Share

Diabaikan

Penulis: Saga
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-24 11:41:02

Septi tercenung sejenak. Belum benar-benar menerima apa yang dikatakan oleh Marni barusan. Jihan hamil? Anak Wisnu?

Marni menyeringai. Tujuannya untuk menyatukan Jihan dan Wisnu berhasil. Wisnu, memang secara penampilan lebih ok daripada Brata, tapi bukan itu saja. Secara pekerjaan Wisnu juga jelas lebih mumpuni. Kesuburannya tidak perlu dipertanyakan lagi. Maka dari itu, Dia menyuruh Jihan untuk menginap di rumah Septi. Untuk menggoda suaminya. Sekarang, hancur lebur rumah tangga Septi Wisnu sudah di depan mata.

Septi masih tercenung. Sorot matanya yang tajam itu berair. Menandakan perasaannya yang terluka. Sekilas dia melihat sahabatnya yang sedang bersimpuh di bawah sana. Sahabat yang begitu dia percayai. Tidak akan menyakiti atau menikamnya dari belakang, tapi kenyataannya dia berani melakukannya. Sama suami Septi sendiri. Apakah Jihan sudah tidak mempunyai nurani? Kenapa dia begitu tega melakukan ini semua.

Wisnu merasa tidak nyaman dengan sikap Septi itu. Dia gelagapan. Mau menjelaskan bagaimana lagi. Semuanya sudah terlanjur. Kini, dia hanya berharap keiklasan istrinya untuk rela dimadu. Mengingat dia tidak ingin melepaskan Septi begitu saja.

“Sayang, tolong kamu mengerti keadaanku. Aku khilaf melakukan semuanya. Jihan kan sahabatmu, Seharusnya bukan masalah kalau seandainya menjadikan dia saudara madumu.”

Wisnu langsung tertohok oleh sorot mata tajam Septi. Dari sorot matanya seolah-olah, ingin berteriak. Betapa naifnya Wisnu ini. Semudah itu dia mengatakan untuk menerima Jihan sebagai saudara madunya. Apa dia tidak memandang akan luka hati yang tertoreh akibat pengkhianatan.

“Wisnu! Hati-hati kalau bicara! Bisa-bisanya kamu bilang anakku akan menjadi saudara madu Septi! Aku tidak mau ya anakku diduakan. Pokoknya saya minta. Kamu ceraikan istrimu itu setelah dia melahirkan!”

Marni tidak ubahnya nenek lampir yang main seenaknya saja mengatur Wisnu. Wanita itu sama sekali tidak punya rasa empati kepada Septi yang memang sedang hamil. Tidak memperdulikan bagaimana nasib anak-anaknya yang akan sakit hati dan bersedih kalau melihat ayahnya ternyata menceraikan Septi dam menikah dengan wanita lain.

“Enggak bisa egois begitu dong, Bu. Aku tidak bisa melepas Septi begitu saja.  Aku harus adil dengan Septi dan juga Jihan kalau memang mereka bersedia bersaudara madu.”

“Enak saja kamu ngomong! Harus pilih salah satu! Dan menurutku, lebih baik kau ceraikan saja istrimu itu! Dia kan sudah banyak uang. Sementara, Jihan, kamu lihat sendiri kan. Dia pekerjaannya tidak sebagus istrimu. Jihan lebih layak kamu nafkahi dibandingkan dengan Septi!”

Makin menjadi-jadi Marni. Emang dia kira, bisa melepas tanggung jawab begitu saja. Bagaimana dengan nasib anak-anaknya yang masih sangat membutuhkan kasih sayang seorang ayah. Bahkan, anak di kandungannya akan terancam tidak akan melihat ayahnya lagi. Apakah Marni tidak memikirkan sejauh itu! Malah jelas-jelas membela anaknya Jihan yang tidak tahu diri menjadi duri dalam daging dalam rumah tangga Septi. Tak bisa digambarkan bagaimana remuknya hati Septi saat itu.

Wisnu tampak ragu-ragu. Dari gelagatnya, dia tampak tidak tegas mengambil keputusan. Sebenernya kalau bisa dia ingin sekali memperistri keduanya. Jabatannya yang baru naik sebagai kontraktor sangat bisa menafkahi mereka semua. Lagipula, bukankah seorang istri harusnya tidak boleh protes kalau suaminya menikah lagi. Asalkan tidak meninggalkan tanggung jawab. Wisnu sempat tersenyum-senyum.  Dia memang merasa Septi lebih dari cukup, tapi kalau ditambah Jihan menjadi sempurna. Pastilah sangat menyenangkan kalau sampai hal itu terjadi.

“Baik, Bu. Sebagai jalan tengahnya. Saya akan menikahi Jihan dulu. Nanti setelah, anakku dari Septi lahir. Kita bisa bicarakan lagi.”

Wisnu berkata enteng. Seakan tidak menganggap hati Septi yang bergemuruh pada saat itu. Tanpa membuang waktu lagi, daripada dia semakin hati, Septi pun mengajak keduanya menuju mobil. Dia menyibak kerumunan keluarga Jihan yang seolah buta akan kejadian itu. Tanpa mau membela Septi sama sekali. Apa mungkin semua ini sudah direncanakan? Berarti mereka termasuk komplotan orang tidak punya hati.

Septi terlebih dahulu memasukkan kedua anaknya. Sejenak dia menatap pandangan penuh tanda tanya dari anaknya. Wajah polos tanpa dosa. Seketika, Septi langsung memeluk kedua anaknya itu. Tidak bisa dia tahan gemuruh di dadanya. Setelah itu, dia baru beralih ke kursi kemudi.

Septi memandang kaca spion sebentar. Terlihat Wisnu yang akan mengejarnya. Namun, ditahan oleh semua keluarga Jihan. Ternyata syukuran kehamilan itu memang diperuntukan untuk ayah dari benih di dalam perut Jihan yang katanya adalah dari Wisnu.

Hari-hari berikutnya semakin menyakitkan untuk Septi. Wisnu sangat jarang pulang ke rumah. Hanya sekali. Itupun meminta Septi untuk mengerti keadaan dirinya yang sudah menghamili wanita lain. Dia meminta Septi untuk iklas lahir batin. Menerima Jihan sebagai saudara madu. Supaya sama-sama enaknya nanti.

Namun Septi tidak sudi. Lebih baik dia menjanda daripada diduakan. Dia harus kuat dan iklas. Perlahan melepaskan suaminya yang tidak tahu diuntung tersebut. Dia juga harus bisa menguatkan anak-anaknya supaya belajar untuk terbiasa tanpa sosok seorang ayah. Septi sama sekali tidak membicarakan hal yang buruk tentang ayahnya. Dia menekan perasaannya supaya ayahnya tetap terlihat baik di hadapan mereka. Walaupun kadang kejujuran anak kecil tidak bisa dibohongi.

“Ayah, kok enggak pulang-pulang ya?”

Rahmi bertanya. Anak perempuannya lebih sering menanyakan tentang ayahnya. Berbeda dengan Bagas yang hanya diam saja. Tapi, dia juga sangat butuh akan kehadiran ayah.

“Ayah sedang keluar kota, Sayang. Lusa juga pulang.”

Hampir saja Septi menangis. Tapi, ditahan hatinya untuk menahan segala golak yang berkecamuk di dada.

“Di luar kota atau di rumah temen Mama itu?”

Septi tertohok. Naluri anak kecil memang tidak bisa dibohongi. Anak sekecil itu bisa merasakan ketegangan di antara kedua orang tuanya. Bahkan, terlihat raut wajah Septi yang kurang suka. Menandakan bahwa dia sudah mulai benci dengan ayahnya. Dan wanita yang menjadi istri baru ayahnya itu. Kalau sudah begini mustahil bagi Septi menutupi semuanya.

“Ayo, Ma. Kita ke rumah teman Mama itu!”

Septi tidak bisa menolak. Dia pun mengendarai mobilnya menuju rumah Jihan bersama dengan Rahmi dan Bagas

Sesampainya di sana, terlihat pemandangan yang begitu menyayat hati. Terlihat Wisnu yang baru saja datang bersama dengan Jihan sambil menenteng perlengkapan bayi. Mereka masih belum menyadari ada Septi dan dua anaknya disitu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Devi Pramita
duh septi udah campak kan aja tuh lakik gk ada ahklak.. buat esmosi jiwa aja ya wkwkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Jadi CEO Setelah Diceraikan   Putri Cantik, Jelmaan Bidadari

    “Bayinya cantik sekali, Bu,” ucap Dokter sambil mendekatkan bayi yang bersih dan sudah terbalut dengan kain di dekat Septi. Septi yang sudah tidak sabar mengulurkan kedua tangannya, sehingga bayi itu beralih ke gendongannya. Dokter itu pun pergi meninggalkan mereka sementara.Septi tidak kuasa menahan haru melihat seorang putri mungil yang sedang menggeliat kecil. Gerakan kehidupan yang menambah kebahagiaan bagi keluarganya. Ekspektasi suaminya terkabul. Bayi yang sekarang ada dalam gendongannya adalah perempuan. Dan wajahnya cantik sekali mewarisi dirinya.“Pratiwi Nagara,” sebut Septi, sesuai dengan nama yang telah disiapkan Brata. Seakan merasakan batin sang ibu, bayi itu menangis. Septi segera menimangnya dan mencium pipi bayi kemerahan itu. Airmatanya tertumpah di sana.Sedangkan Alex memandangnya penuh keharuan. Sebuas apapun dirinya, kalau dihadapkan dengan pemandangan seperti ini pasti luluh juga. Dia yang tadi menyaksikan Septi yang berjuang bertaruh nyawa, hingga lahirlah ke

  • Jadi CEO Setelah Diceraikan   Tidak Terduga

    Brata kembali meringkuk di balik jeruji besi. Pakaian yang dia kenakan adalah tahanan. Dia tidak menyangka seorang predir yang begitu terhormat sekarang tidak ubahnya sampah masyarakat yang tidak berguna. Imbas dari sikapnya yang terlalu arogan.Dalam diamnya, dia menyesali atas semua yang terjadi. Kepalanya dipenuhi oleh pengandaian yang tidak mungkin terjadi. Perasaannya terlalu tertutup oleh bayang-bayang Delinda. Entah kenapa dia sulit untuk melepas bayang-bayang wanita itu.Kejadian di restoran itu kembali tergiang di benaknya. Wanita yang mengaku Merlinda itu sangat mirip dengan Delinda. Kalau dipikir secara logika, apa yang diucapkan Merlinda itu cukup masuk akal. Dia menikah dengan Warren setelah sekian lama sampai mempunyai seorang anak, Jelas sangat mustahil kalau dia adalah Delinda yang masih selamat dari kecelakaan dan kemudian amnesia. Dan dia sudah seringkali mengecek di sebuah situs penerbangan kalau tidak ada korban yang berhasil ditemukan lagi, bahkan jasadnya tidak.

  • Jadi CEO Setelah Diceraikan   Sebuah Rasa

    “Pak Brata, Halo. Halo,” ucap Rangga saat panggilannya berhenti secara sepihak. Dia mendecak kesal pandangannya tertuju ke arah ruang bersalin di mana di dalamnya sudah ada Alex yang ikut masuk ke dalam ruangan tersebut.Beberapa saat yang lalu, suster keluar dan bertanya siapa suami dari Septi, Alex yang tidak tahu diri langsung menerobos masuk. Bahkan, sebelum dia bisa mencegah. Alhasil, sekarang Septi berjuang ditemani dengan cecunguk bedebah itu.Rangga tahu kalau tidak mungkin Brata datang hari itu juga karena sedang berada di dalam penjara. Maka perlindungan terhadap Septi jatuh kepadanya sebagai orang kepercayaannya. Persoalan rumah tangga memang rumit dan Rangga justru sering berkecimpung dalam urusan rumah tangga majikannya.“Pak Rangga,” ucap Dinda yang mengejutkannya, dia muncul sembari merangkul Bagas di sampingnya yang terlihat mengantuk.Rangga memaksakan untuk tersenyum. Dia menurunkan tubuhnya hingga sejajar dengan Bagas,”Kamu mengantuk ya? Om minta anak buah om untuk

  • Jadi CEO Setelah Diceraikan   Orang Lain Yang Mendampingi Istriku

    “Ya Ampun, Brata kamu kenapa?” tanya Jesica khawatir saat melihat Brata duduk di hadapannya. Dia baru bisa bertemu dengan Brata setelah menunggunya sadar dari pingsan, sampai sebuah insiden yang membuat Brata babak belur seperti ini.“Ini gara-gara para bedebah yang ada di dalam penjara itu, Ma. Awas saja kalau aku sudah keluar dari penjara. Akan kulenyapkan mereka dalam sekejap,” gerutunya dengan gusar. Jesica menghela nafas. Lagi-lagi Brata berbuat ulah seakan merasa dialah yang terbaik. Arogansi yang cenderung merugikan dirinya sendiri.“Brata, Stop it! Itu mungkin karena kamu yang membuat ulah duluan, makanya kamu bisa babak belur seperti ini.”Brata menatap Mamanya tidak percaya,”Kok Mama belain mereka. Aku Ini Presdir. Seharusnya pada begundal itu hormat kepada saya, bukannya berbuat kurang ajar!”Jesica menggeleng-gelengkan kepala. Dia mengurut dada melihat anaknya yang masih keras kepala atas kesalahannya. Tidak mau kalah dan mengalah.“Sekarang, Lebih baik Mama bilang kepada

  • Jadi CEO Setelah Diceraikan   Kesombongan Brata

    Brata terbangun dari tidurnya. Begitu merasa berada di tempat yang asing, dia terhenyak. Dia memegang kepalanya yang masih terasa pusing.“Jeruji besi?” gumamnya. Dia mencoba mengingat kejadian sebelumnya. Astaga apa mungkin karena kesuruhan itu, dia dijebloskan penjara.“Woi! Get me out from this fucking place!” teriak Brata sambil memegang dua tabung besi. Menghardik petugas yang kebetulan lewat.“Shut up!” pekik tahanan yang lain. Brata menengok ke belakang. Terlihat lima tahanan tengah berdiri dengan raut wajah yang sangat. Demi apapun, tidak pernah terlintas di benaknya berada satu sel dengan para berandal. Dia adalah pria yang sangat terhormat. Sangat tidak selevel berada di tengah-tengah mereka.“Apa? Berani kalian dengan Saya!” hardik Brata dengan arogan. Merasa tersinggung dengan kelakukan penghuni baru itu, mereka saling pandang. Baru kemudian, mereka langsung sikap untuk menghajar Brata.“Heh! Apa-apaan ini!” ujar Brata panik saat kedua tangannya dicekal oleh dua pria bertu

  • Jadi CEO Setelah Diceraikan   Video Viral

    Selepas makan malam, Septi termenung di atas ranjang. Sesekali, dia menengok ke samping di mana suaminya biasanya terbaring. Sudah beberapa malam ini, dia melaluinya tanpa terlelap. Tidurnya tidak tenang bahkan sering terbangun. Kalau sudah begitu dia teringat dengan Brata dan menangis sepanjang malam.Septi adalah wanita yang kuat. Tapi, sekuat apapun wanita pasti akan lemah karena kehilangan sosok pria yang biasa menaunginya. Seperti malam ini, dia sangat rindu mengoceh di depan Brata, sedangkan Brata mendengarkannya dengan tatapan seksama. Juga di kala dia mengantuk, maka Brata dengan sigap memberikan tangannya sebagai bantal dan Septi bisa memeluknya dengan leluasa, mencium aroma suaminya yang menenangkan sampai dirinya terlelap.Matanya menghangat. Namun, dia mencoba sekuat tenaga untuk menghalau tangisnya lagi. Ingin rasanya salah faham ini cepat selesai supaya hubungannya dengan Brata kembali seperti yang dulu. Tetapi, bagaimana mungkin bisa? Sementara Brata berada nun jauh di

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status