Udah jangan tegang-tegang bacanya hehehe. Habis ini kita mulai konfliknya. Siapin mental yah
Menikmati debaran karena ciuman pertama yang dirasakan Sally juga Sean merupakan pengalaman baru bagi mereka berdua berkutat dengan kegilaan yang memutari kepala mereka untuk tetap bersikap waras dan tidak terjerumus dalam hal-hal yang semakin dalam.Kejadian waktu itu nyatanya memberikan Sean pelajaran bahwa berduaan tanpa pengawasan orang dewasa dalam berpacaran di usia mereka nyatanya memang berbahaya. Jadi Sean sedikit menyenangkan hati dengan kepergiannya kali ini dengan alasan demi menghindari dosa kalau terus berdekatan dengan Sally.Ciuman pertama yang berakhir menjadi ciuman panas hanya dalam waktu satu jam itu nyatanya berhasil menuntun tangan Sean menyentuh benda kembar milik Sally meskipun dari sisi luarnya saja dan hal itu menjadi ultimatum keras bagi Sean mengutuki dirinya sendiri yang tidak mampu menjaga keliaran sisi laki-lakinya itu.Jadwal keberangkatan Sean dan Mark hari Minggu pagi. Dua hari sebelumnya Sean, Sally, Mark juga Ceri melakukan kencan ganda terakhir seb
Sean dan Mark akhirnya tiba Boston Airport setelah menempuh 25 jam perjalanan, disana sudah malam karena rentang perbedaan waktu 11 jam dengan Jakarta. Sepanjang perjalanan di pesawat yang dilakukan Sean hanya memejamkan mata, makan, ke kamar mandi kemudian tidur lagi disertai dengusan nafas kasar sebagai tanda sedang menyimpan sesaknya sendiri.Karena lelah keduanya langsung masuk ke dalam mobil jemputan yang memang sudah disediakan Samuel menuju rumah yang dibeli papa Sean. Orang tua Sean akan datang 2 hari kemudian untuk mengatur hal lainnya menyangkut persiapan kuliah mereka.Pagi ini saat melihat Sean sudah terlihat normal kembali, Mark memberanikan diri kembali bertanya kepada sahabatnya. Perihal mereka sampai di Amerika sudah Mark sampaikan pada pacarnya sebelum mereka sampai di rumah."Sean, Ceri cerita ke gua kalau loe tiba-tiba ngamuk ke Sally dan bilang ke dia jangan ke bandara kemarin. Sebenernya ada apa, Sean? Sally juga bingung dia punya salah apa sama loe, setidaknya an
John pikir Sally sedang sendirian di rumah makanya ia nekat membekap mulut gadis itu. Namun perhitungannya salah ketika mendengar suara pintu gerbang dibuka. Cepat-cepat pria itu melepaskan tangannya dan melepaskan Sally. Carol yang baru membuka pintu dibuat terkejut melihat kehadiran seorang pria dalam rumahnya. Terlebih menatap wajah meringis putrinya yang meyiratkan sikap tidak nyamannya membuat Carol menatap tajam pria tersebut. "Malam tante, saya John teman Sally." Menyapa wanita yang diyakini sebagai ibu Sally. Carol langsung memperlihatkan rasa tidak sukanya pada John menatap mata putrinya sedang menahan tangis. "Ada apa yah malam-malam bertamu kemari. Kamu bisa bicara di luar kan ngak perlu masuk ke dalam.” Sedangkan Sally memilih diam tidak berani mengatakan apapun pada Carol tentang kekurang ajaran John padanya barusan. "Maaf Tante, saya kemari memang berniat untuk bertemu sama Tante. Ada yang ingin saya bicarakan mengenai hubungan saya dengan Sally.” Bukannya merasa
Kejadian patah hati sesaat sebelum keberangkatanku ke Amerika merubah hidupku kembali menjadi Sean si introvert dan dingin. Bersama Sally dulu aku bisa menjadi diriku sendiri dan merasa bahagia karena rasa jatuh cinta pada pandangan pertama kepadanya. Namun semua itu ternyata hanyalah rasa semu sementara yang membuatku kecewa dan akhirnya menjadikanku semakin tidak mempedulikan orang lain. Aku kuliah di Amerika selama 3 tahun, kemudian melanjutkan gelar master selama 2 tahun lalu. Sesampainya di Amerika aku memutuskan langsung bekerja dengan papa sambil membangun usaha baru milikku sendiri dan akhirnya menjadi sebuah perusahaan yang cukup dikenal. Menjalankan dua perusahaan sekaligus tidak membuatku kewalahan meskipun harus melakukannya dari Amerika. Hampir sepuluh tahun aku berada di negeri adi kuasa ini. Papa sebenarnya sering menggerutu memintaku kembali ke Jakarta segera, namun entah rasanya masih malas sekali ke kota di mana aku memberikan cinta pertamaku kepada Sally dan mera
Sean akhirnya memutuskan untuk pindah ke apartemen dengan alasan lebih dekat ke kantor daripada rumah. Hal ini juga dilakukan sebagai alasan untuk menghindari perjodohan sang Mama. Apartemen yang mereka beli saling berhadapan dan dalam satu lantai hanya terdapat dua apartemen. Sean memang menginginkan privasi agar tidak mencolok publik.Sally dan Ceri berangkat ke kantor bersama-sama, keduanya sudah bekerja di perusahaan yang menawarkan pekerjaan itu pada Sally sebelum Mark datang ke Jakarta. Karena jarak kantor dari rumah mereka jauh, mereka memutuskan menyewa sebuah apartemen sederhana dengan 2 kamar tidur.Mark sebenarnya mengajak Ceri untuk tinggal bersamanya, Apartemen Mark sangat besar, luasnya seperti sebuah rumah tinggal dengan tiga kamar jadi Ceri bisa menempati salah satu kamar di apartemen tersebut. Namun Ceri menolak dan menginginkan mereka baru tinggal bersama saat menikah nanti.Sally mulai mempelajari pekerjaan barunya dan langsung mendapatkan tug
“Masih ingat pulang loe!” Sapa Dania sambil mendorong bahu Sally.“Biasa, Nia. Udah bisa cari duit yah gitu lupa sama kulitnya dia dulu.” Sindir Bianca menikmati sarapan pagi buatan Sally.Diperlakukan seperti itu sudah biasa bagi Sally sejak pindah kembali ke kediaman ayah tirinya. Ia hanya menghela nafas panjang menahan diri untuk tidak terpancing emosi karena memang itu keinginan Bianca dan anaknya yang sengaja mencari keributan denganya.Carol hanya menunduk diam sambil menyuapi suaminya yang tidak berdaya di kursi rodanya. Bola mata Raka menyipit tajam sebagai bentuk rasa tidak sukanya melihat kelakuan istri sah dan putrinya itu. Namun ia juga tidak bisa melakukan apapun mengingat kondisinya setelah struk.Kesal karena tidak digubris oleh Sally, Dania malah meradang. “Heh! Gua nanyain loe. Masih punya kuping kan loe!” Bentaknya sambil memukul meja melotot seperti ingin menelan adik tirinya itu.Hanya bisa menghela nafas panjang, Sally berusaha mengikuti permainan dua wanita iblis
Mark menunggu Ceri di depan gerbang bergegas menuju ke restoran. Untuk menghemat waktu, sebelumnya Mark sudah melakukan reservasi dan memesan menu utama jadi tidak akan memakan waktu lama untuk menunggu makanan keluar. Bagaimanapun ia memikirkan tanggung jawab Ceri sebagai staf di perusahaan.Sejak kembali ke Jakarta dan bertemu dengan tunangannya, sikap Mark pada Ceri semakin menjadi bahkan tidak lagi malu memperlihatkan sisi liarnya sebagai seorang laki-laki.Ceri menggerutu ketika sampai ke restoran yang dituju tidak seperti dugaannya. Ia pikir Mark akan mengajaknya ke restoran siap saji nyatanya tunangannya itu malah mengajakanya ke sebah restoran mewah tidak jauh dari gedung kantor mereka."Kita makan di tempat cepat saji juga sudah oke, Mark. Ngak perlu tempat mewah begini, lagian makan waktu mesen makanannya. Pacar kamu ini bukan asisten CEO kayak kamu yang bisa seenaknya sama jam kerja."Mark terkekeh melihat bibir cemberut Ceri yang sedang mengge
Sean penasaran dengan suara dibalik telepon tadi, dadanya terus berdegup kencang. Setelah makan siang, ia mencoba turun ke lantai staff, berjalan menuju ruangan PR yang bertuliskan nama Sally. Seperti orang linglung memikirkan Sally, ia sampai lupa kalau sekarang sedang jam istirahat. Saat tiba di sana, ruang kerja itu tertutup dan tidak ada orang.Bodohnya lagi, pria itu sampai naik turun beberapa kali menghampiri ruangan yang masih nampak sepi itu. Sean berdiri cukup lama di depan ruangan tersebut. Untung saja ruangan PR hanya beda satu lantai dan terpisah dari kubikel staf lainnya jadi kelakuan Sean tidak sampai menarik perhatian karyawan lainnya.“Hais, gua ngapain juga sih. Bego banget!” Rutuknya pelan kemudian berbalik menuju lift untuk kembali ke ruangannya.Namun langkahnya terhenti mematung ketika melihat seseorang keluar dari lift sambil berjalan tanpa menyadari kehadirannya sampai Sean membiarkan orang itu menabrak dirinya.."Aduh!!"