Share

Kota Yang Kurindu

"Mapan. Tampan. Rupawan tapi sayang Jomblo" Begitulah pandangan orang.

_ _ _ Jalan BahagiA

Sebuah pesawat berlogo Burung garuda berwarna biru berhasil mendarat dengan selamat di Bandara Adisucipto Yogyakarta. Setelah memastikan semuanya penumpang dan kru aman, perlahan  pramugari bernama Bidadari atau kerap disapa Dari membukakan pintu pesawat. Senyum ramah terukirindah diparas cantiknya.

Setelah mastikan semua penumpangnya turun dengan selamat hingga darat, tibalah saatnya para Kru dan Pilot keluar untuk mencari udara segar dan beristirahat sebentar, Bara keluar dari kepala pesawat paling belakang hal ini telah biasa ia lakukan, agar jika ada sesuatu yang terjatuh atau tertinggal ia bisa membantu.

Tangan kanan bara sibuk menarik koper besar berwarna hitam, sedang tangan kirinya sibuk mengetik dan mengirim pesan jawaban yang tadi pagi ia lewatkan.

"Ane sudah mendarat nih, ente dimana?"

Pesan singkat itu terkirim, beberapa waktu kemudian Bara mendapatkan balasan.

"Welcom bek brota. Gua masih ngojol nih, elu mau ketemu dimana?"

"Di amplas aja. Sekalian nyari makan siang"

"Oke! Tunggu. Gua masih di daerah bundaran UGM. Lu nyari tempat aja, nanti kabarin. Customer gua datang"Balas kawannya disebrang sana.

"Kebetulan mau ke amplas juga" Susul pesan berikutnya.

"Alhamdulillah. Sekalian jalan" Balas bara.

"Yoi"

Bara lalu memasukkan ponselnya kedalam saku, dan mulai berjalan menuju luar bandara, ia melihat mobil Pajero hitam berhenti didepanya, sopir sewaanya tersenyum membukakan pintu bagasi lalu memasukan koper beserta barang-barang lain milik Bara.

“Pak, tolong antarakan ini ke alamat yang sudah saya kirim tadi ya Pak. Saya akan naik bus” Hafal dengan sifat clainnya ini, sang supir yang telah lama ikut orang tunya mengangguk setuju.

Setelahnya Bara mulai berjalan menuju halte Bus yang berdiri tak jauh dari tempatnya, bus angkutan umum berhenti didepanya suatu keberuntungan bagi Bara karena tak perlu menunggu lama.

_ _ _ Jalan BahagiA

"Monggo Bu, teng mriki mawon (Silahkan Bu, di sini saja- Bahasa Jawa Ngoko) " Seorang perempuan berjilbab abu-abu tampak ramah mempersilahkan seorang wanita tua duduk dikursinya.

"Suwun nggih nduk (Makasih ya nak)" balas sang ibu tak kalah ramah. Bara tersenyum melihat pemandangan ini, seperti inilah kota yang selalu ia rindukan. Yogyakarta adalah tempat tinggal yang nyaman,penuh kenangan bersama rintik hujan dan angkringan. Bara rindu, tentu saja.

Bara selalu menyempatkan waktu ketika singgah di kota ini sekedar ngopi maupun bernostalgia bersama kawan-kawan sejawatnya dulu.

"Awas mbak! Mbak tu jangan dijalan!!" Bentak seorang ibu-ibu berbadan gemuk dengan lipstik merah merona pada wanita berjilbab yang tadi bara kagumi.

Sepertinya bara ketiduran, sebab entah apa masalahnya ibu-ibu tampak tengah melotot tajam pada wanita tadi sebelum akhirnya ibu itu menyenggol wanita berjilbab tadi hingga oleng.

Wanita itu tampak mengelus dada, mulutnya bergerak-gerak kecil seperti mengucapkan istighfar.

"Permisi pak,  itu kenapa kok mbaknya dimarahin?" Tanya bara pada lelaki paruh baya disampingnya.

"Oh.. tadi bus lumayan penuh mas, terus ada penumpang dibelakang dia yang ngedorong mbak itu sampai hampir njatuhin ibu-ibu itu. Lah si ibu itu nggak terima. Mbak nya dimarah-marahin" jelas bapak itu panjang.

"Kok nggak ada yang bantuin, nasehatin misal pak?" Tanya Bara penasaran.

"Walah mas, ibu-ibu ngunu kok ya di gagas" terang bapak paruh baya di sebelah lelaki tua tadi.

Pandangan bara refleks melihat lagi ke arah wanita itu, Bara kemudian bangkit.

"Duduk disebelah situ aja mbak" tawar bara pada wanita berjilbab itu, namun wanita itu menolaknya.

"Nggak usah mas, saya sudah mau turun kok" tolak nya halus.

***

"Sudah lama?" Tanya lelaki berjaket hijau khas salah satu ojek online tanah air.

"Belum" jawab Bara sambil melirik gelas kopinya yang telah tandas.

"Wait. Santuy bro. Lu tau sendirikan jam terbang ojol kayak gua tuh padet" Bangganya, alih-alih meminta maaf dengan tulus.

"Menurut ngana?  " Hampir-hampir Bara menonjok muka songong Lukas salah satu juga kawan Bara sejak SMA yang kini memilih jalannya sendiri, menjadi pengemudi kendaraan beroda dua dan bermitra dengan perusahaan start-up terbesar di Indonesia. Meskipun sangat mungkin bagi lukas untuk mengikuti jejak Bara dan Iko.

"Iya deh.. mas yang Mapan. Tampan. Rupawan tapi sayang Jomblo" Nyinyir lukas mengetahui betapa kesalnya Bara, yang tentu saja mendapatkan hadiah pelototan tajam Bara.

Seolah tak terjadi apapun, lukas melenggangkan kakinya menuju tempat barista kafe berada.

"Woi bro! Pesen satu yak. Biasa kopi hitam tanpa gula" kata Lukas  nampak terlihat akrab.

“Bungkus?”

“Kagak,sini saja”

"Tumben Abang Lo disini" Seorang pramusaji yang tak lain adalah kekasih Lukas  menghidangkan pesananya

"Yoi.. nyari jodoh" Ceplos Lukas  sembarangan. Gatel dengan sikap sompral Lukas, ditendangnya tulang kering Lukas yang sontak membuat sang empu mengaduh.

“Kenapa sayang?” Tanya  Ciara khawatir, Lukas tersenyum menenagkan.

“Ah nggak papa sayang, aman”

Tak jauh dari tempat mereka mengobrol, samar telinga Bara menangkap sebuah suara yang tak asing banginya, suara yang beberapa waktu lalu ia dengar didalam bus. Suara merdu seorang  wanita yang membuat Bara terpesona dengan ketegaran dan kebaikan hatinya.

Netra Bara mencoba mencari dan menemukan sumber suara itu, dan benar saja lima kursi dari tempat duduknya ia melihat dua orang wanita sedang berbincang. Perbincangan itu sepertinya sangat seru hingga membuat Bara tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

“Bisa ya gadis itu tertawa lepas, atas kejadian memalukan yang beberapa waktu lalu ia hadapi. Menarik” Gumamnya masih dengan tatapan kagum pada gadis disebrang sana.

“Mata BRO!” Tanpa Bara sadari, gerak- geriknya sedari tadi tak luput dari pandangan lukas.

“Berisik Lu”

***

“Fit, kayak ada yang merhatiin kita nggak sih?” Bisik Afi pada Fitri.

“Hu’um. Lihat jarum jam pada angka 6 deh, orangnya nggak jauh dari sini. Om-om mesum jangan-jangan, atau psiko, atau jangan-jangan dia terpesona lagin sama kecantikan Fitri”

“Hush!”

“Terus-terus gimana tadi, ibunya mbak apain?” Lanjut Fitri mengingatkan Afi untuk melanjutkan kisah dan tragedy memalukanya didalam bus umum.

“Ya nggak di apa-apain, malu, sedih campur aduk gitu. Mana ada mas-mas yang ngeliatin terus kayak kasihan gitu” Jelas Afi nampak berapi-api.

“Terus-terus” Fitri semakin penasaran “Ada adengan kayak drakor-drakor nggak? Si cowok datang terus meluk mbak pas busnya jalan? Atau apa gitu?” Fitri mentertawakan pikiran konyolnya sendiri.

“Ya kagak, anda fikir ini drama kolosal kera sakti mencari kitab suci ketimur. Ngaco” Afi tertawa, ia geli  mendengar kehaluan Fitri.

“Bisa saja begitu.”

“Nggak ada, yang ada aku malah nolak tawaran mas itu, malu lah masa ya kali aku nerima kursinya dia, nggak ih”

“Apa yang salah?” Protes Fitri

“Ouh ya, mbak jadi pulang sore ini?” Tanya Fitri kembali kedalam mode serius.

“Iya, Abis ini aku otw pulang”

“Barang-barang udah aman kan?” Afi mengangguk lesu, perubahan wajah lesunya tentu saja tak luput dari pandangan Bara.

***

Bersambung…

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status