En, kita ke taman sini dulu ya, ada yang mau aku obrolin, kamu nggak buru-buru kan?" tanya Supri yang saat itu sudah berada di parkiran taman. "Nggak, Pri, emang mau ngobrol apa, soal Ipul sama Amel ya?" tebak Eni. Supri hanya mengangguk lalu melangkah masuk ke taman dan Eni mengikutinya dari belakang. Supri memilih duduk di kursi yang dekat dengan pohon karena merasa sejuk. "Tunggu bentar di sini, jangan kemana-mana," pinta Supri kepada Eni lalu pergi begitu saja tanpa memberikan kesempatan Eni menjawab. *** Sementara Amel masih menikmati makanan yang dia pesan, rasanya masih betah Amel berada di sana. "Mel, sendirian?" sapa seseorang dari belakang Amel. "Bikin kaget aja, Lang, iya tadi ada Eni tapi sudah pulang duluan," jawab Amel menjelaskan. "Boleh aku duduk?" tanya Gilang. Amel mengangguk tanda setuju Gilang duduk di sana. Gilang ternyata juga sudah memesan makanan, tidak sengaja Gilang melihat Amel duduk sendirian. "Kamu kaya ada yang dipikirin, kenapa?" tanya Gilan
Tempat Amel bekerja mengadakan acara jalan-jalan ke pantai. Hampir semua ikut acara itu, Ipul tidak mengikuti karena ada acara keluarga. Mereka semua berangkat menggunakan bis kecil, Amel duduk bersebelahan dengan Eni, sementara di kursi sebelah terlihat ada Supri yang duduk bersama Yana.Walaupun saat itu malam hari tapi rasanya tidak ada yang mengantuk, yang ada malah semakin semangat. Suasana di dalam bis terlihat ramai, semua merasa senang, bahkan ada juga yang menyanyi di kursi belakang."Mel, kok diam saja, sekarang waktunya liburan, lupain dulu masalahmu," ucap Eni yang menyemangati Amel. "Iya, Er, kamu benar," jawab Amel tersenyum manis. "Manisnya senyummu, Mel, itu yang buat aku suka," gumam Supri yang melihat Amel tersenyum walau hanya samar karena di bis cukup gelap.Amel memutuskan untuk memejamkan matanya, entah karena Amel terlalu memikirkan atau hanya ilustrasi saja tapi bayangan Santi dan Ipul seakan selalu mengikuti. Sampai akhirnya Eni membangunkan Amel, Eni berka
Siang itu, Amel, Eni, Supri, dan Gilang sudah berada di tepi pantai. Sebagian dari teman-teman mereka juga berada di sana. Udara di sana sangat panas tapi terdapat pepohonan untuk berteduh dan menikmati ombak yang indah."Kalian mau es kelapa?" Gilang menawarkan es kepada mereka. Supri mengangguk membuat Amel dan Eni juga mengangguk setuju, Gilang melangkah memesan empat es kelapa. Mereka menikmati ombak dengan mengobrol santai dan menikmati es kelapa yang sudah mereka pesan."Kita foto dekat ombak sana yuk, sekalian berenang," ajak Eni. "Aku di sini saja, panas banget," ucap Amel."Yaah, nggak ada yang mau berenang atau sekedar main air," ucap Eni dengan nada kecewa. "Aku temenin yuk," ucap Supri tiba-tiba. Eni tersenyum menangguk dan melangkah pergi bersama Supri. "Aku temani Amel di sini ya," seru Gilang pada Supri dan Eni. Supri mengajungkan jempolnya bertanya setuju dengan Gilang. "Ini kesempatan lebih dekat sama Amel," gumam Gilang dalam hati."Mel, mau makan nggak, aku
Setelah Amel dan teman-temannya selesai makan, mereka memutuskan untuk kembali ke penginapan. Selain cuaca yang sudah sangat panas, baju mereka juga sudah basah kuyup. Amel langsung mengambil handuk dan mandi, kemudian dia memilih untuk istirahat. "Tadi sama Gilang ngobrol apa, Mel, keliahatannya serius banget," tanya Eni yang tiduran di samping Amel. Amel menoleh ke arah Eni, dia menatap Eni dan menarik nafas dalam. Amel menceritakan semua yang dia obrolin dengan Gilang. Amel juga bilang ke Eni kalau dia merasa tidak enak karena sudah mengingatkan Gilang pada masa lalunya. Amel juga menceritakan ternyata Gilang dan Ipul pernah bicara empat mata membahas tentang Santi. "Sudahlah, Mel, kamu jadi nggak penasaran kan, Gilang juga mau cerita tanpa paksaan kamu, dia sendiri yang mau jadi nggak usah merasa bersalah," ucap Eni menenangkan Amel.Amel mengangguk tersenyum lalu dia bilang mau tidur dulu karena capek. Baru saja Eni mau menyusul Amel tidur, baru mau menutup mata, terdengar s
Eni yang melihat Amel baru datang bertanya mengapa Amel lama sekali, Amel berbohong dia bilang sakit perut, Eni percaya begitu saja tanpa banyak tanya. Acara malam itu berjalan lancar, semua merasa senang dan tentu saja kenyang. Pukul sebelas malam semua sudah kembali ke tempat penginapan, Pak Zio meminta semua untuk istirahat dan mengingatkan kembali jika besok pukul sepuluh harus sudah siap. Pak Zio juga memperingatkan kepada semua untuk langsung istirahat dan tidak lagi ada yang masih berada di luar. *** Pagi harinya, Amel memutuskan untuk jalan-jalan, dia ingin melihat matahari terbit di tepi pantai. Amel membangunkan Eni tapi Eni bilang itu tidak terlihat lalu Eni melanjutkan tidurnya. Entah firasat apa yang membuat Amel melangkah keluar walaupun tidak bisa melihat matahari terbit. Udara pagi itu sangat dingin tapi Amel terus melangkah dan menikmatinya, dia menghirup embun pagi, merasakan kelegaan dalam dirinya. Dari arah belakang, Yana mengikuti Amel, dia memanggil Amel ya
Liburan telah usai, semua sudah kembali ke pekerjaan masing-masing. Hubungan Ipul dan Amel seakan di ambang kehancuran, semakin hari semakin menjauh tapi belum ada kata putus di antara mereka. Sementara, Yana dan Gilang terlihat seakan terang-terangan mendekati Amel. Berbeda dengan Supri, Supri memakai cara halus untuk mendekati Amel. Eitts, tunggu, bukan main dukun ya, tapi Supri menjadi teman curhat Amel. Supri memantau hubungan Amel dan Ipul melalui cerita-cerita Amel.***Amel terlihat berjalan ke parkiran, di sana Ipul sengaja menunggu. Ipul langsung meminta Amel naik ke motor, tidak ada penolakan dari Amel, Amel mengikuti perintah Ipul. Ipul membawa Amel ke sebuah cafe, Ipul ingin berbicara serius dengan Amel."Mau pesan apa, Mel," tanya Ipul. "Es capucino aja," jawab Amel singkat."Aku pesenin cemilan ya," ucap Ipul, tapi Amel hanya diam saja. Ipul memesan minum dan beberapa cemilan. "Langusng aja mau apa lagi?" segah Amel kepada Ipul. "Sabar, Mel, kita nunggu makanan data
Santi menghubungi Yana, dia meminta Yana bekerjasama dengannya. Yana setuju, kali ini rencananya harus benar-benar matang dan berhasil. "Kali ini harus berhasil, San. Jangan sampai gagal lagi," pinta Yana di sambungan telepon. "Oke, kita pastikan semua berjalan sesuai rencana," ucap Santi penuh keyakinan. Usai menghubungi Yana, Santi langsung menghubungi Ipul, tapi nihil, beberapa kali dia menghubungi tapi tidak ada jawaban. Kali ini Santi memberanikan diri datang langsung menemui Ipul. ***"Aku ke rumahmu, Kak. Aku bawain masakanku mau?" tanya Amel di ujung telepon saat mendengar kabar Ipul sakit.Amel bersikap manis, dia ingin mencoba memperbaiki hubungannya dengan Ipul. "Terima kasih, Mel. Kamu mau ke sini aja aku sudah senang, nggak usah bawa apa-apa," jawab Ipul. Ipul merasa Amel jadi lebih manis, dia tidak akan mengulangi kesempatan kedua ini. Sambungan telepon dimatikan, Amel membuat bubur dan akan menuju rumah Ipul. Tidak butuh waktu lama, sekitar satu jam Amel sudah b
"Apa mungkin saat kejadian dulu sama Gilang, Santi juga yang menghubungi Ipul buat datang, dia juga yang kirim foto pas aku sama Gilang makan di kantin. Dia pasti sudah susun rencana, aku harus hati-hati," batin Amel sambil memikirkan apa rencana Santi selanjutnya. "Tapi aku puas kali ini bisa buat Santi ditegur Ipul," lanjut Amel sambil tersenyum."Mel, ketawa sendiri," ucap Eni mengagetkan Amel. Amel menoleh ke belakang, Eni sudah berdiri di sana. Amel menceritakan semua kejadian tadi, Eni pun ikut tertawa mendengar semuanya. "Tapi, Mel, kayanya setelah ini Santi malah akan buat rencana yang lebih heboh. Dia nggak mungkin berhenti walaupun sudah di tegur," ucap Eni penuh penekanan. "Kamu benar, En, aku harus kasih tahu Ipul supaya dia nggak mudah percaya," jawab Amel. Eni pun mengajak Amel melanjutkan kerjaannya dan nanti ceritanya setelah selesai kerja. ***Santi terlihat kesal dengan ucapan Ipul, dia tidak menyangka Ipul semarah itu. "Aku harus benar-benar cari cara supaya m
Hujan yang turun sangat deras, juga membuat Eni dan Supri makan bakso bersama. Eni memang sengaja mengajak Supri bertemu, Eni menceritakan semua kejadian tadi. Supri yang mendengar itu tampak geram. "Aku akan terus awasi Santi, dia nggak boleh sakitin Amel," Supri membatin dalam hati. Setelah hujan mulai reda, di saat Gilang sudah antar Amel pulang, Supri juga mengantar Eni pulang. "Jalannya tumben macet ya, En. Biasanya nggak kan ya," tanya Supri merasa heran karena jalanan itu macet dan sangat ramai. "Entah, Pri. Apa karena baru reda jadi orang-orang baru keluar," jawab Eni juga yang merasa heran. "Pak, kok macet gini ada apa?" tanya Supri ke bapak tua di tepi jalan."Di depan ada kecelakaan, Mas. Truk nambrak motor, orangnya katanya mental jauh, tapi sudah di bawa ambulance tadi," jelas bapak itu. "Astaqfirullah," ucap Supri dan Eni hampir bersamaaan."Terima kasih, Pak," ucap Supri. Bapak itu tersenyum mengangguk dan mengingatkan Supri untuk hati-hati karena jalanan licin.
"Apa mungkin saat kejadian dulu sama Gilang, Santi juga yang menghubungi Ipul buat datang, dia juga yang kirim foto pas aku sama Gilang makan di kantin. Dia pasti sudah susun rencana, aku harus hati-hati," batin Amel sambil memikirkan apa rencana Santi selanjutnya. "Tapi aku puas kali ini bisa buat Santi ditegur Ipul," lanjut Amel sambil tersenyum."Mel, ketawa sendiri," ucap Eni mengagetkan Amel. Amel menoleh ke belakang, Eni sudah berdiri di sana. Amel menceritakan semua kejadian tadi, Eni pun ikut tertawa mendengar semuanya. "Tapi, Mel, kayanya setelah ini Santi malah akan buat rencana yang lebih heboh. Dia nggak mungkin berhenti walaupun sudah di tegur," ucap Eni penuh penekanan. "Kamu benar, En, aku harus kasih tahu Ipul supaya dia nggak mudah percaya," jawab Amel. Eni pun mengajak Amel melanjutkan kerjaannya dan nanti ceritanya setelah selesai kerja. ***Santi terlihat kesal dengan ucapan Ipul, dia tidak menyangka Ipul semarah itu. "Aku harus benar-benar cari cara supaya m
Santi menghubungi Yana, dia meminta Yana bekerjasama dengannya. Yana setuju, kali ini rencananya harus benar-benar matang dan berhasil. "Kali ini harus berhasil, San. Jangan sampai gagal lagi," pinta Yana di sambungan telepon. "Oke, kita pastikan semua berjalan sesuai rencana," ucap Santi penuh keyakinan. Usai menghubungi Yana, Santi langsung menghubungi Ipul, tapi nihil, beberapa kali dia menghubungi tapi tidak ada jawaban. Kali ini Santi memberanikan diri datang langsung menemui Ipul. ***"Aku ke rumahmu, Kak. Aku bawain masakanku mau?" tanya Amel di ujung telepon saat mendengar kabar Ipul sakit.Amel bersikap manis, dia ingin mencoba memperbaiki hubungannya dengan Ipul. "Terima kasih, Mel. Kamu mau ke sini aja aku sudah senang, nggak usah bawa apa-apa," jawab Ipul. Ipul merasa Amel jadi lebih manis, dia tidak akan mengulangi kesempatan kedua ini. Sambungan telepon dimatikan, Amel membuat bubur dan akan menuju rumah Ipul. Tidak butuh waktu lama, sekitar satu jam Amel sudah b
Liburan telah usai, semua sudah kembali ke pekerjaan masing-masing. Hubungan Ipul dan Amel seakan di ambang kehancuran, semakin hari semakin menjauh tapi belum ada kata putus di antara mereka. Sementara, Yana dan Gilang terlihat seakan terang-terangan mendekati Amel. Berbeda dengan Supri, Supri memakai cara halus untuk mendekati Amel. Eitts, tunggu, bukan main dukun ya, tapi Supri menjadi teman curhat Amel. Supri memantau hubungan Amel dan Ipul melalui cerita-cerita Amel.***Amel terlihat berjalan ke parkiran, di sana Ipul sengaja menunggu. Ipul langsung meminta Amel naik ke motor, tidak ada penolakan dari Amel, Amel mengikuti perintah Ipul. Ipul membawa Amel ke sebuah cafe, Ipul ingin berbicara serius dengan Amel."Mau pesan apa, Mel," tanya Ipul. "Es capucino aja," jawab Amel singkat."Aku pesenin cemilan ya," ucap Ipul, tapi Amel hanya diam saja. Ipul memesan minum dan beberapa cemilan. "Langusng aja mau apa lagi?" segah Amel kepada Ipul. "Sabar, Mel, kita nunggu makanan data
Eni yang melihat Amel baru datang bertanya mengapa Amel lama sekali, Amel berbohong dia bilang sakit perut, Eni percaya begitu saja tanpa banyak tanya. Acara malam itu berjalan lancar, semua merasa senang dan tentu saja kenyang. Pukul sebelas malam semua sudah kembali ke tempat penginapan, Pak Zio meminta semua untuk istirahat dan mengingatkan kembali jika besok pukul sepuluh harus sudah siap. Pak Zio juga memperingatkan kepada semua untuk langsung istirahat dan tidak lagi ada yang masih berada di luar. *** Pagi harinya, Amel memutuskan untuk jalan-jalan, dia ingin melihat matahari terbit di tepi pantai. Amel membangunkan Eni tapi Eni bilang itu tidak terlihat lalu Eni melanjutkan tidurnya. Entah firasat apa yang membuat Amel melangkah keluar walaupun tidak bisa melihat matahari terbit. Udara pagi itu sangat dingin tapi Amel terus melangkah dan menikmatinya, dia menghirup embun pagi, merasakan kelegaan dalam dirinya. Dari arah belakang, Yana mengikuti Amel, dia memanggil Amel ya
Setelah Amel dan teman-temannya selesai makan, mereka memutuskan untuk kembali ke penginapan. Selain cuaca yang sudah sangat panas, baju mereka juga sudah basah kuyup. Amel langsung mengambil handuk dan mandi, kemudian dia memilih untuk istirahat. "Tadi sama Gilang ngobrol apa, Mel, keliahatannya serius banget," tanya Eni yang tiduran di samping Amel. Amel menoleh ke arah Eni, dia menatap Eni dan menarik nafas dalam. Amel menceritakan semua yang dia obrolin dengan Gilang. Amel juga bilang ke Eni kalau dia merasa tidak enak karena sudah mengingatkan Gilang pada masa lalunya. Amel juga menceritakan ternyata Gilang dan Ipul pernah bicara empat mata membahas tentang Santi. "Sudahlah, Mel, kamu jadi nggak penasaran kan, Gilang juga mau cerita tanpa paksaan kamu, dia sendiri yang mau jadi nggak usah merasa bersalah," ucap Eni menenangkan Amel.Amel mengangguk tersenyum lalu dia bilang mau tidur dulu karena capek. Baru saja Eni mau menyusul Amel tidur, baru mau menutup mata, terdengar s
Siang itu, Amel, Eni, Supri, dan Gilang sudah berada di tepi pantai. Sebagian dari teman-teman mereka juga berada di sana. Udara di sana sangat panas tapi terdapat pepohonan untuk berteduh dan menikmati ombak yang indah."Kalian mau es kelapa?" Gilang menawarkan es kepada mereka. Supri mengangguk membuat Amel dan Eni juga mengangguk setuju, Gilang melangkah memesan empat es kelapa. Mereka menikmati ombak dengan mengobrol santai dan menikmati es kelapa yang sudah mereka pesan."Kita foto dekat ombak sana yuk, sekalian berenang," ajak Eni. "Aku di sini saja, panas banget," ucap Amel."Yaah, nggak ada yang mau berenang atau sekedar main air," ucap Eni dengan nada kecewa. "Aku temenin yuk," ucap Supri tiba-tiba. Eni tersenyum menangguk dan melangkah pergi bersama Supri. "Aku temani Amel di sini ya," seru Gilang pada Supri dan Eni. Supri mengajungkan jempolnya bertanya setuju dengan Gilang. "Ini kesempatan lebih dekat sama Amel," gumam Gilang dalam hati."Mel, mau makan nggak, aku
Tempat Amel bekerja mengadakan acara jalan-jalan ke pantai. Hampir semua ikut acara itu, Ipul tidak mengikuti karena ada acara keluarga. Mereka semua berangkat menggunakan bis kecil, Amel duduk bersebelahan dengan Eni, sementara di kursi sebelah terlihat ada Supri yang duduk bersama Yana.Walaupun saat itu malam hari tapi rasanya tidak ada yang mengantuk, yang ada malah semakin semangat. Suasana di dalam bis terlihat ramai, semua merasa senang, bahkan ada juga yang menyanyi di kursi belakang."Mel, kok diam saja, sekarang waktunya liburan, lupain dulu masalahmu," ucap Eni yang menyemangati Amel. "Iya, Er, kamu benar," jawab Amel tersenyum manis. "Manisnya senyummu, Mel, itu yang buat aku suka," gumam Supri yang melihat Amel tersenyum walau hanya samar karena di bis cukup gelap.Amel memutuskan untuk memejamkan matanya, entah karena Amel terlalu memikirkan atau hanya ilustrasi saja tapi bayangan Santi dan Ipul seakan selalu mengikuti. Sampai akhirnya Eni membangunkan Amel, Eni berka
En, kita ke taman sini dulu ya, ada yang mau aku obrolin, kamu nggak buru-buru kan?" tanya Supri yang saat itu sudah berada di parkiran taman. "Nggak, Pri, emang mau ngobrol apa, soal Ipul sama Amel ya?" tebak Eni. Supri hanya mengangguk lalu melangkah masuk ke taman dan Eni mengikutinya dari belakang. Supri memilih duduk di kursi yang dekat dengan pohon karena merasa sejuk. "Tunggu bentar di sini, jangan kemana-mana," pinta Supri kepada Eni lalu pergi begitu saja tanpa memberikan kesempatan Eni menjawab. *** Sementara Amel masih menikmati makanan yang dia pesan, rasanya masih betah Amel berada di sana. "Mel, sendirian?" sapa seseorang dari belakang Amel. "Bikin kaget aja, Lang, iya tadi ada Eni tapi sudah pulang duluan," jawab Amel menjelaskan. "Boleh aku duduk?" tanya Gilang. Amel mengangguk tanda setuju Gilang duduk di sana. Gilang ternyata juga sudah memesan makanan, tidak sengaja Gilang melihat Amel duduk sendirian. "Kamu kaya ada yang dipikirin, kenapa?" tanya Gilan