Share

Tujuh

Jefri mencari-cari Agnia, tapi ia kehilangan jejaknya. Sementara, Farha dan Chika ikut mengejarnya dengan napas tersengal-sengal. Sang kakak memukul punggung adiknya karena kesal pergi tanpa pamit dan membuat panik.

“Kenapa lari begitu?” tanya Farha kesal.

“Tahu Uncle, kaya lagi liat Tante Bianca selingkuh, ya?” Chika asal bicara.

“Hus, eh tapi mungkin aja, Ka,” timpal sang mama.

Keduanya malah tertawa, sedangkan Jefri tidak mungkin mengatakan jika ia mengejar Agnia dan anaknya. Refleks ia mengejar karena Chika dan Farha mengatakan wajah anak itu mirip dengannya.

Jefri mencuil hidung mancung Chika—keponakannya. Sering kali Chika membuat Jefri terkikik karena usia anak itu masih terbilang kecil, tapi jika sudah berbicara maka tak akan pernah berhenti dengan gaya bicara orang dewasa. Seperti kali ini anak itu mengatakan Bianca—kekasihnya berselingkuh.

“Kasihan Tante Bianca kamu fitnah, Ka,” ucap Jefri.

“Chika serius, Uncle. Chika nggak suka sama pacar Uncle yang sok artis itu. Uang Papa aku juga lebih banyak dari dia, gayanya ih, jangan nikah sama dia Uncle,” ujar Chika.

“Tuh, anak kecil aja tahu,” timpal Farha.

Jefri merangkul keponakan menuju ruang tunggu. Farha memintanya mengantar menebus obat untuk ibunya. Karena permintaan sang kakak, ia tak bisa menolak. Sesibuk apa pun akan tetap ia lakukan.

Chika memindahi sekeliling, ia pun mencari-cari anak laki-laki yang bersama Agnia. Namun, sama saja seperti Jefri, ia tak menemukannya.

Jefri kembali memikirkan Agnia. Besok akan ia cari tahu tentang wanita itu. Juga anak laki-laki yang bersamanya.

**

“Kenapa kita harus lari dari pria tadi?” Bu Anggun bertanya sembari mengatur napasnya.

“Maaf, ya, Bu. Tadi, Bos aku, jadi malu aja,” jawab Agnia berbohong.

Agnia tidak mungkin mengatakan jika pria itu adalah masa lalunya. Semua sudah ia tutup rapat dan tidak mau membahasnya. Bagaimana pun ia lelah dengan masa lalu itu. Ia hanya fokus menunggu Agra dan masa depan pernikahannya.

Agnia mencoba menelepon Agra kembali, tapi tidak juga tersambung. Ia harus bicara dengan Gio dan mencari bukti jika ia tak bersalah. Namun, bagaimana bisa jika Gio saja susah di cari. Ia mencoba menghubungi, tapi Gio pun tak membalasnya.

Satu jam sudah berlalu, hasil laboratorium sudah ada dan ia kembali menemui Dokter untuk menanyakan hasilnya.

“Bagaimana, Dok anak saya?” tanya Agnia.

“Anak ibu harus di rawat karena ada bakteri yang membuat panasnya tidak turun.” Agnia lemas mendengar apa yang dikatakan Dokter. Ia butuh Agra untuk menguatkannya.

Demi kebaikan Leon, mereka pun bersedia untuk anak itu di rawat. Agnia gegas mengurus berkas untuk mendapatkan kamar. Ia kembali tidak fokus karena Agra suaminya harus tahu jika anaknya sedang di rawat.

Bagaimana pun besok ia akan datang ke kantor Agra karena jika ke rumah akan ada ibu mertua yang menghalanginya. Semua bersumber dari Bu Sukma yang tak suka dengan Agnia. Berbagai cara ia lakukan untuk membuat pernikahan mereka hancur.

“Agnia.”

Agnia terkesiap mendengar namanya di panggil. Ia menoleh dengan ragu karena sepertinya ia hafal dengan suara itu. Tubuhnya kembali bergetar saat Jefri masih berada di rumah sakit itu.

mbali penasaran Jefri membuatnya kembali ke rumah sakit setelah ia mengantar Farha dan Chika pulang.

“Pa—Jefri,” ucap Agnia gugup.

“Siapa yang sakit?” tanyanya pelan.

“A—anak saya, Pak,” ucapnya lagi.

Jefri mencoba untuk tidak gegabah dengan bertanya tentang anaknya Agnia. Ia memilih untuk tetap diam agar ia bisa membuat Agnia tidak kabur lagi.

“Mana anak kamu?”

“Ada di ruang tunggu, Pak. Saya sedang mengurus berkas untuk mendapatkan kamar,” jawab Agnia.

“Ikut saya.”

Jefri menarik lengan Agnia ke ruang administrasi. Dengan perintah Jefri semua administrasi Leon bisa langsung selesai dan mendapat kamar VIP. Jefri masih merasa bersalah dengan Agnia. Sebisa mungkin ia memberikan yang terbaik padanya walau anak yang ia kira  anaknya adalah bukan anaknya.

“Saya nggak bisa bayar kalau VIP,” tolak Agnia.

“Potong gaji,” jawab Jefri asal.

“Kapan lunasnya, Pak,” ucap Agnia.

Jefri tidak menjawabnya. Pria itu akhirnya berhasil bertemu dengan Leon yang sedang bersama Ibu Anggun. Netranya tak berkedip melihat anak laki-laki itu dengan jelas. Wajah, kulit, hidung dan rambut sama persis dengan garis keturunan keluarganya.  Namun, ia belum bisa tenang jika belum mengetahui dari tes DNA.

Lagi, Jefri mencoba tenang dan tidak gegabah. Ia perlu bukti, setelah kejadian masa lalu ia pun berpikir apa Agnia hamil setelah berhubungan dengannya? Ia sempat bertanya pada orang rumah tentang seseorang yang mencarinya. Namun, mereka pun hanya menyebutkan wanita tanpa menyebutkan ciri-ciri fisik.

“Wajahnya tampan, siapa namanya?” tanya Jefri.

“Na—namanya Leon.” Lagi-lagi Agnia gugup menjawab pertanyaan Jefri.

“Kenapa kamu selalu gugup saat menjawab pertanyaan aku? Apa ada yang kamu takutkan? Aku hanya menolong dan menggendong Leon anakmu, atau memang ada sesuatu yang membuat kamu takut?”

Pertanyaan Jefri membuat Agnia terdiam dengan hati yang bercampur aduk rasanya. Tidak bisa memungkiri garis keturunan mereka memang sangat mirip apalagi anak perempuan yang tadi bersama Jefri.

***

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Fernando Kanine
agnia jujutlah...
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Ayo agnia km jujur aja, biar gak diremehin keluarga agra lagi
goodnovel comment avatar
irwin rogate
pertemuan anak Dan ayah yang satu get.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status