Share

Delapan

“Sudahlah, tidak usah dipikirkan. Boleh aku menggendongnya?” tanya Jefri.

“Gendong? Siapa?” Agni masih sangat gugup.

Jefri tertawa mendengar jawaban Agnia. Pria itu menggeleng karena ia melihat wanita di depannya sudah berbeda.

“Mengendong Leonlah, masa kamu,” ucap Jefri.

Bu Anggun ikut terkikik mendengar ucapan Jefri. Ia langsung menghampiri Leon sesaat Agnia mengangguk menyetujui. Leon yang tertidur pun tidak bangun, hanya mengulat karena berpindah tangan.

Jefri memejamkan mata saat ia mengayun Leon. Ia kembali berpikir apa anak itu yang ada di mimpinya? Entah karena ia sering memikirkan Agnia yang sulit ia temukan hingga ia memimpikannya.

“Permisi, Pak, anaknya mau kita bawa untuk di pasang infus,” ujar Suster.

“Sus, bisa nggak kalau nggak di infus, saya yang besar aja sakit, bagaimana anak kecil.” Jefri melirik ke arah Agnia, sedangkan Suster hanya tersenyum.

“Nggak, bisa, Pak. Ada beberapa obat yang harus melewati infus.” Lagi Suster menjelaskan.

Setelah mengerti, Jefri menyerahkan Leon. Ia merasa hatinya tidak tega, entah mengapa bisa seperti itu. Padahal, ia terkenal sebagai bos paling dingin dan kaku. Namun, saat ia bertemu dengan Leon dan Agnia semua berbeda.

“Mau ke mana, Pak Jef?” tanya Agnia.

“Masuk,” ucapnya.

“Di sini aja, jangan ke sana.”

Jefri memundurkan tubuhnya, ia menggaruk tekuk lehernya karena merasa tidak enak dengan Bu Anggun. Ia lupa jika Leon belum jelas juga statusnya, apa anaknya atau bukan. Akan tetapi, ia sudah berlaku seperti ayah siaga.

“Ibunya Agnia?” tanya Jefri saat bertatapan dengan Bu Anggun.

“Iya, saya neneknya Leon, ibunya Agnia,” ucap Bu Anggun.

“Saya Jefri, bos Agnia.” Jefri memperkenalkan diri, ia merasa bersalah pada ibu Anggun jika mengingat kejadian lalu.

Dering ponsel Jefri membuat pria itu menyingkir agak jauh dari Agnia. Ia mengangkat panggilan telepon dari Bianca. Jefri menepuk kening karena lupa ada janji untuk menjemput kekasihnya itu.

Gegas ia pamit pada Agnia dan Bu Anggun. Namun, ia masih merasa berat untuk meninggal Leon. Langkahnya pun sangat berat, tapi ia tak mau Bianca marah padanya.

Setelah Jefri pergi, Agnia duduk dengan di kursi. Ia menarik napas lega saat pria itu pergi. Bu Anggun menghampiri dengan penuh beberapa pertanyaan. Ada apa dengan Agnia pikir wanita itu.

Kamu baik-baik saja?” tanya Bu Anggun.

“Ba—baik, Ma.”

Bu Anggun tidak mau membahasnya sekarang karena suster sudah membawa Leon yang menangis kejer. Ia langsung menghampiri sang cucu dan menggendongnya agar tenang.

***

Agra terbangun sejak pagi tadi. Ia langsung mengecek ponsel yang sengaja ia matikan dari semalam. Benar dugaannya, banyak pesan masuk dari Agnia tentang Leon.

[Angkat teleponnya, Pa.]

[Demam Leon semakin tinggi, aku harus bagaimana?]

[Leon di rawat di rumah sakit]

[Terserah kamu mau datang atau tidak]

Agra mulai cemas, ia gegas ke kamar mandi dan bersiap untuk ke rumah sakit. Walau bukan ayah kandungnya, ia memang dekat dengan Leon.

Sementara, Bu Sukma bersama Gio berada di ruang tamu. Wanita tua itu marah saat sang anak baru pulang petang itu dengan alasan syuting sampai pagi. Ia cemas terjadi sesuatu dengan anaknya itu.

“Gi, jangan sering pulang pagi. Ibu nggak suka,” ucap Bu Sukma.

“Bu, aku syuting. Masa ia seenaknya pulang duluan, lagian aku juga nggak apa-apa,” papar Gio.

“Ibu sudah bilang kalau kamu lebih baik jadi pengusaha seperti Kakak kamu. Lagian, jadi artis uangnya juga nggak banyak,” ucap Bu Sukma.

“Bu, sudah, ya, jangan mengatur Gio. Aku sudah besar, lagi pula aku juga sudah mengikuti kemauan ibu untuk menjebak Mba Agnia. Dia orang baik, Bu.”

“Halah, ibu nggak suka sama dia. Lagian, ibu nggak mau ya harta kekayaan jatuh ke tangan anak laki-laki Agnia. Dia itu sengaja nggak hamil karena takut anak haramnya nanti nggak dapat harta kekayaan Agra.” Penuturan sang ibu membuat Gio hanya menggeleng.

Bu Sukma tidak ingin Leon mendapatkan harta dari Agra karena anak itu buka darah dagingnya. Lagi pula ia sebelum Agra menikahi Agnia sudah mempunyai calon untuknya. Namun, semua gagal karena Agra sudah menikah dengan Agnia. Awal menikah Agra mengatakan jika Leon anaknya, tapi berjalan waktu akhirnya Bu Sukma tahu jika Leon anak Agnia dari pria lain.

Sejak itu Bu Sukma mulai mencari cara agar Agra menceraikan Agnia. Dengan bantuan Hana yang menyumbang ide untuk membuat Agra langsung mentalak Agnia.

Bu Sukma terdiam saat suara pintu kamar Agra terbuka. Ia memilih untuk tidak melanjutkan perkataannya. Sementara, Gio langsung beranjak ke kamar karena Agra pasti masih sangat marah padanya.

“Kamu mau ke mana, Ga?” tanya sang ibu.

“Ke rumah sakit. Leon di rawat,” jawab Agra.

“Untuk apa? Sudah jangan pedulikan lagi wanita tidak baik itu. Kemarin merayu Gio, sekarang, ah, ibu bingung juga mau cerita apa nggak sama kamu,” ujar sang ibu.

Agra menjadi penasaran dengan apa yang akan disampaikan oleh sang ibu. Ia memaksa Bu Sukma untuk bicara. Namun, sang ibu malah memberikan sebuah foto yang memperlihatkan Leon hendak di gendong seseorang hingga sudah digendong. Akan tetapi, ia hanya melihat punggung kekar pria itu dari belakang.

Agra meremas foto itu dan melemparnya. Ia kembali emosi saat melihat apa yang di perlihatkan sang ibu.

“Jangan-jangan itu ayah kandungnya Leon, Ga. Selama ini berbohong sama kamu tentang tidak tahunya pria itu di mana. Atau memang mereka sengaja berbohong?”

Agra sepertinya masuk perangkap Bu Sukma. Ia mulai panas dengan apa yang ditudingkan sang ibu pada Agnia—menantunya.

***

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Yani Suryani
agra bodoh kaya kerbau yg dicucuk hidung nya
goodnovel comment avatar
Heni Hendrayani
ya ampyuun s agra mudh banget d kelabui kaya kambing yg ga punya pendirian
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Ya ampun itu ibunya agra punya mata2 dimana2 ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status