Share

Pulang bersama

            “Kamu sudah makan malam?”

            Aleana sedikit kaget mendengar suara Saka yang tiba-tiba dan hanya menjawab dengan anggukan spontan.

            “Aku belum makan. Bisa kita mampir ke drive thru dulu? Aku mulai berasa lapar. Tadi siang aku cuma makan roti,”

            Aleana menghela nafas perlahan dan kembali mengangguk.

            “Good. Cacing diperutku sudah meronta,”

            Aleana mendengus. Badan Bapak tuh gede. Kayaknya kalo badan gede peliharanya di dalem perut sih naga kali Pak bukan cacing

            Aleana dan Saka keluar dari lift dan menuju mobil Saka yang berada di parkiran. Saka membuka mobilnya dan keduanya pun masuk kedalam mobil. Saka menyalakan mobilnya dan memanaskan mesinnya sejenak.

            “Rumah kamu dimana?”

            “Di area Bintaro Pak,”

            “Oke, nanti saya drive thru nya daerah Bintaro aja supaya kamu nggak kemaleman,”

            “Mau beli dulu juga nggak apa-apa sih Pak. Kan bisa dimakan sambil dijalan. Bapak katanya tadi lapar,”

            Saka tersenyum. Aleana memang wanita yang berhati baik.

            “Oke, kita beli dulu kalo gitu. Aku memang sudah lapar banget sih,” ucap Saka kemudian terkekeh.

            Saka pun mulai mengendarai mobilnya dan melaju keluar dari kantor. Aleana pun diam selama perjalanan dan Saka focus mengendarai mobilnya hingga di sebuah restoran cepat saji, Saka pun masuk dan menuju tempat drive thru.

            “Saya mau pesan. Burger large saya pesan dua, Burger medium saya pesan satu, French fries large saya pesan 1 dan minumnya milo large saya pesan tiga,”

            Aleana membultkan matanya mendengar pesanan Saka. Buset ini yang mau makan satu orang tapi kayak empat orang yang mau makan.

            Saka menyadari keterkejutan Aleana dan tersenyum lebar pada Aleana. “Aku nggak cukup kalo makan satu Leana,”

            Aleana menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Saka sementara Saka tertawa melihat ekspresi Aleana. ” Kamu dari dulu nggak berubah ya. Muka kamu emang nggak bisa ditutupin sedikit ekspresinya,”

            Aleana mengabaikan ucapan Saka. Aleana tidak ingin menanggapi ucapan Saka yang membahas tentang masa lalu. Bagi Aleana masa lalunya sudah ia tutup dan tidak ingin ia buka kembali karena masa lalunya bukanlah hal yang menyenangkan untuk diingat.

            Saka sadar Aleana tidak menanggapi ucapannya yang menyenggol mengenai masa lalu mereka. Diam-diam Saka menghela nafas panjang. Saka menerima makanan yang diberikan oleh petugas restaurant.

            “Tolong pegang sebentar ya Le,” ucap Saka sambil memberikan makanan pesanannya pada Aleana.

            Aleana hanya menerima makanan yang Saka sodorkan tanpa berniat menjawab ucapan Saka sebelumnya. Saka pun mengemudikan kembali mobilnya dan mulai memasuki jalan tol.

            “Le, tolong ambilin burger yang large satu ya,”

            Aleana pun mengikuti ucapan Saka. Aleana mencari burger yang Saka maksud dan memberikannya pada Saka. Sadar dengan posisi Saka yang sedang menyetir. Aleana pun membantu membuka bungkus burger dan memberikannya pada Saka.                

            “Terima kasih Leana,”

            Aleana kembali mendengus. “Pak, nama saya Alea,” ucap Alea dengan nada kesal.

            “Itu panggilan khusus aku buat kamu, aku yang manggil suka-suka aku dong.” Ucap Saka cuek.

            Aleana menggelengkan kepalanya menghadapi Saka yang mulai menyebalkan. “Tapi saya kan yang punya nama. Saya berhak dong menentukan nama panggilan saya,” ucap Aleana tidak mau kalah.

            “Lho, Leana kan juga bagian dari nama kamu. Nama kamu kan A-Leana,”

            Aleana mendengus kesal. “Sesenangnya hati Bapak aja lah,”

            Saka tersenyum lebar. “Ngomong-ngomong Le, kita kan sudah diluar jam kerja. Bisa kan kamu panggil aku Saka aja, aku berasa tua banget kamu panggil Bapak terus,”

            Aleana hanya diam tidak menjawab.

            “Leana,”

            “Nggak bisa Pak. Saya sudah terbiasa memanggil Bapak dengan sebutan Pak atau Bapak,”

            Keduanya kembali diam dalam hening. Saka berusaha focus mengemudi walaupun dikepalanya sedang dipenuhi bagaimana caranya mengajak Alea berbicara. Sesekali Saka menenggok ke arah Alea dan Alea sadar hal itu. Saka ingin sekali meminta maaf pada Alea namun Alea terlihat enggan berbicara dengan Saka. Hingga akhirnya Saka memberanikan diri untuk meminta maaf.

            "Leana, soal kesalahanku dulu-"

            "Saya sudah tidak ingin membahasnya Pak. Saya harap Bapak mengerti," ucap Aleana dengan nada datar.

            Saka pun menghentikan niatannya untuk meminta maaf pada Aleana. Saka sadar kesalahannya begitu membekas dihati Aleana hingga Aleana tidak ingin lagi membahasnya. Saka pun kembali fokus menyetir dengan pikiran yang berkelana kemana-mana. Saka berharap suatu saat nanti Saka bisa meminta maaf pada Aleana dan Aleana memaafkannya.

            “Kita sudah keluar tol. Jadi dari sini ke arah mana?” tanya Saka memecah keheningan.

            “Dari sini kita lurus sampai ketemu perempatan. Bapak ambil jalur kanan karena di perempatan kita akan belok ke kanan.”

            Saka mengikuti arahan Aleana dan disampingnya Aleana focus memperhatikan jalanan.

            “Pak didepan ada indomaret. Bapak berhenti saja disana. Tempat tinggal saya di dalam gang sebelah indomaret itu,”

            “Aku antar sampe depan rumah kamu, Leana. Ini sudah malam,”

            “Tidak bisa Pak. Kalau malam depan gang nya di portal,”

            “Kalau gitu kita cari jalan lain,”

            “Tidak perlu Pak. Semua Jalan memang di portal kalau malam,”

            Saka menghela nafas panjang. “Baiklah. Aku parker di indomaret dulu. Aku temani kamu jalan sampai depan rumah kamu,”

            Aleana memutar bola matanya malas. Saka tidak berubah selalu akan mencari cara agar keinginannya terpenuhi. “Nggak perlu Pak. Nggak bisa parkir di Indomaret lama-lama,”

            “Kamu menolak kebaikanku Aleana,”

            “Maaf Pak. Saya tidak bermaksud seperti itu. Saya tidak ingin merepotkan Bapak. Lagi pula besok kita akan pergi ke Singapore Pak. Lebih baik Bapak pulang dan segera beristirahat,”

            Saka menghela nafas frustrasi. “Aku nggak merasa direpotkan sama kamu Leana,”

            Alea hanya diam tidak menanggapi.

            “Baiklah. Aku ikuti ucapan kamu kali ini. Kabari aku ketika kamu sampai dirumahmu Aleana,”

            Aleana hanya mengangguk bertepatan dengan Saka yang menghentikan mobilnya di depan gang yang Alea maksud.

            “Terima kasih atas tumpangannya Pak,”

            “Ingat kabari aku begitu kamu sampai di rumah,” ucap Saka dengan nada tegas.

            Aleana hanya mengangguk kecil kemudian keluar dari mobil Saka. Aleana memasuki gang dan berjalan tanpa menoleh sekalipun kearah mobil Saka berada. Aleana berjalan pelan-pelan menikmati udara malam karena sedari tadi Aleana merasa sesak seakan udara disekelilingnya sangatlah terbatas.

            Didalam mobil Saka memandangi punggung mungil Aleana yang semakin menjauh. Saka ingin sekali meminta maaf pada Aleana. Dulu waktu mereka sama-sama masih menggunakan seragam putih abu-abu Saka dan Aleana begitu dekat dengan mudahnya karena kegigihan Saka mendekati Aleana namun kini saat mereka bertemu kembali beberapa tahun kemudian Saka yang ingin kembali mendekati Aleana pun menyesal perbuatannya dulu membuat Aleana menarik diri bahkan membangun tembok yang begitu kokoh sehingga Saka tidak bisa menggapai Aleana.

            Aleana sampai di panti dengan selamat. Beruntung Aleana diberikan kunci pintu panti oleh Bu Yeni kalau tidak Aleana akan kesulitan jika harus pulang malam karena lembur seperti ini. Aleana teringat akan ucapan Saka untuk memberi kabar namun Aleana mengabaikannya dan segera pergi membersihkan diri kemudian memutuskan untuk beristirahat.   

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status