Share

Dua

Author: Galuh Arum
last update Last Updated: 2021-12-31 17:51:06

Leon tertidur dalam pangkuan Agnia. AC mobil yang dingin membuat anak laki-lakinya tertidur pulas setelah beberapa kali bertanya tentang ayahnya. Namun, Agnia mencoba menjelaskan pada anak berusia lima tahun itu. 

Agnia menatap jalanan ibu kota yang basah dengan guyuran hujan yang tiba-tiba saja membasahi tanah. Hatinya terasa pedih mengingat ucapan Agra yang begitu menyayat hati. Pria lembut yang menemaninya selama lima tahun itu kini sudah berbeda. Dia sudah tak lagi bersikap baik, ada saja yang mereka ributkan setiap hari.

Kedatangan Ibu mertuanya yang tinggal bersama mereka membuat rumah tangganya kini di ujung tanduk. Ada saja hal yang diadukan Bu Sukma pada Agra—anaknya. Mulai dari hal kecil, sampai hal yang besar.

“Mbak, kita sudah sampai di jalan kenangan,” ucap sopir taxi.

“Eh, i—iya. Maaf, Pak. Berapa?” tanya Agnia.

“Sudah dibayarkan lewat aplikasi.” Lagi, sopir itu menjawab.

Agnia mengangguk mengerti jika Agra sudah membayar lewat Online. Gegas ia menggendong Leon dan meminta Pak sopir membawakan koper miliknya. 

“Terima kasih, Pak.” Agnia memberikan uang tambahan karena membantunya membawakan koper. 

“Terima kasih kembali, Mbak.” 

Sopir itu berlari kecil karena menghindari hujan yang masih rintik. Agnia belum juga mengetuk pintu, ia masih bergeming di depan pintu. Ia hanya membayangkan jika ibunya melihat dirinya dengan keadaan yang menyedihkan.

Dengan berat hati Agnia pun mengetuk pintu rumah. Tidak lama ke luar wanita tua dengan daster bunga-bunga dengan wajah bingung melihat anak dan cucunya datang tengah malam. 

“Masuk, kasihan Leon jika terlalu lama di luar.” Bu Anggun—ibu Agni langsung membantu sang anak membawa dua kopernya. 

Netranya memindahi dua koper itu, lalu beralih pandang ke sang anak. Bu Anggun menarik napas lalu mengambil alih Leon dari gendongan Agnia dan langsung membawanya ke kamar agar lebih nyaman tidurnya.

Setelah di selimuti Leon semakin nyaman tidurnya. Bu Anggun melangkah ke dapur untuk membuat teh hangat untuk sang anak. Di pikirannya masih penuh tanda tanya bagaimana bisa Agnia datang tengah malam ke rumahnya.

“Ada apa?” Bu Anggun bertanya sembari menyodorkan teh hangat untuk Agnia. 

Agnia mengambil teh hangat yang diberikan Bu Anggun. Sedetik ia menyesap dan merasakan hangat di perutnya. Perlahan ia menarik napas panjang dan mencoba untuk tidak menumpahkan tumpukan bulir bening yang semakin terdesak hingga jatuh membasahi pipi.

“Mas Agra menceraikan aku,” ucap Agnia.

“Di—ceraikan?” Ibu Anggun mengulangi ucapannya.

“Ia, aku juga nggak mengerti. Sepulang kerja ... ya, begitu saja terjadi dengan cepat.” Agnia menahan napas.

Bu Anggun memeluk Agnia sembari mengelus lembut pundaknya sang anak. Ia bisa merasakan kepedihan yang amat teramat dalam. Ia pun menyuruh Agnia untuk istirahat karena besok harus bekerja.

Agnia bangkit dan melangkah ke kamar mengikuti apa yang dikatakan sang ibu.

“Kamu dulu seperti malaikatku, Mas. Namun, ada apa hingga kau membuat aku seperti sampah?” Agnia masih bergumam sendiri memikirkan penyebab perubahan Agra.

Agnia terdiam kembali membayangkan masa lalu. Saat Agra datang menjadi pahlawan untuknya. 

“Aku tidak pantas untuk kamu, Ga.” Agnia menolak saat Agra akan melamarnya. 

“Ni, kamu tahu aku selalu ada untuk kamu,” ujar Agra.

“Tapi, bukan dalam hal ini. Pilihan Ibumu lebih baik, lagi pula kamu dan Jesi sudah saling mengenal.” 

“Tapi aku nggak cinta sama dia, tapi aku cinta sama kamu. Selama ini kita berteman, aku selalu berusaha menepis semua rasa, tapi itu sulit,” ucap Agra.

Agnia meremas ujung baju, sesekali ia merasa nyeri di bagian perut bawah. Kembeng yang ia gunakan sudah begitu sesak. Namun, ia harus menutupi itu demi masa depannya.

“Nggak, Ga. Aku nggak pantas, wanita kotor seperti aku nggak pantas menikah dengan kamu. Tolong jauhi aku,” pinta Agnia.

Agra memeluk Agnia yang semakin memberontak. Semua yang dilakukan Agra adalah tulus kala itu. Walau Agnia sedang mengandung benih yang ia juga tidak tahu siapa yang melakukan itu.

Lamunan Agnia terhenti saat Leon memanggil namanya. Anak itu hanya mengingat dan kembali tertidur. Paras tampan sang anak sering sekali menjadi perbincangan beberapa teman. Apalagi ia pun terkadang merasa tidak enak dengan Agra yang hanya berkulit hitam, tapi pria itu pun tak kalah tampan.

“Nak, kelak kamu juga pasti akan mempertanyakan mengapa kamu dan Padamu berbeda. Namun, mama hanya berharap kamu mengerti semua kehidupan yang sudah ditakdirkan untuk kita. Juga apa yang sedang terjadi dengan mama kali ini.”

Agnia mengusap lembut wajah sang anak yang bagai pangeran. Kulit putih hidung mancung pun ia sadari semua itu mirip dengan siapa. Namun, ia ingin menutup semua masa kelam itu. Semua kenangan buruk yang tidak mau ia ingat kembali, jika ingin mengulang waktu, ia pun tak mau berada di kondisi seperti kala itu.

***

Sementara itu, Agra masih emosi saat melihat kedatangan Gio ke rumahnya. Tangan pria itu mengepal keras. Kemudian, masih dengan amarah ia menarik kerah baju Gio dan memukul perut sang adik.

“Bangsat kamu! Apa yang ada di pikiran kamu, hah?” Agra berteriak seperti kesetanan. 

Tidak menyangka jika sang istri bisa melakukan hal keji dengan berselingkuh dengan sang adik. 

“Sudah Agra.” Bu Sukma merelai kedua anaknya.

“Ka, istrimu yang merayuku. Asal Kakak tahu, dia yang mengajak makan malam karena Kakak tak pernah ada waktu untuknya,” ujar Gio.

“Halah!” Agra kembali menarik tubuh Gio dan melemparnya ke sudut tembok.

Lagi, Gio menjadi bulan-bulanan kemarahan Agra. Bu Sukma kembali meredamkan emosi anak pertamanya, tapi sayangnya Agra sangat emosi dan kembali membuat Gio babak belur.

“Agra, dengarkan adikmu. Agnia memang merayu Gio, tapi dia tidak meladeni, benar itu kan Gio?” Bu Sukma terus membela anak bontotnya.

“Nggak mungkin Agnia seperti itu.” Agra berteriak semakin kencang. 

“Ibu pernah memergoki dia merayu Gio. Apa kamu tidak percaya dengan ibumu ini?” Fitnah kejam kembali terlontar dari mulut ibu mertua Agnia.

Agra memukul tembok kencang. Ia merasa tidak percaya jika istrinya bersifat seperti itu. Agnia yang lemah lembut dan penurut tidak mungkin melakukan hal konyol. Pria itu semakin kecewa saat melihat foto yang diberikan sang ibu.

Dengan langkah gontai, Agra meninggalkan ibu dan adiknya. Pintu terbuka dan tertutup dengan keras.

“Kamu nggak apa-apa?” tanya Bu Sukma sambil berbisik.

“Bagaimana nggak sakit, Bu. Perutku di hajar Ka Agra. Tapi, Agnia sudah ke luar bukan dari rumah ini?”

Bu Sukma tersenyum tipis. Butuh waktu lama untuk menyingkirkan menantunya itu. Sejak awal mereka menikah, dirinya orang yang pertama menentangnya mereka berdua menikah.

“Kamu pikir saja sendiri. Ibu akan menjalankan semua dengan rapi.” Senyum tipis Bu Sukma membuat Gio pun melebarkan senyumnya.

"Apa Ibu puas?" tanya Gio.

"Sangat puas, kamu memang berbakat menjadi aktor hebat."

"Tapi, tetap Ibulah yang menjadi pemenang best aktris ibu terjahat, bukan?" 

"Maksud kamu apa Gio?"

Bu Sukma mengernyitkan kening saat Gio seolah-olah ingin melakukan hal yang di luar apa yang ia pikirkan. 

***

 bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (9)
goodnovel comment avatar
Opan Naku
babi kalian
goodnovel comment avatar
Hafidz Nursalam04
re......ytt
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
msh menyimak
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jadi Istri Bos Setelah Ditalak   Empat Puluh Tiga

    Agnia terus memperhatikan Farha yang tersipu saat sedang berbincang dengan Agra. Walau Mereka sedang berkumpul bersama, Agnia masih bisa membedakan saat Farha dan Agra saling tatap. Bukan karena tidak suka dengan hubungan mereka, tapi lebih ke Agra yang baru saja bercerai dengan Hana.“Kamu kenapa?” tanya Jefri sedikit berbisik.“Aku, nggak kenapa-kenapa.” Agnia kembali fokus pada Leon yang sudah tertidur di pangkuannya. Ia memilih pamit untuk menaruh sang anak.Jefri pun mengikuti Agnia karena ada hal yang terlihat tidak baik. Wajah Agnia seperti sedang kebingungan, hal itu membuat sang suami gegas menghampirinya. Ia ingin tahu apa yang mengganggu pikiran Agnia.Setelah menaruh Leon, Agnia kembali beranjak ke luar. Namun, Jefri memintanya untuk tetap di kamar dengannya.“Ada apa?” tanya Agnia heran.“Kamu sedang memikirkan apa?”Walau berusaha menutupi, tapi Jefri sebagai seorang suami

  • Jadi Istri Bos Setelah Ditalak   Empat Puluh Dua

    Jefri menghampiri Agnia yang sedang membaca novel, ia duduk di sebelah sang istri. Stelah menidurkan Leon, pria itu gegas menemui Agnia untuk membahas kesalahan yang telah ia buat. Agnia terlihat sangat cantik dengan piyama sutra yang dikenakannya.“Kamu masih marah sama aku?” tanya Jefri.Agnia menutup bukunya, lalu beralih pandang ke sang suami. Ia teringat pesan sang mertua, sebuah kepercayaan adalah kunci dari langgengnya rumah tangga. Terlepas dari masalah yang memang berpatok pada logika.Tatapan sang istri membuat Jefri ketar-ketir, ia takut emosi Agnia belum stabil. Lalu, ia sepertinya mengurungkan niat untuk membahas masalah kemarin.“Mau ke mana?” tanya Agnia.Jefri duduk kembali saat Agnia menahan tangannya. Ia pikir wanita itu masih diam karena marah. Akan tetapi, Agnia sudah menegurnya.“Aku nggak mau ganggu kamu,” ujar Jefri.“Kamu pikir aku masih marah?” Agnia kembali bert

  • Jadi Istri Bos Setelah Ditalak   Empat Puluh satu

    “Sudah papa katakan, jangan pernah gegabah. Buang rasa iba kamu pada wanita itu. Sadarlah, perbuatannya bukan kamu yang harus bertanggungjawab. Itu pilihan dia, jadi untuk apa kamu merasa karena dirimu dia menjadi seperti itu.” Jordi mengomel saat tahu Jefri sengaja datang ke sel untuk menemui Bianca.Jordi pun sudah mendengar gosip yang beredar di kalangan masyarakat tentang isu persekongkolan Jefri dengan Bianca untuk membunuh Remon. Keluarga itu pun sudah bersiap jika ada hal yang membuat nama baik keluarga itu tercemar.Jefri sudah mengaku salah, apalagi rasa ibanya malah menyakiti sang istri. Sebelum terlambat, ia gegas untuk memperbaiki diri.“Lebih baik kau pikirkan perasaan istrimu, jaga hatinya. Bukan malah memikirkan orang yang merusak keluarga.” Lagi, Jordi memberi nasihat pada sang anak.Jefri mengangguk, sebelumnya ia meminta maaf atas kelalaiannya. Pria itu pun berjanji tidak akan mengulangi kesalahannya. Jefri kembal

  • Jadi Istri Bos Setelah Ditalak   Empat Puluh

    Setelah menerima pesan masuk dari Agnia, Jefri gegas pulang dan menemui sang istri yang mungkin saat ini sedang kacau. Benar dugaannya, Agnia duduk dengan wajah penuh air mata.“Kamu nggak apa-apa?” tanya Jefri saat menghampiri sang istri.“Kamu bilang tidak ada apa-apa?” Agnia mulai meninggikan suaranya.Jefri langsung memeluk Agnia, tapi sang istri menolaknya. Agnia meminta untuk sang suami jangan mendekatinya. Emosi memuncak saat menerima foto dari orang yang tak dikenalnya.“Untuk apa kamu menemuinya?” Agnia bertanya dengan napas memburu.“Aku hanya sedikit berbicara, tidak ada hal yang bisa membuat aku kembali padanya. Kamu tenang saja, Sayang.” Jefri mencoba menenangkan sang istri.Agnia masih sangat kecewa dengan sang suami karena janji Jefri tak ditepatinya. Pria itu menemui Bianca karena merasa iba dan bersalah. Namun, ia tidak memikirkan hal nanti yang akan diterimanya. Agnia cemburu

  • Jadi Istri Bos Setelah Ditalak   Dua Puluh Sembilan

    Farha menyambut pelukan Agnia, rasanya hanya dua Minggu saja seperti bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Kedua wanita itu kembali tertawa memikirkan betapa lebainya mereka saat ini. Agnia lalu gegas menemui sang anak yang sedang bermain dengan ibunya.Leon berlari dan memeluk sang ibu. Begitu juga Agnia yang menyambut sang anak ke dalam pelukannya. Yang paling dirindukannya adalah anak laki-lakinya yang selalu membuatnya sangat rindu.“Leon nggak kangen sama papa?” Jefri menghampiri sang anak yang berada di pelukan Agnia. Leon pun berpindah dan berada di pelukan sang ayah. Kembali cium sayang membasahi pipi merah anak laki-laki itu.Kepulangan Agnia dan Jefri di sambut bahagia kedua orang tuanya. Oleh-oleh pun sudah disiapkan keduanya untuk orang-orang terkasih. Terutama anak mereka yang sangat dirindukan sepanjang bulan madu.“Jef, Papa mau bicara.” Jordi mengajak sang anak masuk ke ruang kerjanya.Jefri berpamitan pada Ag

  • Jadi Istri Bos Setelah Ditalak   Tiga Puluh Delapan

    Farha belum tenang jika Bianca belum mendapat hukuman yang setimpal. Janda satu anak itu sudah berulang kali mengunjungi penjara dan mendiskusikan masalah pembunuhan sang paman. Belum lagi, ia harus mengurusi beberapa kasus sang adik. Sejak kejadian yang menimpanya, Jefri dan Agnia memutuskan untuk pergi bulan madu ke luar negeri dan menitipkan anak mereka pada kakek dan neneknya.Farha menyeruput milk shake yang ia pesan tadi. Duduk santai di kafe adalah hal yang paling ia suka untuk menghilangkan penat sembari menikmati beberapa makanan kesukaannya.“Bu Farha.”Farha menoleh sesaat kala ia mendengar seseorang memanggil namanya. Wajah wanita itu menjadi semringah melihat Agra datang menyapa.“Hai, kok bisa ketemu di sini?” tanya Farha.“Kebetulan habis diskusi dengan pengacara, suntuk kalau di kantor. Bu Farha sendiri, kok bisa ada di sini, sama siapa?” Agra bertanya sembari memerhatikan sekeliling.Farha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status