Share

Harapan bisa tidak sesuai dengan kenyataan

Aleana kembali ke kamarnya yang berada satu lantai dibawah lantai dimana Suite Saka berada. Aleana memilih membersihkan diri kemudian mengatur alarm dan merebahkan dirinya dikasur. Tubuhnya terasa lelah terlebih kemarin Aleana kurang tidur. 

Dua jam tertidur Aleana terbangun karena Aleana merasakan ingin ke toilet. Aleana bangkit dan segera pergi ke toilet sekalian mandi bersiap untuk menjalankan kembali pekerjaannya. Sesuai dengan perintah Saka tadi, Aleana harus mengingatkan Saka saat jam makan malam tiba.

Aleana mandi dan bersiap. Aleana mengambil HP nya yang berada di nakas tepat di samping tempat tidurnya dan melihat jam menunjukan pukul lima sore waktu Singapore. Aleana pun melihat ada beberapa pesan w******p masuk dari Liliana dan Aleana segera membukanya.

[Liliana : Alea, Semua lancar?]

[Aleana : Tidak, ada masalah sekarang aku nunggu instruksi aja Mbak.]

[Liliana : Aku uda denger ceritanya dari Kevin. Kamu harus cepat tanggap untuk bantuin Pak Saka ya, Lea]

[Aleana : Baik Mbak.]

[Liliana : Good Luck.]

[Aleana : Terima kasih Mbak.]

Aleana menghela nafas dan mengambil HP nya yang berada di atas nakas yang berada di samping tempat tidurnya lalu memasukannya kedalam tasnya. Aleana pun keluar dari kamarnya dan naik menuju suite tempat Saka menginap. Sebagai sekertaris sekaligus asisten Saka, Aleana mendapatkan satu kartu akses untuk menuju ke suite tempat Saka menginap.

Aleana menempelkan kartu akses milik Suite Saka dan mendapati Kevin tengah duduk di sofa masih berada didalam suite Saka.

 

"Sore, Kak. Kakak masih disini?" ucap Aleana dengan nada kaget.

Kevin tersenyum. "Sore, Alea. Iya aku masih disini. Ada pekerjaan Pak Raka yang masih harus aku kerjakan."

 

Aleana mengangguk tanda mengerti.

"Pak Raka masih disini?"

Kevin mengangguk. "Pak Raka dan Pak Saka masih didalam. Kamu mau mengingatkan jam makan malam? Masuk lah ke ruang kerja. Jangan lupa ketuk pintu terlebih dahulu."

Aleana mengangkat kedua jempolnya dan berjalan menuju ruang kerja dimana atasannya itu berada. Aleana mengetuk pintu beberapa kali hingga terdengar suara dari dalam. Aleana membuka pintu dan masuk.

"Permisi Pak. Saya mau mengingatkan sebentar lagi jam makan malam. Bapak ingin makan malam dimana?"

Saka dan Raka saling berpandangan. Saka pun bertanya pada Raka apakah mereka akan makan malam bersama namun Raka menolaknya karena Raka sudah memiliki acara lain. Saka pun akhirnya meminta Aleana memesan tempat untuk dirinya dan Aleana makan bersama. Aleana pun hanya mengangguk menuruti permintaan atasannya itu dan sepeninggal Aleana, Raka memandang Saka dengan tatapan bingung.

Raka menatap Saka dengan ragu. "Rasanya gue familiar sama dia, Kak."

Saka tersenyum tipis. "Jelas familiar. Dia Leana, Bang."

Raka membulatkan matanya. "Leana yang jadi bahan taruhan lo sama Bobby?"

Wajah Saka menegang sebentar mendengar ucapan Raka. "Gue lagi usaha minta maaf sama dia, Bang. Gue keterlaluan sama dia dulu," ucap Saka dengan nada menyesal.

Raka memandang wajah sendu Saka. Saka sudah menanggung rasa bersalah bertahun-tahun lamanya. Raka sungguh berharap Saka bisa mendapatkan maaf dari Aleana. Tidak lama kemudian pintu ruang kerja kembali diketuk. Kali ini Kevin muncul dan menginfokan bahwa mobil untuk Raka pergi bertemu dengan Mr. Fang sudah tersedia. Raka pun berdiri dari tempatnya duduk dan berpamitan dengan Saka.

Raka pun meninggalkan suite tempat Saka menginap diikuti Kevin dibelakangnya meninggalkan Saka dan Aleana yang masih bertahan didalam suite itu. Saka keluar dari ruang kerja dan mendapati Aleana sedang duduk di sofa yang berada di ruang tamu.

"Aku akan mandi dan berganti baju sebentar. Kamu nunggu disini sebentar nggak apa-apa kan?"

"Nggak apa-apa, Pak. Saya bisa menunggu," ucap Aleana dengan nada formal.

Saka menghela nafas lelah kemudian menuju kamarnya. Saka pun segera menuju kamar mandi dan mandi dengan cepat. Saka keluar dari kamarnya setelah selesai membersihkan diri. Saka menggunakan polo shirt berwarna hitam dengan celana jeans biru muda. 

"Ayo berangkat," ucap Saka saat berdiri dihadapan Aleana.

Aleana pun segera berdiri dan mengikuti Saka yang berjalan menuju pintu keluar. Baru beberapa langkah Saka membalikan tubuhnya membuat Aleana kaget dan membuat Aleana menabrak Saka karena Aleana tidak tau.

"Aduh!" ucap Aleana spontan.

"Maaf."

"Bapak ngapain berhenti mendadak sih!" ucap Alena spontan dengan kesal.

"Kamu jalan disebelah saya," ucap Saka dengan nada perintah.

"Nggak muat di pintu keluarnya, Pak." 

Saka menghela nafas panjang. "Leana ... "

"Sebaiknya kita jalan sekarang, Pak. Nanti semakin malam."

Saka menghela nafas frustrasi. Saka serba salah dan begitu susah mendekati Aleana. Aleana benar-benar tidak memberi Saka celah untuk sekedar mendekat. Saka dan Aleana pun meninggalkan Suite kemudian berjalan menuju lift. Keduanya menuju lobby dimana mobil hotel sudah menunggu. Keduanya masuk kedalam kursi penumpang dan supir hotel mengantarkan mereka ke tempat yang Saka sudah sebutkan.

Aleana dan Saka duduk dalam diam. Suasana didalam mobil begitu hening. Saka bingung harus mengatakan apa sementara Aleana memang tidak mau berbicara dengan Saka. Alhasil sepanjang perjalanan keduanya sibuk memandangi pemandangan Singapore dimalam hari dalam diam sambil sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.        

Keduanya sampai di restoran yang Saka ingin datangi. Beruntung hari ini restoran ini tidak begitu ramai sehingga Saka dan Aleana langsung mendapatkan meja untuk mereka makan. Keduanya masih sama-sama diam. 

 

Tidak ada pembicaraan karena Saka menyadari Aleana hanya akan menjawab dirinya dengan nada formal yang membosankan baginya. Saka dan Aleana pun akhirnya memesan makan malam mereka. Saka Aleana kembali dalam diam hingga makanan mereka tiba. Aleana sibuk menikmati makanannya sambil menatap seorang bayi yang berada tidak jauh darinya. Aleana memandang sendu bayi itu. Lamunan Aleana berakhir ketika bayi itu meninggalkan restoran. Keduanya makan dalam diam kemudian setelah selesai makan keduanya kembali bergegas  ke hotel karena masih ada pekerjaan yang harus mereka selesaikan.

 "Lea, bisa kah kita kembali seperti dulu? Maksud aku kita berteman," ucap Saka perlahan lalu menghela nafas berat kemudian kembali melanjutkan ucapannya. "Aku harap kita bisa memperbaiki hubungan kita dimulai dari berteman. Aku tau perbuatanku dulu sangat keterlaluan tapi aku menyesal dan aku harap kamu bisa memaafkan aku,"

Aleana tersenyum miris. "Bapak perlu tau terkadang harapan bisa tidak sesuai dengan kenyataan. Terlebih saya tidak berniat dengan berteman dengan Bapak karena Bapak atasan saya."

 

"Seorang atasan dan karyawan bisa berteman Leana. Saya tulus ingin minta maaf dan berteman lagi sama kamu,"

 

Aleana menghela nafas panjang. "Maaf, Pak. Dari masa lalu saya, saya belajar kalau saya tidak bisa begitu saja mempercayai orang lain," ucap Aleana dengan nada terluka.

Saka sadar kalau dirinya lah yang Aleana maksudkan. "Maaf kalau aku dulu begitu jahat padamu tapi aku menyesal. Maafkan Aku. Maafkan Aku, Leana."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status