Home / Romansa / Jadi CEO Setelah Diceraikan / Memamerkan Kemesraan

Share

Memamerkan Kemesraan

Author: Saga
last update Last Updated: 2022-08-24 12:10:24

Septi masuk kerja seperti biasa. Jabatannya adalah sebagai  general manajer di sebuah perusahaan textile. Dia tergolong sangat mampu dalam pekerjaannya. Sehingga di umur yang hampir kepala tiga dia dipercayakan sebagai general manajer.

Dia menitipkan Rasmi dan Bagas kepada asisten rumah tangganya . Seorang ibu-ibu yang sudah sangat dekat dengannya. Dia ikutan sedih atas kejadian yang menimpa keluarga Septi. Beliau selalu berpesan untuk bersabar. Semua pasti ada balasannya dan hikmahnya.

“Siapa tahu, di balik musibah ini. Ada rezeki besar menanti.” Begitu beliau berkata. Entah kenapa perkataan tersebut selalu terngiang di kepala Septi. Membuat Septi merasa sangat yakin.

Dan benar saja. Hari ini. Dia mendapatkan berita bahwa CEO perusahaannya mengundurkan diri. Alasannya karena ingin mendirikan perusahaannya sendiri. CEO tersebut memanggil Septi untuk menghadapnya.

“Selamat Pagi, Pak. Ada yang bisa saya bantu?”

“Mulai hari ini, kamu siap-siap ya. Saya akan memberi pelatihan kepada kamu. Sebelum saya benar-benar mengundurkan diri dari perusahaan ini.”

“Maksudnya Pak?”

“Saya sudah mendiskusikannya kepada pemilik perusahaan. Saya memilih kamu yang sekiranya memiliki kinerja yang terbaik. Bisa mengatur semua devisi di perusahaan ini. Kamu yang akan menggantikan saya sebagai CEO di perusahaan ini.

Septi langsung menutup mulutnya yang mengangga. Tidak pernah terlintas di benaknya kalau dia akan menjadi CEO di perusahaan ini. Selama ini dia sudah merasa nyaman dengan posisinya. Tidak pernah terpikirkan untuk naik jabatah. Namun, sekarang seolah rezeki sedang berpihak kepadanya. Dia akan menempati posisi tertinggi di perusahaan ini.

Dia jadi mengingat apa yang dikatakan oleh asisten rumah tangganya. Bik Ratih. Di balik musibah, pasti ada rezeki yang lebih besar menanti. Dia ingin mengungkapkan kebahagiaannya kepada asisten rumah tangga yang sudah dia anggap sebagai ibunya sendiri itu.

Sore itu. Setelah melakukan training yang cukup panjang. Melelahkan. Namun, Septi sangat menikmati Wanita itu pun pulang ke rumah.

Namun, senyum yang tampak di wajahnya saat di depan rumah mendadak menjadi mendung, tatkala melihat Jihan dan Wisnu datang ke rumah. Mereka tampak sangat mesra. Saling bergandengan tangan. Sepertinya Wisnu sengaja pergi ke situ untuk menemui kedua anaknya. Namun, kedua anak yang dikunjungi tampak berlindung di balik badan Bik Ratih. Tidak sudi disentuh oleh ayah kandungnya.

Melihat Septi yang turun dari mobil, seketika Wisnu beralih kepada Septi. Menghardiknya.

“Ini pasti ulah kamu kan? Kamu menjelek-jelekkan aku di depan kedua anakku sampai mereka tidak mau aku sentuh.”

Septi masih tenang. Tidak menjawab. Sekilas dia melihat Jihan yang terlihat sinis. Girang sekali sepertinya dia melihat Septi yang dimarahi oleh Wisnu.

“Buat apa menjelek-jelekkan kamu, Mas. Tanpa aku melakukannya. Kamu sudah menunjukan kejelekanmu dengan mendekati wanita ini. Jelas dong mereka ngambek sama kamu.”

Septi melenggang begitu saja. Langkahnya seperti tanpa beban melewati mereka berdua. Pengkhianat dan pengkhianat. Memang klop mereka. Sungguh tidak sedikit pun Septi merasa cemburu. Atau sakit hati lagi. Dia sudah melupakan semuanya. Rasa cintanya tidak tersisa sama sekali untuk Wisnu.

“Kurang ajar kamu! Suami lagi ngomong kok ditinggalin begitu saja!”

Septi tidak menggubris. Dia bersama dengan Bik Ratih menggiring kedua anak itu untuk masuk ke rumah. Bik Ratih tampak geleng-geleng kepala melihat kelakukan Wisnu. Ikut sakit hati dia.

“Kalau memang dia berniat mengunjungi keluarga ini. Harusnya tidak perlu membawa wanita jalang itu!”

“Sudahlah, Bik. Biarkan saja. Nanti kalau bosan, mereka juga pulang.”

Septi sama sekali tidak keberatan dengan kehadiran mereka. Bahkan mereka tampak di ruang tamu bermesra-mesraan, Septi tidak peduli. Namun, yang Septi khawatirkan adalah perasaan anak-anaknya. Sakit hati melihat bapaknya bersama dengan wanita lain. Bahkan, Rahmi saja tidak segan untuk mengusirnya.

“Tante, ngapain ke sini? Pergi sana!”

Rahmi kecil mengacungkan jemarinya keluar. Ekspresi wajahnya marah menggemaskan. Namun, dari sorot matanya yang polo situ tampak terluka. Kehilangan sosok ayah yang paling dia cintai.

“Hush, Rasmi.  enggak boleh berkata seperti itu. Kamu harus sopan ya sama Tante.”

Jihan berkata dengan lembut. Namun sangat menjengkelkan. Septi mendengus pelan. Sepertinya dia harus bertindak. Sebelum kejiwaan anaknya terganggu.

“Sebaiknya, Mas pulang saja ke rumah Jihan. Jangan di sini. Kasihan anak-anak.”

Wisnu melotot. Dia yang semua duduk pun berdiri.

“Kamu itu! Aku sudah berniat baik mengunjungi kalian. Malah diusir!”

Septi jengah. Suaminya berubah menjadi sosok yang lain sejak dekat dengan Jihan. Entah racun apa yang dimasukan Jihan ke dalam otak suaminya sampai-sampai pria itu menjadi sangat pemarah. Tidak ramah. Tidak punya perasaan dengan keluarganya sendiri.

“Niat baikmu tidak diterima di keluarga ini, Mas. Kamu lebih sering memperhatikan wanita ini dibandingkan aku dan anak-anak kita. Kamu malah sengaja memamerkan dia dengan membawanya ke sini. Tanpa mempertimbangkan bagaimana perasaan anak-anakmu.”

Septi sengaja menyebut wanita ini. Karena mulutnya tidak sudi untuk menyebut nama sahabat yang tega menikam dari belakang.

Tiba-tiba, Jihan menangis. Sontak saja, Wisnu langsung menenangkannya.

“Kamu kenapa Sayang?”

“Aku sudah berniat baik, Mas. Ingin menjalin hubungan yang baik dengan Septi dan kedua anaknya. Yang sudah aku anggap sebagai anakku seniri. Tapi, kenapa ya Septi tidak mau menerima kebaikanku, Mas. Dia malah menganggapku mengacaukan perasaan anak-anaknya.”

Wisnu langsung menoleh tajam ke Septi. Pria itu tersungut dengan tatapan tajam. Seolah menganggap Septi adalah musuh besarnya.

“Lihat! Akibat ulahmu! Kenapa sih kamu tidak mau menerima Jihan? Apa susahnya menerima dia sebagai saudara madumu! Malah lebih bagus peranmu sebagai istri akan terbantu dengan kehadiran Jihan!”

Terbantu dia bilang? Yang ada malah semakin memperkeruh. Kalau begini. Mending dia lepas saja Wisnu bersama dengan Jihan. Dia iklas lahir batin. Sayangnya, keadaannya yang sedang hamil. Belum memungkinkan untuk itu. Dan Dia juga tidak bisa sembarangan berkata kepada Wisnu. Mengingat ada dua buah hatinya di situ. Pertengkaran orang tua akan membuat jiwa anak rusak. Septi tidak mau kalau sampai hal itu terjadi.

Daripada meladeni Wisnu. Septi lebih memilih menggiring anak-anaknya untuk ke belakang. Di sana ada taman bermain. Sambil membantu Bik Ratih memasak. Dia bisa bercengkrama dengan anaknya.

“Heh! Mau kemana kamu! Kebiasaan ya, Suami belum selesai berbicara sudah pergi!”

Bagas tampak berbalik. Yang sangat mengejutkan. Anak yang biasanya pendiam itu terlihat mendorong ayahnya, juga wanita tidak tahu diri di sampingnya. Tanpa Septi berbicara apapun, kedua anaknya sudah tanggap. Rasa benci perlahan tumbuh di hati mereka. Apa yang kamu tanam itu yang kamu tuai, Mas.

“Pergi! Saya enggak suka lihat ayah dan tante di sini!”

Wisnu tidak bisa berkutik. Dia merasa tidak nyaman berada di rumahnya sendiri karena kedua anaknya yang membencinya. Pria itu menundukkan badan. Membujuk Bagas. Namun, Bagas tidak bergeming. Dia tetap menginginkan kedua orang itu pergi segera dari rumah itu.

Wisnu pun mengalah pergi. Dia mengandeng tangan Jihan. Sekilas, dia memandang sinis  terhadap Septi, seolah ingin berkata. Awas saja. Namun, Septi sama sekali tidak takut. Septi bagaikan harimau betina. Kalau sudah waktunya nanti. Mereka yang akan diterkam hidup-hidup.

Setelah itu, keadaan damai. Mereka makan malam dan dilanjut dengan belajar. Kedua anak itu sama sekali tidak menanyakan tentang ayahnya. Malah asyik belajar. Bahkan yang membuat Septi trenyuh, kedua anak itu malah menghibur Septi, seolah mengerti kalau hati sang ibu tersakiti.

*

Keesokan harinya, baru saja Septi mau berangkat kerja. Terlebih dahulu dia  mengantar Bik Ratih untuk mendampingi Rasmi dan Bagas. Namun, baru saja mereka keluar rumah. Sudah ada tamu yang tidak diundang. Marni dan Dina. Mau bikin keributan apalagi mereka.  sudah ada Marni dan Dina. 

"Mau membuat keributan apa lagi kalian?" tanya Septi, memutuskan untuk mengkonfrontasi kedua wanita itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jadi CEO Setelah Diceraikan   Putri Cantik, Jelmaan Bidadari

    “Bayinya cantik sekali, Bu,” ucap Dokter sambil mendekatkan bayi yang bersih dan sudah terbalut dengan kain di dekat Septi. Septi yang sudah tidak sabar mengulurkan kedua tangannya, sehingga bayi itu beralih ke gendongannya. Dokter itu pun pergi meninggalkan mereka sementara.Septi tidak kuasa menahan haru melihat seorang putri mungil yang sedang menggeliat kecil. Gerakan kehidupan yang menambah kebahagiaan bagi keluarganya. Ekspektasi suaminya terkabul. Bayi yang sekarang ada dalam gendongannya adalah perempuan. Dan wajahnya cantik sekali mewarisi dirinya.“Pratiwi Nagara,” sebut Septi, sesuai dengan nama yang telah disiapkan Brata. Seakan merasakan batin sang ibu, bayi itu menangis. Septi segera menimangnya dan mencium pipi bayi kemerahan itu. Airmatanya tertumpah di sana.Sedangkan Alex memandangnya penuh keharuan. Sebuas apapun dirinya, kalau dihadapkan dengan pemandangan seperti ini pasti luluh juga. Dia yang tadi menyaksikan Septi yang berjuang bertaruh nyawa, hingga lahirlah ke

  • Jadi CEO Setelah Diceraikan   Tidak Terduga

    Brata kembali meringkuk di balik jeruji besi. Pakaian yang dia kenakan adalah tahanan. Dia tidak menyangka seorang predir yang begitu terhormat sekarang tidak ubahnya sampah masyarakat yang tidak berguna. Imbas dari sikapnya yang terlalu arogan.Dalam diamnya, dia menyesali atas semua yang terjadi. Kepalanya dipenuhi oleh pengandaian yang tidak mungkin terjadi. Perasaannya terlalu tertutup oleh bayang-bayang Delinda. Entah kenapa dia sulit untuk melepas bayang-bayang wanita itu.Kejadian di restoran itu kembali tergiang di benaknya. Wanita yang mengaku Merlinda itu sangat mirip dengan Delinda. Kalau dipikir secara logika, apa yang diucapkan Merlinda itu cukup masuk akal. Dia menikah dengan Warren setelah sekian lama sampai mempunyai seorang anak, Jelas sangat mustahil kalau dia adalah Delinda yang masih selamat dari kecelakaan dan kemudian amnesia. Dan dia sudah seringkali mengecek di sebuah situs penerbangan kalau tidak ada korban yang berhasil ditemukan lagi, bahkan jasadnya tidak.

  • Jadi CEO Setelah Diceraikan   Sebuah Rasa

    “Pak Brata, Halo. Halo,” ucap Rangga saat panggilannya berhenti secara sepihak. Dia mendecak kesal pandangannya tertuju ke arah ruang bersalin di mana di dalamnya sudah ada Alex yang ikut masuk ke dalam ruangan tersebut.Beberapa saat yang lalu, suster keluar dan bertanya siapa suami dari Septi, Alex yang tidak tahu diri langsung menerobos masuk. Bahkan, sebelum dia bisa mencegah. Alhasil, sekarang Septi berjuang ditemani dengan cecunguk bedebah itu.Rangga tahu kalau tidak mungkin Brata datang hari itu juga karena sedang berada di dalam penjara. Maka perlindungan terhadap Septi jatuh kepadanya sebagai orang kepercayaannya. Persoalan rumah tangga memang rumit dan Rangga justru sering berkecimpung dalam urusan rumah tangga majikannya.“Pak Rangga,” ucap Dinda yang mengejutkannya, dia muncul sembari merangkul Bagas di sampingnya yang terlihat mengantuk.Rangga memaksakan untuk tersenyum. Dia menurunkan tubuhnya hingga sejajar dengan Bagas,”Kamu mengantuk ya? Om minta anak buah om untuk

  • Jadi CEO Setelah Diceraikan   Orang Lain Yang Mendampingi Istriku

    “Ya Ampun, Brata kamu kenapa?” tanya Jesica khawatir saat melihat Brata duduk di hadapannya. Dia baru bisa bertemu dengan Brata setelah menunggunya sadar dari pingsan, sampai sebuah insiden yang membuat Brata babak belur seperti ini.“Ini gara-gara para bedebah yang ada di dalam penjara itu, Ma. Awas saja kalau aku sudah keluar dari penjara. Akan kulenyapkan mereka dalam sekejap,” gerutunya dengan gusar. Jesica menghela nafas. Lagi-lagi Brata berbuat ulah seakan merasa dialah yang terbaik. Arogansi yang cenderung merugikan dirinya sendiri.“Brata, Stop it! Itu mungkin karena kamu yang membuat ulah duluan, makanya kamu bisa babak belur seperti ini.”Brata menatap Mamanya tidak percaya,”Kok Mama belain mereka. Aku Ini Presdir. Seharusnya pada begundal itu hormat kepada saya, bukannya berbuat kurang ajar!”Jesica menggeleng-gelengkan kepala. Dia mengurut dada melihat anaknya yang masih keras kepala atas kesalahannya. Tidak mau kalah dan mengalah.“Sekarang, Lebih baik Mama bilang kepada

  • Jadi CEO Setelah Diceraikan   Kesombongan Brata

    Brata terbangun dari tidurnya. Begitu merasa berada di tempat yang asing, dia terhenyak. Dia memegang kepalanya yang masih terasa pusing.“Jeruji besi?” gumamnya. Dia mencoba mengingat kejadian sebelumnya. Astaga apa mungkin karena kesuruhan itu, dia dijebloskan penjara.“Woi! Get me out from this fucking place!” teriak Brata sambil memegang dua tabung besi. Menghardik petugas yang kebetulan lewat.“Shut up!” pekik tahanan yang lain. Brata menengok ke belakang. Terlihat lima tahanan tengah berdiri dengan raut wajah yang sangat. Demi apapun, tidak pernah terlintas di benaknya berada satu sel dengan para berandal. Dia adalah pria yang sangat terhormat. Sangat tidak selevel berada di tengah-tengah mereka.“Apa? Berani kalian dengan Saya!” hardik Brata dengan arogan. Merasa tersinggung dengan kelakukan penghuni baru itu, mereka saling pandang. Baru kemudian, mereka langsung sikap untuk menghajar Brata.“Heh! Apa-apaan ini!” ujar Brata panik saat kedua tangannya dicekal oleh dua pria bertu

  • Jadi CEO Setelah Diceraikan   Video Viral

    Selepas makan malam, Septi termenung di atas ranjang. Sesekali, dia menengok ke samping di mana suaminya biasanya terbaring. Sudah beberapa malam ini, dia melaluinya tanpa terlelap. Tidurnya tidak tenang bahkan sering terbangun. Kalau sudah begitu dia teringat dengan Brata dan menangis sepanjang malam.Septi adalah wanita yang kuat. Tapi, sekuat apapun wanita pasti akan lemah karena kehilangan sosok pria yang biasa menaunginya. Seperti malam ini, dia sangat rindu mengoceh di depan Brata, sedangkan Brata mendengarkannya dengan tatapan seksama. Juga di kala dia mengantuk, maka Brata dengan sigap memberikan tangannya sebagai bantal dan Septi bisa memeluknya dengan leluasa, mencium aroma suaminya yang menenangkan sampai dirinya terlelap.Matanya menghangat. Namun, dia mencoba sekuat tenaga untuk menghalau tangisnya lagi. Ingin rasanya salah faham ini cepat selesai supaya hubungannya dengan Brata kembali seperti yang dulu. Tetapi, bagaimana mungkin bisa? Sementara Brata berada nun jauh di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status