Pintu ruang kerja Saka diketuk dan muncul dua pria berseragam office boy yang masing-masing membawa nampan berisi banyak makanan. Saka pun mengarahkan kedua office boy itu untuk meletakan makanan yang ia pesan diatas meja tamu. Kedua office boy itu pun menjalankan ucapan Saka dan keluar dengan segera.
Saka beranjak dari tempat duduknya sambil berkata, “Ayo, makan.”
Aleana menghela nafas lagi dan mengikuti Saka. Saka duduk di meja tamunya sambil menggulung lengan kemeja putihnya hingga ke siku.
“Kamu masih suka cumi balado kan?”
Aleana menggelengkan kepalanya. “Saya tidak bisa makan pedas Pak,” ucap Aleana berbohong.
“Maaf aku gak tau. Aku kira kamu masih suka cumi balado. Kamu makan aja ayam goreng kremes punya aku atau kalau ada makanan yang kamu mau ambil aja.”
Aleana hanya mengangguk. Aleana melihat ada beragam makanan di atas meja tamu Saka namun tidak satu pun yang menggugah selera makannya. Menolak hanya akan memperpanjang waktunya bersama dengan Saka maka dari itu Aleana mengikuti keinginan Saka.
Keduanya pun makan dalam diam. Aleana berusaha makan dengan tenang walaupun rasanya sulit bagi Aleana mengunyah makanannya. Aleana tidak menyukai Saka tapi Aleana bisa apa ketika Saka adalah atasan dikantornya.
***
Keesokan harinya Aleana kembali bekerja. Begitu banyak hal yang gadis itu pelajari mengenai pekerjaan sekertaris belum lagi Aleana harus mempelajari mengenai tugas dan tanggung jawab seorang personal assistant.
Aleana bersyukur karena sebagai sekertaris Wakil CEO, Aleana diberi gaji sepuluh juta rupiah perbulan namun karena Saka memintanya bekerja sebagai personal assistant juga maka perusahaan meninjau ulang gaji Aleana dan memberikan Aleana gaji dua puluh juta per bulan efektif ketika Aleana sudah menjalankan tugas sebagai personal assistant Saka nanti.
Pagi ini Aleana masuk kedalam lift dan menekan tombol dua puluh. Jam menunjukan pukul enam pagi dan lift masih sangat sepi karena karyawan lain biasanya akan mulai berdatangan pada jam tujuh pagi.
Aleana masuk jam enam pagi karena Aleana harus membereskan ruangan Saka terlebih dahulu. Sama seperti yang Lili sudah lakukan. Aleana keluar dari lift dan mendapati Lili dan Kevin sudah berada dimeja kerja mereka. Keduanya nampak baru tiba dikantor sama seperti Aleana.
“Selamat Pagiiii!" sapa Aleana penuh semangat.
“Wow. Selamat pagi Alea. Aku suka semangat kamu,” ucap Lili sambil tersenyum lebar menatap Aleana.
“Selamat Pagi Lea,” jawab Kevin sambil membereskan meja kerjanya dan menyalakan computer kerjanya.
“Li, just reminder kalo Pak Saka akan ada kunjungan ke Bali untuk project Villa milik PT Anumerta mendampingi Pak Raka minggu depan.”
Lili mengangguk. “Oke. Thanks, Kevin.”
"My pleasure.”
Aleana mulai menyiapkan ruangan kerja Saka. Ini pertama kalinya Aleana membereskan ruang kerja Saka sendiri. Kemarin masih Lili yang melakukan tugas ini namun mulai hari ini Aleana lah yang akan menyiapkan segala sesuatu diruang kerja Saka.
Aleana masuk dan berjalan menuju meja kerja Saka yang sangat berantakan. Aleana memutari meja kerja Saka dan tertegun melihat bingkai foto yang berada di meja kerja Saka. Foto Saka dan Aleana saat mereka menggunakan seragam putih abu-abu. Mata Aleana mulai berkabut. Ingatan masa SMA itu kembali muncul. Aleana berusaha mengalihkan perhatiannya. Aleana pun mulai membereskan kertas dan pulpen yang berada diatas meja Saka.
Saat sedang memilah-milah kertas pintu ruang kerja Saka terbuka dan kepala Lili muncul diantara pintu yang terbuka.
“Lea, aku kebawah dulu ya mau beli sarapan sekalian beliin buat Pak Saka. Kamu mau titip?”
Aleana menggelengkan kepalanya. “Enggak, Mbak. Terima kasih tawarannya.”
“Oke deh. Aku turun ke bawah ya.”
“Hati-hati, Mbak.”
Aleana pun kembali melanjutkan pekerjaannya dan bekerja dengan hati-hati supaya ia tidak melakukan kesalahan. Aleana mengikuti setiap ucapan Lili. Aleana mengambil kertas didalam tray itu dan membawanya keluar. Aleana yang hendak keluar tidak sengaja melihat gelas minum Saka yang masih belum diganti. Aleana pun mengambil gelas tersebut dan membawanya keluar.
Aleana pergi ke pantry dan mencuci gelas Saka dan mengisinya kembali dengan air putih. Aleana membawa gelas yang sudah terisi air itu kembali ke ruangan Saka. Aleana masuk kedalam ruangan Saka dan terkejut pasalnya Saka sudah datang dan duduk dikursinya.
Alea kaget. “Maaf, Pak. Saya tidak tau bapak sudah datang. Saya ingin meletakan gelas ini saja.”
“Selamat Pagi, Leana.”
Aleana mendengus perlahan. Mungkin Aleana harus terus mengingatkan Saka bahwa Namanya adalah Alea. “Selamat Pagi, Pak,”
Aleana mendekati meja kerja Saka dan meletakan gelas Saka kembali ditempatnya. Setelah selesai melakukan tugasnya, Aleana pun pamit undur diri. Aleana kembali ke ruangannya bersamaan dengan Lili yang datang dengan paperbag ditangannya.
“Kata Mbak Shinta, 'Bos uda datang'. Bener Lea?” tanya Lili bingung.
“Iya, Mbak. Barusan aja.”
Lili mengerutkan alisnya dan melihat jam ditangannya. “Jam tujuh pagi. Tumben banget. Biasa si Bos datang selalu jam delapan.”
Aleana hanya mengendikan bahunya. 'Bodo amat. Emang gue pikirin. Dia mau datang jam berapa ya terserah dia.' ucap Alea dalam hatinya.
Lili menyodorkan roti dan kopi milik Saka pada Aleana. Aleana pun pergi menuju pantry mempersiapkannya sebelum mengetuk ruang kerja Saka dan meletakan roti dan kopi Saka di meja kerjanya.
“Leana ... “
“Maaf, Pak. Nama saya Alea.”
Saka mengabaikaan ucapan Alea. “Saya minta tolong kamu booking tiket ke Singapore. Keberangkatan lusa. Saya disana tiga hari dua malam. Kamu tanya Lili apa yang harus kamu lakukan. Lili sudah paham. Biasanya Lili yang ikut saya pergi, tapi kali ini saya pergi dengan kamu dan Kevin. Atur semuanya tanpa kesalahan sekecil apapun,” ucap Saka dengan nada tegas.
Aleana mengangguk lalu menjawab, "Baik, Pak."
“Ada yang mau kamu tanyakan?”
“Tidak ada, Pak.”
“Good. Mengenai jobdesk kamu sebagai personal assistant kamu bisa pelajari dengan Kevin. Selama ini Kevin merangkap sebagai personal assistant Abang,”
Aleana mengangguk lagi kemudian berucap, “Baik, Pak.”
“Kamu boleh keluar.”
Aleana pun keluar dan menyampaikan ucapan Saka pada Lili. Lili pun segera mengajari Aleana apa yang harus dilakukan jika Saka melakukan perjalanan keluar kota ataupun keluar negri.
Kevin menatap Aleana dan Lili. “Udah jam makan siang. Ayo, ke kantin.”
Lili melihat jam dan berdiri. “Ayuk, Le.”
"Maaf, hari ini Bunda bawain makanan jadi aku nggak ikut dulu.”
Kevin dan Lili mengangguk. “Kami duluan kalo gitu.”
Aleana mengangguk dan menatap kedua teman kerjanya itu keluar dari ruangan. Kemudian Aleana mengeluarkan kotak makan miliknya dan menatap cumi balado buatan Ibu Yeni dengan mata berbinar.
Cumi balado tidak akan pernah gagal membuat nafsu makan Aleana meroket. Aleana harus pandai-pandai menjaga bentuk tubuhnya agar tidak berlebihan namun pertahanan dirinya pasti runtuh ketika bertemu dengan seporsi cumi balado.
Aleana memakan bekal makan siangnya sambil membaca cerita di aplikasi online karena membaca membuat Aleana merasa lebih rileks. Aleana asik mengunyah sambil membaca hingga tidak menyadari bahwa seseorang berdiri dibelakangnya sambil menatapnya tajam.
“Katanya kamu gak bisa makan pedas tapi hari ini kamu makan cumi balado lahap banget lagi,” ucap Saka dengan nada mencibir.
Aleana yang sedang sibuk membaca dan mengunyah kaget bukan main sehingga Aleana tersedak. Saka panik dan segera menyodorkan gelas minuman miliknya yang ia bawa. Saka merasa bersalah karena dirinya membuat Aleana tersedak.
“Bapak apa-apaan sih! Bikin orang kaget aja! Kalo saya mati tersedak gimana!” ucap Aleana tanpa sadar dengan nada marah.
“Ya, kamu sih. Kemarin katanya gak makan pedes. Ini makan cumi balado lahap banget. Lain kali kalo makan ajak-ajak aku. Aku kelaparan didalam kamu malah asik-asikan makan sendiri disini,” ucap Saka dengan nada merajuk.
Alea mengerutkan alisnya bingung. “Bos?”
"Lain kali tanya aku mau makan siang apa. Kamu dilarang makan kalo aku belum makan,” ucap Saka dengan nada kesal lalu pergi meninggalkan
'Dia kenapa?'
Jason mulai menyelidiki Aleana sesuai permintaan Saka. Saka sendiri mulai berusaha memenuhi permohonan Aleana selama dirinya menunggu hasil penyelidikan Jason. Saka merasa ada hal lain yang sudah terjadi dan membuat Aleana begitu berubah. Saka memulai harinya seperti biasa. Saka datang ke kantor dan mendapati Aleana sudah berada di meja kerjanya berkutat dengan komputer dihadapannya bersama dengan Lili. Saka menghela nafas kecil dan berusaha fokus dengan pilihannya untuk berusaha memenuhi permohonan Aleana untuk bersikap profesional.Pintu ruang kerja Saka diketuk. Saka yang sedang memakan sarapannya pun hanya tetap fokus dengan roti sarapannya. Dari ujung matanya, Saka bisa melihat bahwa pintu terbuka dan Aleana masuk ke dalam ruang kerjanya. Aleana berjalan mendekati meja kerja Saka."Selamat Pagi, Pak. Saya kesini mau menyampaikan jadwal Bapak hari ini," ucap Aleana yang baru masuk dan berdiri di hadapan Saka.Saka hanya mengangguk sambil memakan roti sarapannya dan mendengarkan j
Pagi ini Saka kembali ke Jakarta bersama Aleana begitu Aleana diperbolehkan untuk keluar dari rumah sakit. Sementara itu Raka dan Kevin tetap tinggal di singapura untuk melanjutan urusan bisnis mereka. Aleana awalnya menolak untuk pulang terlebih dahulu karena dirinya merasa tidak enak pada Raka dan Kevin namun Raka meyakinkan Aleana membuat Aleana terbungkam. Aleana pada akhirnya pulang ke Jakarta bersama dengan Saka. FLASHBACK ON. Raka duduk bersebelahan dengan Kevin dan di sebrang mereka ada Saka yang duduk bersebelahan dengan Aleana. Mereka sedang berkumpul di kamar Raka karena Raka ingin menyampaikan sesuatu pada Saka dan Aleana. "Kamu dan Saka pulang saja ke Jakarta. Saya dan Kevin akan tetap di sini menyelesaikan apa yang ada disini..." ucap Raka pada Aleana kemudian Raka menoleh pada Saka, "Dan lo, Kak. Gue minta lo fokus urus kantor aja." "Tapi, Pak ... " "Tidak ada tapi, Aleana. Lebih baik kamu istirahat dan pulihkan diri kamu terlebih dahulu. Kalau saya tetap mempert
"Apa panic attack yang kamu alami karena ... aku?" tanya Saka dengan nada takut.Aleana yang sedang memejamkan matanya berusaha untuk tidur pun membuka kedua matanya dan menatap langit-langit kamar rawat inapnya. "Kalau saya bilang, iya. Apa Bapak bisa bersikap profesional dan jangan lagi membahas mengenai masa lalu?" tanya balik Aleana dengan nada dingin.Saka mengusap wajahnya dengan gerakkan kasar kemudian menyugar rambutnya dengan kedua tangannya dengan gerakan frustrasi. "Demi Tuhan, Aleana. Aku ingin kita kembali bersama. Aku bener-bener cinta sama kamu. Aku mau memperbaiki semuanya. Aku ingin memperbaiki kesalahanku. Aku sadar sudah jadi pria berengsek di masa lalu jadi biarkan aku memperbaiki semuanya," ucap Saka dengan nada memohon dan frustrasi di saat yang bersamaan.Aleana menyungingkan senyum sinis. "Tidak ada yang bisa anda perbaiki. Kaca yang hancur tidak bisa anda satukan kembali. Semua sudah hancur di masa lalu.""Jadi benar, aku yang mengakibatkan kamu mengalami pani
"Pasien baik-baik saja untuk saat ini. Pasien memang mengalami demam dan berdasarkan cerita Bapak mungkin pasien memiliki riwayat sesak nafas. Namun untuk lebih pastinya saya harus melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan bertanya langsung pada pasien karena saya perlu mengetahui riwayat kesehatan pasien agar diagnosa saya lebih akurat," ucap sang dokter jaga ruang IGD itu pada Saka.Saka mengangguk menanggapi ucapan sang dokter. Saka merasa sedikit lega setelah tadi dirinya dengan panik membawa Aleana ke bagian gawat darurat. Untungnya Aleana dengan cepat mendapat penanganan medis sehingga kini kondisi Aleana jauh lebih baik. Yang Saka tau Aleana dulu tidak memiliki penyakit asma atau sesak nafas namun seiring berjalannya waktu semua bisa berubah.Aleana terbaring di ranjang rumah sakit dengan wajah pucat, punggung tangannya terpasang infus dan Aleana tertidur. Sungguh pemandangan yang membuat dada Saka terasa sesak. Saka duduk di samping tempat tidur Aleana menunggu Aleana yang masih
"Kev! Panggil dokter!"Kevin pun langsung menghubungi pihak hotel dan meminta bantuan mendatangkan seorang dokter ke kamar Aleana lalu kemudian Kevin dengan sigap langsung menghubungi Raka atasannya untuk memberikan kabar.Saka sendiri kini sudah membungkus tubuh Aleana dengan handuk dan mengangkat Aleana keluar dari kamar mandi. Saka dengan cepat mengangkat Aleana ke atas tempat tidur membuat tempat tidur Aleana basah karena Aleana masih mengenakan bajunya. Saka dengan sigap mematikan AC kamar Aleana sementara Kevin melakukan apa yang Saka perintahkan.Sepeninggal Kevin, Saka pun dengan segera mengambil baju Aleana dari dalam koper dan menggantikan baju Aleana. Saka tidak tega membuat Aleana menunggu orang lain untuk datang dan terus menggunakan baju basahnya. Saka akhirnya dengan segera menggantikan pakaian Aleana dan membawa pakaian basah Aleana ke kamar mandi dan menaruhnya dalam kantung laundry bag yang sudah disediakan pihak hotel.Walau membutuhkan usaha untuk menggantikan paka
ALEANA's DREAM ON.Sore hari dua orang anak manusia berada disebuah kamar dalam sebuah apartemen milik anak laki-laki itu. Keduanya terlibah sebuah pergulatan panas yang sama-sama baru mereka kenali. Pergulatan panas diantara kedua anak manusia itu seharusnya belum mereka lakukan diusia mereka yang masih sangat muda namun karena pergaulan mereka akhirnya keduanya terjerumus dalam sesuatu yang seharusnya belum waktunya mereka kenali. Keduannya sudah sama-sama polos tanpa ada sehelai benang pun yang menutupi anggota tubuh mereka. Seragam putih abu-abu mereka teronggok dilantai dengan posisi bertebaran dilantai. Keduanya pun larut dalam kegiatan yang mereka lakukan dengan dalil suka sama suka."Aku berjanji ini tidak akan sakit sayang. Kita sama-sama pemula. Aku juga pertama kali melakukan ini. Aku mencintai kamu Leana. My Leanaaa," ucap si anak laki-laki sambil melakukan segala upaya untuk membuat anak perempuan yang berada dibawah kungkungan tubuhnya semakin rileks dan menerima setiap