Pukul sebelas malam. Bus Transjakarta yang aku tumpangi ini melaju dengan kecepatan yang konstan pada jalurnya.Suasana cukup sepi. Hanya ada empat penumpang yang tersisa. Yaitu aku, dua penumpang lelaki di bagian tengah, dan seorang wanita di pojok belakang.Aku melamun, tenggelam pada memoriku sendiri.“Mojo.,”Suara Abah Anom pun kembali mengiang di dalam kenanganku.“Saya, Abah..,”Ketika itu, Abah Anom mengeluarkan sebuah amplop coklat dari saku baju kokonya. “Kamu serahkan surat ini kepada Bapak Wisnu Wibisono di Jakarta sana..,”Aku menerima amplop coklat, lalu kembali menunduk. Aku mencermati amplop yang telah berada di tanganku.Tidak ada tulisan alamat, nama jalan, nomor telepon, atau semacamnya. Yang ada hanyalah sebuah tulisan berupa;~ Untuk: Wisnu Wibisono~ Dari: Abah AnomAku kembali menengadah ketika Abah Anom melanjutkan kata-katanya.“Itu yang pertama. Nah, kemudian, ini adalah amanah Abah yang terakhir kepadamu. Yaitu, kamu harus menjaga putri Bapak Wisnu itu, s
Last Updated : 2025-05-12 Read more