Share

Sekertaris Saka Diratama

Saka, Aleana, Raka dan Kevin kini sedang berada diruang kerja dalam Suite milik Raka. Semua orang bekerja dengan fokus. Terlebih Raka yang tidak menyangka semua kekacauan ini disebabkan oleh dirinya. Ya, Saka memang fokus mencari investor untuk mengembangkan perusahaan mereka dan kali ini perusahaan mereka membutuhkan suntikan dana untuk kelangsungan perusahaan.

Sementara Aleana hanya diam bingung harus mengerjakan apa karena Raka dan Saka hanya memberi perintah pada Kevin. Aleana menyadari suasana tengang yang penuh tekanan sedang terjadi disini. Raka merasa bersalah atas apa yang terjadi sementara Saka pusing dengan apa yang sedang terjadi.    

"Gue bakal cari opsi lain Bang. Masalah ini bisa loe urus segera? Kita butuh dana itu sesegera mungkin," ucap Saka dengan wajah serius.

Raka menghela nafas. "Bisa. Kasih gue waktu dua hari. Gue akan coba cari opsi lain."

Saka mengangguk dan berdiri dari tempat duduknya lalu keluar dari ruang kerja itu. Saka berjalan menuju kulkas dan mengambil air mineral dari dalam sana. Saka meminum air itu sampai habis. Saka merasa lelah yang teramat sangat memikirkan perusahaan dan Aleana. Saka meminum air mineral itu sampai habis dan membuang botol kosongnya ke tempat sampah tidak jauh dari tempat ia berdiri.

Raka kini berada dihadapan Saka diikuti dengan Kevin dibelakangnya. Raka dan Kevin membawa barang mereka. "Gue keluar dulu sama Kevin. Loe istirahat aja dulu sambil cari opsi lain."

Saka mengangguk dan menatap kepergian Raka dan Kevin. Saka pun menghela nafas panjang. Semua gerak gerik Saka terekam jelas dalam kepala Aleana karena Aleana berada disana. Ketika Raka dan Kevin keluar dari ruang kerja, Aleana pun mengikuti mereka.

Aleana kini tinggal berdua dengan Saka didalam suite Saka. Saka memilih duduk di meja bar yang berada di dekat kulkas dan mengusap wajahnya kasar. Aleana mendekati Saka. Ada rasa kasihan dalam hati Aleana melihat Saka kesulitan seperti ini namun Aleana berusaha bersikap profesional.

"Ada hal lain yang perlu saya kerjakan Pak?" tanya Aleana dengan nada sopan dan formal.

Saka menatap lekat-lekat Aleana dan menghela nafas panjang. "Apakah kamu akan mengabulkan permintaan aku?" 

Aleana memandang Saka bingung dan Aleana terdiam sejenak. "Tentu saya akan memenuhi permintaan Bapak selama itu menyangkut pekerjaan."

"Kalau aku meminta kamu kembali menjadi Leana ku bisa?" ucap Saka to the point sambil memandang lekat-lekat kedua mata Aleana.

Aleana membeku mendengar pertanyaan Saka. Entah sampai kapan Saka akan menyerah untuk menarik Aleana kembali mendekat pada Saka. Berdekatan dengan Saka rasanya Saka berhasil menarik seluruh oksigen yang berada disekitar Aleana membuat Aleana sesak dan sulit bernafas namun realita kehidupan memaksanya untuk bertahan dengan berada disamping Saka. Aleana berusaha untuk terus berfikir realistis demi kelangsungan kehidupan panti dan dirinya sendiri.

Aleana menghirup udara dalam-dalam kemudian berucap. "Maaf Pak. Saya hanya bisa memenuhi permintaan Bapak terkait pekerjaan saja," jawab Aleana dengan nada formal.

Saka tersenyum miris. Tentu Aleana tidak akan mengabulkannya. "Aku minta maaf Leana. Aku sungguh menyesal. Aku sungguh menyesal," ucap Saka dengan nada lirih.

Aleana memandang Saka dengan tatapan penuh luka. Nada lirih Saka berhasil mengorek luka yang bahkan masih bernanah dihati Aleana. Luka yang sampai sekarang masih berdarah dan tidak kunjung sembuh walau melewati waktu. Mata Aleana mulai berkabut. Tanpa sadar Aleana berucap. "Apa kata maaf dan menyesal kamu bisa membalikan masa lalu saya yang kamu hancurkan? Apa ... "

Saka memandang Aleana yang hampir menangis dan Saka berdiri hendak mendekati Aleana namun Aleana sudah terlebih dahulu mundur dan memberi jarak. "Maaf, ucapan saya melantur. Saya mohon undur diri. Kalau Bapak ada perlu, Bapak bisa kirim pesan ke nomer saya. Saya permisi," ucap Aleana cepat.

Aleana segera keluar dari suite milik Saka dan bergegas menuju kamar hotelnya. Aleana masuk kedalam kamarnya dan langsung menutup pintu. Aleana bersandar di daun pintu. Lututnya terasa bergetar dan jantungnya berdebar cepat. Tubuh Aleana meluruh kelantai. Aleana terduduk dilantai dan meruntuki dirinya sendiri bagaimana Aleana bisa terbawa ucapan lirih Saka hingga akhirnya tembok pertahanan Aleana yang selama ini Aleana bangun hampir runtuh.

Aleana merasakan getaran di HPnya yang berada di dalam kantongnya, Aleana pun langsung berusaha mengeluarkan HP yang berada di kantongnya. Aleana melihat ada sebuah pesan dari Saka yang masuk ke HPnya.

[Pak Saka    : Aku sadar mungkin permintaan maaf dan rasa penyesalan yang aku miliki tidak akan mengembalikan masa lalu kamu yang sudah saya hancurkan. Aku sangat sadar seharusnya aku tidak pantas meminta maaf dari kamu tapi bagaimana kalau hati aku terus memanggil nama kamu. Aku cinta kamu Aleana. Masih terus mencintai kamu.]

Aleana berdecih sinis. Mungkin Aleana yang dulu percaya dengan ungkapan cinta Saka. Aleana dulu mungkin akan bahagia setengah mati mendengar ungkapan cinta yang baru saja Aleana terima di HPnya. Namun sekarang Aleana bukan lagi Aleana yang polos dan percaya akan segala sesuatu yang Saka ungkapkan. Aleana tidak akan tertipu lagi oleh ucapan atau rayuan yang Saka ucapkan. Bagi Aleana perasaan cinta miliknya yang dulu ada untuk Saka sudah mati karena perbuatan Saka. Rasanya hingga menutup matapun Aleana tidak bisa memaafkan Saka dan dirinya sendiri.

Aleana menghirup udara dalam-dalam mengeluarkan rasa sesak yang menghimpit diri dan perasaannya. Aleana berusaha kuat. Aleana mengadahkan kepalanya ke atas menatap langit-langit kamar hotelnya dan mengucapkan mantra ampuh miliknya.

'Yang berlalu biarlah berlalu. Lupakan. Maju kedepan.' 

Aleana mengucapkan mantra yang ia dapatkan dari Ibu Yeni pemilik sekaligus pengurus Panti Asuhan Citra Mentari. Citra Mentari adalah segalanya bagi Aleana karena disana satu-satunya tempat yang bisa ia panggil rumah sekarang setelah kedua orang tuanya pergi menghadap sang pencipta kehidupan. Aleana kembali melihat HPnya ketika sebuah pesan kembali masuk kedalam HPnya.

[Pak Saka    : Kalau kamu belum bisa memaafkan aku setidaknya izinkan aku mendekat dan membuat kamu memaafkan aku. Aku sungguh mencintai kamu Aleana. Rasanya sungguh menyiksa hanya bisa memandang kamu dari jauh.]

Aleana memejamkan matanya dan kembali merapalkan mantra 'Yang berlalu biarlah berlalu. Lupakan. Maju kedepan.' Aleana mengabaikan pesan yang Saka kirimkan. Aleana tidak pernah membalas pesan Saka kecuali isi pesan Saka berkaitan dengan pekerjaan. Aleana cukup pintar membatasi diri agar tidak kembali terjatuh dilubang yang sama.

'Ingat Aleana, peranmu saat ini hanyalah sekertaris Saka Diratama. Tidak lebih!'

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status