Share

Rencana Jahat

Author: Saga
last update Last Updated: 2022-08-24 13:04:53

“Ada apa ya Ibu Marni, Mbak Dina ke sini.”

Septi masih sopan menyapa mereka. Bahkan, dia mempersilakan kedua tamunya untuk masuk ke rumah. Tapi, kedua tamunya itu malah membentaknya.

“Dasar kamu wanita tidak tahu diuntung! Kenapa kamu usir Wisnu dan anakku dari rumah ini hah! Ini kan rumah Wisnu. Harusnya dia boleh datang bersama dengan Jihan di sini kapanpun!”

Wanita tua itu menuding. Septi hanya menghela nafas. Dia berkata kepada Bik Ratih untuk terlebih dahulu masuk ke dalam mobil bersama dengan kedua anaknya.

“Saya sebenernya tidak masalah, Bu. Mau mereka datang ke sini kapanpun. Tapi, sayangnya kedua anakku yang tidak mau. Jadi ya mau bagaimana lagi.”

“Sombong kamu ya! Mentang-mentang sudah punya kerjaan sendiri. Suamimu sendiri kamu sepelekan! Awas nanti kalau sampai kamu menangis darah karena ditinggal Wisnu.”

Kini giliran Ratih yang memojokkannya. Septi hanya tertawa tipis. Mereka berkata seolah-olah Wisnu adalah manusia yang didewakan. Septi tidak bisa hidup tanpa Wisnu. Padahal sebenernya, Septi butuh Wisnu hanya sebagai sosok seorang ayah buat kedua anaknya. Namun, melihat Wisnu yang bertabiat tidak baik. Mungkin lebih baik kalau kedua anaknya itu dididik olehnya. Tanpa memberikan kesan kedua anaknya itu membenci ayahnya. Septi tidak mau kalau sampai hal itu terjadi. Dia akan terus memberi pengertian kepada kedua anaknya. Supaya bisa menerima keadaan dan memaafkan kelakukan ayahnya.

“Menangis darah? Maaf banget ya, Mbak Yu. Mau Wisnu sama yang lain. Aku enggak sakit hati kok. Justru aku sudah tidak sabar sampai anak ini lahir. Supaya, bisa berpisah dengan Wisnu. Biarlah dia sama sahabatku itu.”

Marni dan Dina saling berpandangan. Lantas memandang Septi remeh dari atas sampai bawah. Septi mulai menyadari bahwa direbutnya Wisnu merupakan ide dari mereka. Mereka menginginkan lelaki yang mapan, tampan, gagah. Pokoknya sempurna segalanya. Namun, pikiran mereka terlalu picik kalau yang mereka rebut adalah suami orang lain.

“Munafik kamu! Bisa saja kamu ngomong begitu, tapi nanti kamu pasti akan menangis bombay. Suamimu sempurna segala-galanya, kamu pasti akan menyesal.”

Dina menambahkan. Seolah tidak puas untuk menyudutkan Septi. Septi agak menguap sedikit. Bosan dengan ocehan mereka. Membuang waktunya yang sebentar lagi akan pergi ke kantor.

“Iya, iya, Wisnu memang sempurna segala-galanya, Mbak Yu. Tapi sayangnya tukang selingkuh. Takutnya nanti setelah menikah dengan Jihan. Dia malah selingkuh dengan yang lain. Jangan sampai ya.”

“Memang pantas kamu ditinggalkan sama Wisnu. Lha wong, tingkahmu sama sekali tidak menghormati suami. Malah merelakan suami selingkuh dengan yang lain.”

“Tingkah istri tergantung apa yang dilakukan suami. Kalau suami sudah mulai main serong. Ya, buat apa dihormati. Sampai hamil loh pelakornya. Coba deh kalau Ibu Marni berada di posisiku, atau Mbak Dina.”

“Itu karena kamu yang tidak bisa menjaga suami! Makanya suami memilih yang lain!”

“Saya jadi bingung. Saya yang tidak bisa menjaga suami, atau Jihan yang kegatelan ya?”

Marni dan Dina membelalakkan mata. Bisa-bisanya Septi bertingkah sesantai itu. Yang mereka inginkan Septi tertekan. Tersakiti. Namun, Septi seolah mempunyai penangkal di telinganya. Sehingga ocehan mereka seperti kurang sempurna saja.

“Ini waktunya saya berangkat kerja. Mohon maaf sekali, saya harus pergi.”

Septi berkata dengan sopan. Sempat melirik ke arah penunjuk waktu ditangannya. Kalau meladeni mereka terus-terusan bisa telat dia. Apalagi ada pelatihan dirinya sebagai CEO.

Namun, kedua wanita itu seperti kurang puas. Tujuan mereka memang menekan Septi.  Supaya mempermudah untuk proses perceraiannya, tapi yang ditekan malah terlihat santai. Mereka seperti kecelik.

“Kok masih di sini? Ayo cepat keluar sebelum saya tutup pintu pagarnya. Atau mau kalian saya panggilkan sekuriti kompleks?”

Marni dan Dina berdecak. Lebih baik mereka pergi daripada diseret sekuriti. Akan sangat memalukan. Mereka pun undur diri. Menuju motor matic yang mereka pakai untuk ke sini. Memang enggak ada etika. Pagi-pagi datang ke rumah orang hanya untuk mencaci maki.

“Lihat saja, siapa yang akan tertawa paling akhir.” Septi tersenyum. Lantas masuk ke dalam mobil.

*

“Bagaimana Ma? Mama sudah melabrak Septi?”

Jihan langsung menghujani Marni begitu dia sampai di rumah. Dia baru saja turun dari motor matic sedangkan Dina yang menyetir.

“Septi memang wanita sombong. Dia seperti sudah tidak membutuhkan Wisnu. Istri tak tahu diri seperti itu memang pantas ditinggalkan oleh lelaki.”

Marni masuk ke ruang tamu. Di sana ada Wisnu yang sedang menggunakan sepatunya. Bersiap-siap untuk pergi ke proyek.

“Pokoknya, kamu harus minta kepada Septi harta gono-gini yang banyak. Kalau bisa Septi jangan dikasih sepeserpun.”

Marni berkata kepada Wisnu. Wisnu hanya nyengir. Keluarga Jihan sama sekali tidak tahu bahwa seluruh harta memang milik Septi. Uang Wisnu hanya habis untuk menafkahi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan rumah, Mobil, tetek bengeknya, Septi yang punya. Akan sangat sulit bagi Wisnu untuk memintanya.

“Akan saya usahakan, Ma. Tapi masalahnya, semua itu Septi yang punya.”

“Apa? Jadi kamu tidak punya apapun begitu? Gimana sih kamu? Terus Jihan kebagian apa kalau kamu tidak punya semua itu!”

Wisnu hanya diam. Lebih baik dia jujur sekarang kalau memang dia tidak punya apa-apa. Hanya pekerjaannya yang menjanjikan sekarang.

Namun, mendadak seringai muncul di wajah tua itu. Penuh siasat dan rencana licik.

“Gimana kalau kamu diam-diam. Mencuri surat-surat hak milik Septi? Seperti rumah, mobil, perhiasannya? ”

“Mencuri?”

“Iya, jadi kamu balik ke rumah Septi. Baikan dengan dia.”

“Tapi, Ma. Aku enggak mau kalau Mas Wisnu kembali ke rumah itu.”

Jihan sangat ketakutan. Kalau dia kembali ke rumah Septi. Terus hubungan mereka membaik. Nasib Jihan dan anaknya bagaimana?

“Hanya sebentar saja, Sayang. Untuk mencuri semua barang-barang milik Septi. Setelah itu, kamu gadaikan ke pegadaian. Kita bisa mendapatkan uang cukup banyak dari sana.”

Marni menyeringai. Seolah idenya berlian. Dan Wisnu yang memang tidak punya pendirian. Pasti akan melakukannya.

“Tapi, kita tidak dapat uang yang maksimal kalau ke pegadaian, Ma.”

“Lebih bagus begitu daripada kita tidak mendapatkan apa-apa sama sekali. Kita bisa menikmatinya. Sedangkan Septi yang akan menjadi mantan istrimu itu pasti menangis bombai. Sedangkan kita bisa bersenang-senang, tanpa ngotot minta jatah harta gono-gini kepada Septi.”

Mendengar perkataan Marni, Jihan dan Dina mengangguk-angguk. Mereka tersenyum. Otak Mamanya memang cerdas. Dan Wisnu sepertinya tidak keberatan melakukan hal itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jadi CEO Setelah Diceraikan   Putri Cantik, Jelmaan Bidadari

    “Bayinya cantik sekali, Bu,” ucap Dokter sambil mendekatkan bayi yang bersih dan sudah terbalut dengan kain di dekat Septi. Septi yang sudah tidak sabar mengulurkan kedua tangannya, sehingga bayi itu beralih ke gendongannya. Dokter itu pun pergi meninggalkan mereka sementara.Septi tidak kuasa menahan haru melihat seorang putri mungil yang sedang menggeliat kecil. Gerakan kehidupan yang menambah kebahagiaan bagi keluarganya. Ekspektasi suaminya terkabul. Bayi yang sekarang ada dalam gendongannya adalah perempuan. Dan wajahnya cantik sekali mewarisi dirinya.“Pratiwi Nagara,” sebut Septi, sesuai dengan nama yang telah disiapkan Brata. Seakan merasakan batin sang ibu, bayi itu menangis. Septi segera menimangnya dan mencium pipi bayi kemerahan itu. Airmatanya tertumpah di sana.Sedangkan Alex memandangnya penuh keharuan. Sebuas apapun dirinya, kalau dihadapkan dengan pemandangan seperti ini pasti luluh juga. Dia yang tadi menyaksikan Septi yang berjuang bertaruh nyawa, hingga lahirlah ke

  • Jadi CEO Setelah Diceraikan   Tidak Terduga

    Brata kembali meringkuk di balik jeruji besi. Pakaian yang dia kenakan adalah tahanan. Dia tidak menyangka seorang predir yang begitu terhormat sekarang tidak ubahnya sampah masyarakat yang tidak berguna. Imbas dari sikapnya yang terlalu arogan.Dalam diamnya, dia menyesali atas semua yang terjadi. Kepalanya dipenuhi oleh pengandaian yang tidak mungkin terjadi. Perasaannya terlalu tertutup oleh bayang-bayang Delinda. Entah kenapa dia sulit untuk melepas bayang-bayang wanita itu.Kejadian di restoran itu kembali tergiang di benaknya. Wanita yang mengaku Merlinda itu sangat mirip dengan Delinda. Kalau dipikir secara logika, apa yang diucapkan Merlinda itu cukup masuk akal. Dia menikah dengan Warren setelah sekian lama sampai mempunyai seorang anak, Jelas sangat mustahil kalau dia adalah Delinda yang masih selamat dari kecelakaan dan kemudian amnesia. Dan dia sudah seringkali mengecek di sebuah situs penerbangan kalau tidak ada korban yang berhasil ditemukan lagi, bahkan jasadnya tidak.

  • Jadi CEO Setelah Diceraikan   Sebuah Rasa

    “Pak Brata, Halo. Halo,” ucap Rangga saat panggilannya berhenti secara sepihak. Dia mendecak kesal pandangannya tertuju ke arah ruang bersalin di mana di dalamnya sudah ada Alex yang ikut masuk ke dalam ruangan tersebut.Beberapa saat yang lalu, suster keluar dan bertanya siapa suami dari Septi, Alex yang tidak tahu diri langsung menerobos masuk. Bahkan, sebelum dia bisa mencegah. Alhasil, sekarang Septi berjuang ditemani dengan cecunguk bedebah itu.Rangga tahu kalau tidak mungkin Brata datang hari itu juga karena sedang berada di dalam penjara. Maka perlindungan terhadap Septi jatuh kepadanya sebagai orang kepercayaannya. Persoalan rumah tangga memang rumit dan Rangga justru sering berkecimpung dalam urusan rumah tangga majikannya.“Pak Rangga,” ucap Dinda yang mengejutkannya, dia muncul sembari merangkul Bagas di sampingnya yang terlihat mengantuk.Rangga memaksakan untuk tersenyum. Dia menurunkan tubuhnya hingga sejajar dengan Bagas,”Kamu mengantuk ya? Om minta anak buah om untuk

  • Jadi CEO Setelah Diceraikan   Orang Lain Yang Mendampingi Istriku

    “Ya Ampun, Brata kamu kenapa?” tanya Jesica khawatir saat melihat Brata duduk di hadapannya. Dia baru bisa bertemu dengan Brata setelah menunggunya sadar dari pingsan, sampai sebuah insiden yang membuat Brata babak belur seperti ini.“Ini gara-gara para bedebah yang ada di dalam penjara itu, Ma. Awas saja kalau aku sudah keluar dari penjara. Akan kulenyapkan mereka dalam sekejap,” gerutunya dengan gusar. Jesica menghela nafas. Lagi-lagi Brata berbuat ulah seakan merasa dialah yang terbaik. Arogansi yang cenderung merugikan dirinya sendiri.“Brata, Stop it! Itu mungkin karena kamu yang membuat ulah duluan, makanya kamu bisa babak belur seperti ini.”Brata menatap Mamanya tidak percaya,”Kok Mama belain mereka. Aku Ini Presdir. Seharusnya pada begundal itu hormat kepada saya, bukannya berbuat kurang ajar!”Jesica menggeleng-gelengkan kepala. Dia mengurut dada melihat anaknya yang masih keras kepala atas kesalahannya. Tidak mau kalah dan mengalah.“Sekarang, Lebih baik Mama bilang kepada

  • Jadi CEO Setelah Diceraikan   Kesombongan Brata

    Brata terbangun dari tidurnya. Begitu merasa berada di tempat yang asing, dia terhenyak. Dia memegang kepalanya yang masih terasa pusing.“Jeruji besi?” gumamnya. Dia mencoba mengingat kejadian sebelumnya. Astaga apa mungkin karena kesuruhan itu, dia dijebloskan penjara.“Woi! Get me out from this fucking place!” teriak Brata sambil memegang dua tabung besi. Menghardik petugas yang kebetulan lewat.“Shut up!” pekik tahanan yang lain. Brata menengok ke belakang. Terlihat lima tahanan tengah berdiri dengan raut wajah yang sangat. Demi apapun, tidak pernah terlintas di benaknya berada satu sel dengan para berandal. Dia adalah pria yang sangat terhormat. Sangat tidak selevel berada di tengah-tengah mereka.“Apa? Berani kalian dengan Saya!” hardik Brata dengan arogan. Merasa tersinggung dengan kelakukan penghuni baru itu, mereka saling pandang. Baru kemudian, mereka langsung sikap untuk menghajar Brata.“Heh! Apa-apaan ini!” ujar Brata panik saat kedua tangannya dicekal oleh dua pria bertu

  • Jadi CEO Setelah Diceraikan   Video Viral

    Selepas makan malam, Septi termenung di atas ranjang. Sesekali, dia menengok ke samping di mana suaminya biasanya terbaring. Sudah beberapa malam ini, dia melaluinya tanpa terlelap. Tidurnya tidak tenang bahkan sering terbangun. Kalau sudah begitu dia teringat dengan Brata dan menangis sepanjang malam.Septi adalah wanita yang kuat. Tapi, sekuat apapun wanita pasti akan lemah karena kehilangan sosok pria yang biasa menaunginya. Seperti malam ini, dia sangat rindu mengoceh di depan Brata, sedangkan Brata mendengarkannya dengan tatapan seksama. Juga di kala dia mengantuk, maka Brata dengan sigap memberikan tangannya sebagai bantal dan Septi bisa memeluknya dengan leluasa, mencium aroma suaminya yang menenangkan sampai dirinya terlelap.Matanya menghangat. Namun, dia mencoba sekuat tenaga untuk menghalau tangisnya lagi. Ingin rasanya salah faham ini cepat selesai supaya hubungannya dengan Brata kembali seperti yang dulu. Tetapi, bagaimana mungkin bisa? Sementara Brata berada nun jauh di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status