dan dadanya terasa sesak sekali. Dia segera menyalakan mobil dan menyetir, dia butuh te
"Pastinya mereka puas dengan pekerjaanmu, kamu selalu sempurna kalau mengerjakan proyek." Jacob memuji Ava berlebihan untuk membuat kesal Lydia, tapi terlebih agar mereka bertengkar. Sebab menurutnya, mereka lebih baik bertengkar. Bersama Lydia, perasaan Jacob selalu tak menentu dan hilang arah, Jacob tak suka itu. Semua tindakan yang Jacob ambil, harus ada tujuannya.Ava tersipu lalu memulai peruntungannya untuk bermanja-manja kepada Jacob, ia meraih kerah baju Jacob dan merapikannya, sambil tersenyum manis. Pertama Jacob menjadi tegang, rasanya aneh, dia merasa sedang melakukan kesalahan, tapi dia berusaha tersenyum, dia masih membutuhkan Ava untuk banyak proyek yang lain."Nah, gini donk yang rapih, heran kamu dari dulu pasang da
Lydia kesal melihat kelakuan pria itu lagi. Lagi-lagi dia melarikan diri, harga dirinya terinjak-injak, "Mengapa juga dia meraih tangannya tadi, dasar Lydia bodoh!" umpatnya dalam hati.Sesampainya di rumah Lydia, wanita itu dengan kesal langsung masuk ke dalam kamarnya. Jacob mengikuti dengan diam. Dia merasa bersalah melepaskan genggaman tangan Lydia tadi, namun begitu jari mereka bertaut, hatinya kembali bergetar, dan dia tak mau itu. Hatinya tak boleh tersentuh dengan hal-hal seperti itu. Jacob tidak boleh bermain api, nanti salah-salah tujuan akhirnya gagal semua.Lydia membanting pintu depannya. Sehingga Jacob harus memasukkan kodenya lagi. Dia mendengus dan menekan tombol angka kunci dengan cepat. Saat dia melangkah masuk, terlihat sekilas rambut panjang Lydia memasuki kamarnya.Jacob akhirnya memiliki waktu melihat rumah Lydia dengan seksama, rumahnya rapi dan sangat estetik. Berkebalikan dengan gaya kanak-kanakan
Lydia menatap Jacob yang terus tenggelam dalam lamunan. Pria itu menyetir dengan cepat, sehingga tiba-tiba mereka sudah sampai di rumah Lydia. Dengan sedih Lydia melepaskan sabuk pengamannya. Dia belum mau pulang, namun tidak mau mengundang Jacob duluan untuk ke rumahnya. Harga dirinya masih belum serendah itu.“Oke, aku pulang dulu,” serunya menatap Jacob, memohon dalam hati pria itu menahannya dengan alasan apapun. Tapi Jacob tetap diam seribu bahasa. Dia menghela napas lalu membuka pintunya.Jacob ingin menariknya, mencumbunya, melakukan segala hal di luar kendali. Dia tidak akan melihat wajah, mata atau bibirnya. Dia tak boleh tergoda, bagaimana dia bisa tampak luar biasa cantik sekali malam ini. Jacob harus menggigit lidahnya untuk menahan diri.
Lydia terbangun dengan wajah penuh make-up luntur. Baru pertama kali dalam hidupnya Lydia tidak membersihkan wajahnya sebelum tidur. “Oh, Tuhan bagaimana jika wajahnya jerawatan!” jeritnya dalam hati dengan panik."Semua ini karena Jacob, awas dia kalau wajahku sampai ada jerawat!” umpatnya kesal sambil menatap wajahnya yang berantakan di cermin kamar mandi. Matanya yang bulat besar kemerahan dan bengkak karena tangisnya yang tiada henti semalaman. Dia mendesah melihat lingkaran hitam di bawah matanya. Dengan jerit histeris dia mencuci wajahnya berulang kali.Namun karena kesal Lydia malah kembali menangis. Awalnya karena wajahnya yang berantakan, lalu karena matanya yang bengkak, dan akhirnya dia mendesah dan menangisi Jacob lagi.
"Aku sudah taruh barang-barangku yang ini." Lydia menunjuk kamar di ujung lorong, Jacob mengangguk lalu segera mengambil kamar yang di ujung paling jauh dari Lydia. Pembawa koper segera membawa koper dan barang-barang Jacob ke kamar yang ditunjuk. Dengan canggung, mereka berdiri berdua saling tak mau tatap muka, lalu Jacob duluan yang menuju kamarnya tanpa berkata apa-apa.Seketika rasanya Lydia lumer ketika pintu kamar Jacob tertutup. Jantungnya tak bisa berhenti berdebar, "Aish, papa keterlaluan, masa anak gadisnya di suruh sekamar …. Yah tak sekamar juga sih, tapi setidaknya berdekatan terus dengan seorang pria dewasa yang tampan…, ganteng, wanginya enak,... pintar berciuman, aish Lydia, fokus!" Lydia mencoba menghilangkan bayangan Jacob yang mencumbunya sambil memeluknya erat waktu itu, dia menghentakkan kaki lalu
Jacob membencinya, dia terlihat murahan duduk di bar dengan baju tipis itu. Lekuk tubuhnya yang indah itu miliknya, dia malah mengumbarnya kemana-mana.Dia mendengus separuh mendengarkan penjelasan Cleon tentang desain atap tempat lifeguard akan duduk nantinya.Jacob berusaha berkonsentrasi, namun matanya terus tertuju dengan siluet baju renang dua potong yang Lydia pakai yang percuma ditutupi dengan gaun tipis itu, badannya yang seksi tetap terlihat jelas. "Apa yang ada di pikirannya?" batin Jacob, dia tak habis pikir, kalau pakaian terbuka seperti itu adalah mode."Jadi nanti rencananya kita akan tambahkan bahan sirap untuk mempercantik atapnya, tidak akan polos seperti ini pak." Cleon berusaha menjelaskan sekuat tenaga, selain ini adalah CEO dari jakarta. Gosipnya dia yang akan menjadi CEO grup yang baru, jika Cleon tidak salah dengar percakapan pak Kurnia pada Pak GM semalam di teleponDia menatap
Lydia terbangun dengan kepala bertalu-talu. Aish, tak seharusnya dia minum sebanyak itu semalam, sekarang kepalanya terasa seperti mau pecah. Dia mencoba berdiri lalu segera menyadari kalau ada tangan berat yang memeluknya. Dia segera menoleh, dan melihat Jacob yang tertidur di sampingnya. Hatinya bergetar, "Oh tampannya dia." desahnya dalam hati mengagumi kaum Adam di sebelahnya. Kali ini walau terbangun seranjang bersama lagi, Lydia tak akan menjerit lagi, dia malah akan menikmati tiap detik bersamanya.Jacob masih tertidur pulas, karena suara dengkurannya terdengar jelas. Dengan jantung berdebar kencang, Lydia lalu beringsut mendekati Jacob. Dia ingin merasakan kehangatan tubuhnya. Pria itu merasakan tubuh Lydia dan tersenyum walau matanya terpejam. Dengan jantung masih berdebar, Lydia menunggu apakah dia akan membuka mata, tapi tak lama dengkurannya kembali terdengar.