Share

Lembur pertama

Dunia kerja memang tidaklah mudah. Aleana baru bekerja di Diratama Corporation beberapa hari dan Aleana sudah mulai merasakannya. Aleana melihat jam tangannya. Waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam dan dirinya bersama dengan kedua rekannya Lili dan Kevin masih di kantor untuk mempersiapkan dokumen dan materi yang akan dibawa atasan mereka saat perjalanan bisnis ke Bali besok.

“Le, Buat besok udah siap semua? Dokumen yang perlu kamu bawa jangan sampe ketinggalan ya," ucap Lili memberi pesan pada Aleana. "Gue balik ya. Suami gue udah jemput dibawah. Lea pulang nanti bareng Kevin aja. Bahaya malam-malam pulang sendiri.”

“Gampang. Nanti Alea bareng gue. Loe balik sana. Istirahat jaga kesehatan bayi dalem perut loe,” ucap Kevin santai.

Aleana sedari tadi mengangguk sesekali menanggapi ucapan Kevin. “Mbak hati-hati pulangnya. Doain besok semua lancar ya, Mbak.”

“Amin. Oh iya, jangan lupa sebelum pulang info Pak Saka dulu ya kalo pas kamu pulang. Pak Saka masih diruangannya takutnya Pak Saka masih perlu bantuan kamu. Gue balik, guys.

Aleana mengangguk menanggapi ucapan Lili dan melambaikan tangannya saat Lili pergi meninggalkan ruangan. Lili pun pergi menuju ruangan Saka untuk pamit sementara Aleana dan Kevin kembali mengerjakan pekerjaan mereka dan tidak lama kemudian mereka mulai merapihkan mejanya kerja mereka masing-masing.

“Udah beres, Le?”

“Udah, Kak.”

“Jangan dimatiin dulu komputer kamu. Info dulu sama Pak Saka kamu mau pulang,Le. Kalau Pak Saka sudah bolehin baru kamu matiin.”

Aleana mengangguk cepat sambil mengangkat kedua jempolnya pada Kevin dan berdiri dari kursinya dan berjalan menuju ruangan Saka. Aleana menarik nafas dalam terlebih dahulu dan mengetuk pintu terlebih dahulu. Aleana masuk kedalam ruang kerja Saka dan melihat Saka sedang sibuk dengan laptopnya.

“Maaf permisi, Pak. Saya mau izin pulang ya, Pak.”

“Dokumen untuk besok sudah siap semua?” tanya Saka sambil masih fokus pada laptopnya dan jari-jarinya masih menari dengan lincah diatas keyboard.

“Sudah, Pak.”

Saka terdiam sejenak kemudian mengalihkan pandangannya yang sedari tadi memandang laptop ke Aleana. “Ini sudah jam sembilan malam. Kamu pulang naik apa?”

“Saya diantar Pak Kevin, Pak.”

Saka spontan mengepalkan tangannya dan kembali menatap laptopnya dan mengetikan sesuatu kemudian berucap, “Barusan aku kirim email ke kamu. Dokumen ini perlu dibawa besok. Kamu cek lagi isi dokumen itu lalu kalau sudah bener isinya bisa kamu print. Pastikan tidak ada kesalahan sekecil apapun. Lalu kamu bisa suruh Kevin pulang duluan. Kamu pulang bareng aku nanti,” ucap Saka dengan nada tegas.

Tangan Aleana spontan mengepal. Aleana kesal mendengar ucapan Saka. Aleana merasa Saka sengaja memberikan tugas tambahan untuknya. Aleana menghela nafas meredakan emosinya. Aleana berusaha sadar diri. Saka adalah atasannya dan mungkin memang dokumen ini diperlukan besok.

“Baik, Pak.”

Aleana keluar dari ruangan Saka dengan bahu terkulai karena Aleana masih belum bisa pulang dan menikmati kasur dikamarnya padahal badannya sudah sangat lelah. Beruntung malam ini Aleana sudah mengisi perutnya karena Kevin mentraktir dirinya dan Lili pizza sehingga Aleana tidak khawatir dengan kondisi perutnya.

“Kenapa lemes gitu, Le? Capek ya? Yuk, pulang.”

"Aku belum bisa pulang. Kakak duluan aja. Pak Saka kasih dokumen yang perlu aku cek dan print buat besok,”

“Mana dokumennya? Ayo, aku bantu.”

“Eh nggak usah, Kak. Kakak pulang aja ini udah malam.”

Kevin mengerutkan alisnya. “Terus nanti kamu pulangnya gimana, Le? Ini sudah malam.”

“Aku disuruh pulang bareng Pak Saka.”

Kevin mengangguk. “Baiklah. Kamu cepet kerjain biar bisa cepet-cepet pulang. Dulu Lili juga sering pulang malam dan Pak Saka yang antar jadi kamu nggak usah sungkan yang penting kamu pulang dengan selamat.”

Aleana mengangguk dan tersenyum. Kevin pria yang baik. Kevin membuat Aleana merasa tenang dengan ucapannya yang mengatakan sebelumnya Lili pun mendapat perlakuan yang sama.

“Ya sudah aku pulang dulu ya, Le.”

“Hati-hati Kak. Selamat malam.”

"Selamat malam, Alea.”

Kevin pun pergi meninggalkan Aleana sementara Aleana kembali duduk dan mengerjakan dokumen yang Saka kirim ke emailnya. Aleana begitu fokus hingga dia tidak menyadari seseorang memandang dirinya dari kaca tembus pandang disampingnya.

Saka memperhatikan setiap ekspresi Aleana semenjak Aleana keluar dari ruangannya. Aleana tampak begitu lesu ketika mengetahui masih ada dokumen yang perlu ia kerjakan. Saka memperhatikan Aleana hingga dirinya tidak sadar bahwa Saka ikut tersenyum saat Aleana tersenyum. Saka berbakat menjadi penguntit. Melihat Aleana tersenyum manis saat bersama pria lain dan begitu dingin saat bersamanya membuat rasa bersalah Saka pun menjadi semakin dalam.

Setengah jam berlalu. Aleana pun sudah mengerjakan tugas yang Saka berikan dan melakukan permintaan atasannya itu. Aleana pun merenggangkan badannya dan berjalan menuju ruangan Saka. Alea mengetuk pintu dan Langkah Aleana pun terhenti di pintu saat mendapati Saka sudah rapih dan sedang berjalan menuju pintu keluar.

“Sudah selesai?” tanya Saka sambil berjalan mendekati Alea.

“Sudah, Pak.”

“Rapihkan barang-barangmu.”

Aleana mengangguk sambil menjawab dan segera merapihkan meja kerja dan barang-barang yang harus ia bawa. Aleana terlalu lelah untuk menolak saat ini. Kalau saja tidak kelelahan seperti ini maka Aleana pasti sudah akan menolak ajakan pulang bersama yang Saka ucapkan.

Aleana kembali memeriksa barang-barang yang harus ia bawa agar Aleana tidak melupakan sesuatu yang penting dan berakibat fatal. Setelah yakin Aleana pun berdiri dan membawa semua barang yang harus ia bawa kemudian tanpa sengaja tatapan mata Aleana dan Saka pun bertemu.

Saka mengulas senyum melihat Aleana yang begitu fokus mengecek barang-barang miliknya yang harus ia bawa. Saka mengerti Aleana tidak ingin melakukan kesalahan. Saka pun menunggu dengan sabar hingga Aleana selesai mengecek barang-barang yang akan dibawanya. Hingga tanpa sengaja Aleana menatapnya dan menagkap basah dirinya yang sedang tersenyum menatap Aleana.

“Ayo, pulang.”

Aleana mengangguk dan mengikuti Saka. Keduanya menunggu lift berdampingan dalam diam. Aleana tidak berniat mengeluarkan sepatah kata pun. Aleana membenci pria disampingnya tapi Aleana berusaha berfikir logis kalau Aleana tidak bisa melakukan apapun karena pria yang ia benci kini adalah atasannya dan Aleana membutuhkan pekerjaan ini untuk membiayai kehidupannya dan membantu panti tempatnya tinggal.

 Aleana dan Saka masuk ke dalam lift. Keduanya masih sama-sama diam hingga akhirnya Saka membuka pembicaraan dan memecah keheningan yang berada diantara mereka berdua. Lift bergerak turun dan berhenti di lantai lima. Pintu lift pun terbuka dan spontan Aleana mengangkat wajahnya menatap pintu lift yang terbuka. Seorang pria yang Aleana kenal kini  sedang berdiri di depan lift sambil membawa tas dan kunci ditangannya.

"Gio."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status