LOGIN**
Hati Widya begitu kisruh saat ini. Ada banyak perasaan yang bergejolak dan itu didominasi oleh rasa jengah, marah, salah tingkah, tidak nyaman, risih, keki, gugup.., whatever!
Apa pun itu membuat Widya ingin memasuki kamar mandi pribadinya di kantor ini. Ia ingin meludah, muntah, atau bila perlu mandi besar sekalian. Ganjil, entah mengapa ia tiba-tiba merasa jijik.
Cepat ia melipat surat dan memasukkannya ke dalam saku jasnya. Setelah itu ia putar badan. Tetapi, langkah kakinya tertahan di satu sudut persis di samping wastafel.
Pada detik ini juga ia tak sudi, jika Mojo si lelaki badut itu mengetahui dirinya yang akan masuk ke kamar kecil.
Privasi!
Widya putar haluan lagi, ingin keluar, tepatnya menuju toilet umum yang berada di ujung lorong, tak jauh dari resepsionis dan ruang rapat. Widya membuka daun pintu kantornya dan berhenti sebentar untuk..,
“Jangan sentuh apa pun di ruangan saya ini!” Pesannya ketus pada Mojo.<
**“Atau kamu punya seseorang lain yang mau kamu jodohkan ke aku?” Tanya Miss Widya sembari bangkit, lalu berjalan pelan ke arah Gending.Satu.., dua.., langkah kakinya anggun, menapak di lantai dengan ritme yang acak dan sesekali gugup.Sementara di sisi Gending, ia memisuh-misuh di dalam hati.“Diancxuuuk..!”Mengapa?Karena kimono tipis dan transparan yang dipakai Miss Widya itu, rupanya telah bersekongkol dengan cahaya lampu, membiaskan sosoknya, hingga semua lekak-lekuk tubuh putri Wibisono itu tampak jelas di mata Gending.Satu.., dua.., langkah Miss Widya semakin dekat pada Gending. Hingga akhirnya ia pun berhenti tepat di depan sang ajudan. Cuma satu jengkal jaraknya.Miss Widya menengadah, menatap Gending yang pandangan matanya ia pertahankan tetap lurus ke depan, meski yang ia lihat hanyalah dinding.“Ada? Laki-laki lain yang mau kamu jodohkan dengan aku?” Tanya M
**Miss Widya memang telah mempersiapkan ini semua. Citra dan perbawa seorang ratu telah ia bangun malam ini, dan ia tunjukkan khusus untuk seoraang Gending.Ya, semuanya.Baju kimono tipis yang ia kenakan, riasan di wajah dan rambut yang tertata, termasuk cara duduknya yang bertopang kaki di sofa ini.Perihal es krim, ia menyantapnya dengan dua tujuan. Pertama, untuk mengatasi gugup.Lalu yang kedua, untuk menampilkan citra sensual lewat bibirnya yang basah akibat es krim.“Masak sih, Gending si kuda lumping itu tidak ada rasa tertariknya ke aku? Sedikit pun?” Pikir Miss Widya terus penasaran. “Bagaimana dia menatap aku, bagaimana dia berbicara dengan aku, seolah-olah aku ini perempuan yang biasa-biasa saja, tidak cantik dan tidak menarik.”“Dia mengaku setia ke Iroh pacarnya itu, hemm.., bagaimana kalau aku memberi kamu sedikit godaan?&
**Klingg..!“Ke sini.., aku punya sesuatu yang spesial untuk kamu..,”Membaca pesan dari Miss Widya ini mata Gending sampai terbelalak. Sedetik kemudian ia merasa tidak yakin dengan penglihatannya sendiri.Ia lalu mendekatkan ponselnya ke depan wajah, hingga nyaris menempel ke batang hidungnya sendiri. Ia pun membaca isi pesan lagi dengan pelan-pelan. “Spesial untuk kamu..” katanya dalam hati.“Apaan nih? Apa yang spesial?”Gending bangkit lagi dari posisi berbaringnya di kasur. Ia mengedarkan pandangannya ke seantero kamar, dengan pikiran yang ikut berputar liar.Nuansa malam pukul sebelas yang sunyi dan hening seakan menyungkupi dirinya dengan sebuah tabir tipis nan gelap.Saru! Pikirannya mulai kotor. Kemudian, ‘ke sini’, kata Miss Widya dalam pesannya barusan, maksudnya ke mana?Daripada terus berprasangka, Gending memutusk
**“Dia seorang perempuan, cantik, berkacamata.”“Namanya?” Tanya Gending sontak penasaran.“Nah, itulah yang bikin aku geregetan. Ternyata gurunya Mikhail lupa menanyakan nama perempuan itu.”“Hemm, sayang sekali.” Komentar Gending seketika lemas.“Iya, sayang sekali ya Mas. Padahal, aku juga kepengin kenal lho. Kalau ada nomor teleponnya aku pengin menghubungi dan mengucapkan terima kasih langsung ke dia.”“Yo wis, mau bagaimana lagi. Aku cuma bisa bilanng, apa pun motifnya dia menyimpan lukisan Mikhail itu, mudah-mudahan itu bisa membawa kebaikan untuk dia.”“Imbal baliknya untuk kebaikan Mikhail juga.”“Iya. Nah, kemudian, uangnya gimana?”“Nih, ada di aku.”“Kamu tabung ya. Untuk keperluan Mikhail nanti.”“Iya, Mas.”Obrolan Gending dan Iroh seputar lomba luki
**Apakah akan berujung menjadi pasangan, itu lain soal. Yang pasti, sifat naluriah seorang wanita adalah, bahwa ia dengan pesona yang dimilikinya bisa membuat lawan jenis tertarik kepadanya.Seperti wanita kebanyakan, Miss Widya suka dengan tatapan kagum seorang lelaki.Misss Widya suka dengan pujian para pria. Ia ingin menjadi center of gravity bagi para kaum adam di dunia ini.Tapi ternyata, Gending tidak ada di dimensi itu!Ia berada di universe yang berbeda, dan bersamanya sekarang ini adalah Iroh yang ia cintai itu.Miss Widya menelan ludah, yang anehnya sekarang terasa pahit.Almarhum ayahnya bersama Abah Anom diam-diamm telah menjodohkan dirinya dengan Gending. Tapi Gending mencintai orang lain. Bagaimana tidak pahit?“Ah, seharusnya ini tidak pahit!” Sanggah Miss Widya dalam hati.“Karena aku mencintai Kelvin!”“Tapi Kelvin selingkuh dengan wanita lain di luar san
**Gending.., melirik Miss Widya!“Nih, saya melirik.”Yang dilirik pun merasa keki. Dengan gemasnya Miss Widya mencubit pangkal lengan Gending. Lalu nyaris tanpa sadar ia mengeluarkan ekpresi yang manja.“Iiiiihh..! Bukan melirik yang begitu maksud aku, Gendiiiing!”Kali ini Miss Widya menjewer ujung telinga Gending, tetap dengan ekpresinya yang gemas dan manja.“Kamu tuh kadang suka ngeselin ya?”Gending yang menerima cubitan dan jeweran lembut itu pun hanya bisa terdiam sembari menahan senyum yang grogi.Ia merasa aneh, menerima sikap manja Miss Widya, persis seperti yang biasa ia dapatkan dari Iroh. “Maksud aku, apakah kamu..,”“Iya, iya, Miss. Saya paham kok. Tapi, saya memang tidak pernah mencoba untuk mengkhianati Iroh.”“Kenapa?”“Jawabannya ada pada kata-kata saya sebelumnya.”&ldquo







