Jacob menoleh dan menatap tangan yang baru saja menepuk pundak istrinya. Dia melotot dan mendengus tak suka.
"Lydia kamu kemana aja?" Aku tungguin berapa hari ini nggak kelihatan. Hanya kamu kan temanku di sini, aku kesepian." Levi merajuk sambil melirik ke pria berbadan besar di samping Lydia. Jacob mendengus dan menggamit tangan Lydia yang mulai senyum-senyum kepada Levi.
"Sory kemarin aku sibuk." Lydia tersenyum manis kepada Levi, Jacob mulai mendongkol.
"Sibuk? Dia sibuk? Kita itu habis menikah!" pikir Abraham kesal sambil memandang dingin ke pria itu.
“Oh, sekarang kamu mau kemana? aku lapar, kita makan yuk?” ucap pria itu tak tahu malu, Jacob kembali menggamit tangan Lydia.<
“Levi,” desah Lydia dengan kecewa. Pria itu juga menatapnya dengan kecewa, pasti dia mengira dirinya adalah suaminya tadi. Levi mengetahui semua tentang Lydia, dia sudah mengikuti IG-nya Lydia. Dia bahkan sudah menunggu wanita itu datang seminggu sebelum wanita itu sampai ke Bali. Dia pengikut Lydia nomor 1. Walau dia berganti model rambut dan melepaskan kaca matanya, Levi tetap berharap Lydia mengenali wajahnya.Hatinya sakit, karena bagaimana perjalanan bisnis bisa berakhir menjadi pernikahan. Bagaimana wanita itu tetap memilih bersama pria itu, walau berulang kali Lydia disakiti pria itu! Levi adalah pengikut nomor satu Lydia, dan wanita itu membuatnya terlalu mudah bagi Levi untuk memantaunya. Wajah pria itu berulang kali tersorot, dan Levi curiga mereka ada hubungan tertentu. Tapi menikah? itu tak mungkin? Bagaimana ratunya bisa menikah begitu saja? Apakah dia gila, apa
Levi tak percaya keberuntungannya, Lydia mengikutinya tanpa curiga seperti biasa. Dengan riangnya wanita itu bermain dengan pasir dan mengambil foto selfienya. Dia memang cantik sekali, pakai baju apapun Lydia pasti terlihat cantik.Levi ikut bercanda dan bahkan berbaik hati untuk mengambilkan videonya live IG-nya. Setelah itu, Lydia tak pernah sadar kalau handphone-nya sudah berada di kantongnya.Mereka terus berjalan semakin jauh, menuju pantai yang belum berpenghuni, karena resort ini berada di lokasi baru, memang baru ada kehidupan di hotel mereka, selainnya hutan dan pantai yang mulai berbatu. Setelah puas berfoto di batu, hari mulai gelap. Lydia ingat akan peresmian hotel, dan dia hendak berbalik kembali. Namun tak disangka-sangka Levi memegang tangannya erat-erat."Jangan dulu, Lev
Levi ternyata bukan tamu hotel, dia selama ini tinggal di dalam gubuk reyot itu. Dia hanya tidur di atas dipan triplek dan baju-bajunya hanya di taruh di koper butut di kaki dipan. Barang-barangnya yang tak banyak berantakan di sekeliling gubuk reyot ini. Mereka hanya bergantung dengan sinar petromaks kekuningan yang menyala suram di atas meja.Bunyi gelombang pasang semakin dekat, rasa asin dan angin malam terus menerpa wajah Lydia yang lebam. Dia ingin menangis namun menahannya, dia tak mau memberikan kepuasan pada pria itu."Cih, keluargamu baru mulai mencari, aku pikir kamu lebih berharga dari itu, kalau aku yang menjadi suamimu, dalam sekejap aku tak melihatmu, aku langsung mencarimu. Dia tak peduli denganmu Lydia, dia hanya mau jabatan CEO-nya ku jangan sebodoh itu," ucap Levi lalu tertawa menyebalkan. Lydia diikat di tiang kep
Dengan perasaan tak menentu, Jacob terus berjalan menuju bibir pantai sepatunya yang harganya jutaaan rupiah terbenam pasir basah dikarenakan ombak yang pasang. Namun dia tak perduli, tadi dia seperti tersambar petir saat mengetahui kalau pria berambut terbelah itu bukan tamu hotel.Cleon menyampaikan itu dengan wajah pucat. Saat Jacob meminta data pria itu dia juga tak pernah menyangka. Dia melihat seluruh CCTV yang terdapat pria itu tapi tak pernah pria itu terlihat memasuki kamar hotel dia malah selalu terlihat menghilang di pagar luar resort sebelah kiri yang ke hutan. Sepertinya wanita itu benar-benar dalam masalah.Wajah Jacob terlihat sangat khawatir, baru kali ini dia terlihat begitu marah namun tak berdaya. Cleon segera mengumpulkan pegawai hotel dan pihak keamanan hotel untuk menyisir bersama Jacob. Namun pria itu sud
Wanita itu terus mendengus dengan kesal dan menolak menolak melihat ke arah Jacob, tapi walau dia kesal, Lydia tetap mengikuti Jacob ke kamar mereka. Dia masih takut sendirian, rasanya masih banyak mata-mata tak terlihat yang mengikutinya kemanapun dia berada, hanya di samping suaminya dia merasa aman. Lampu penthouse langsung menyala saat Jacob memasukan kartu di tempatnya. Lydia langsung merasa lega. Akhirnya dia merasa dia aman, dia terus berjalan mengikuti Jacob menuju kamar mereka melewati ruang tengah yang kosong. tiba-tiba saja Jacob berhenti mengakibatkan Lydia yang hanya mengikuti langkah kaki Jacob seketika menabraknya. “Kamu tak tahu betapa takutnya aku tadi Lydia. hanya kamu keluargaku, bagaimana bisa kamu pergi mengikuti pria itu?” Tiba-tiba Jacob berbalik dan bertanya pada Lydia, dia tidak marah. Jacob lebih terlihat kecewa, hati Lydia mencelos. Di
"Aish, bau aneh bagaimana sih? Dasar menyebalkan," gerutu Lydia dalam hati sambil kembali mengambil shampo dan membersihkan rambutnya ulang. "Apakah dia mau melakukannya lagi disini?" pikiran mesumnya merajalela. Tapi setelah dia tunggu, suaminya tak kunjung datang, dengan kesal dia segera memakai baju dan hendak mengomel saat dia mendengar suara lain.Rasanya seperti kembali disiram air dingin, kehangatan yang dia rasakan saat bersama suaminya baru saja segera menghilang saat Lydia mendengar suara dingin di luar."Ada Levi di luar, Jacob!" pekiknya dalam hati, dia mulai gemetaran namun memberanikan dirinya untuk menempel pada pintu kamar mencoba mendengar lebih jelas lagi.Mata Levi tidak fokus, dia seperti orang gila meracau kata-kata yang tak ada maknanya. Namun Jacob har
Baru kali ini Lydia panik luar biasa, saat mamanya meninggal dia sudah siap sebenarnya, mamanya memang sudah sakit-sakitan. Dia sudah melihat wanita itu menyerah dengan hidupnya berminggu-minggu sebelum dia meninggal.Tapi, dengan Jacob? Pria itu masih penuh dengan kehidupan. Mereka bahkan baru melakukan penyatuan yang luar biasa tadi di kamar mandi, bagaimana sekarang dia berada di dalam ruang operasi mencoba mempertahankan hidupnya.Lydia berjalan mondar mandir dengan tubuh penuh dengan darah suaminya. Air matanya tak berhenti mengalir, walau dia tak terisak dia hanya menggigit bibir bawahnya sambil terus menatap pintu ruang operasi."Suamiku harus hidup, dia harus hidup!" pikirnya mengucapkan mantra di dalam hatinya. Cleon setelah selesai mengurus Levi, yang j
Lydia yang tak bisa diatur itu kini seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Dia duduk dengan diam menanti kapan kekasih hatinya bisa keluar. Setiap pintu ICU terbuka hatinya melompat dengan harapan namun kembali kecewa saat yang keluar adalah orang lain.Saat akhirnya tempat tidur Jacob yang didorong keluar, Lydia mendekat sambil menangis. Dia tidak dapat mengatasi perasaannya. Lega, kesal, marah dan bahagia bercampur menjadi satu, dan menangis adalah satu-satu caranya dia bisa mengeluarkan semua perasaan itu. Jacob tersenyum pucat padanya saat suster meninggalkan kamar perawatannya. Dia merentangkan tangannya dan Lydia segera masuk dan ikut naik ke dalam pelukannya. Jacob mengerang sakit, tapi sebanding dengan mendapatkan Lydia dalam pelukannya."Aku merindukanmu sayang," bisik Jacob sambil mengecup Lydia. Wanita itu masih terisak da