Share

Bab 2 Dia lagi

Author: Shakeel
last update Huling Na-update: 2025-01-18 11:31:19

“Kamu kenapa, kelihatannya tegang banget. Siapa namamu?” tanya Pak Sandi ke arah Amel.

“Sa-Saya ... saya Amel, Pak,” jawab Amel dengan nada gugup.

“Kalian nggak usah tegang, saya nggak gigit,” ucap Pak Sandi sambil tersenyum dan mempersilakan mereka duduk.

Amel melirik Tika, Amel berpikir bagaimana bisa orang yang tadi membuat Amel hampir marah ternyata gokil juga. Terus tadi kenapa dia tidak minta maaf, Amel masih saja penasaran, tapi takut untuk bertanya langsung.

“Bisa enggak diterima aku kalau aku bahas kejadian tadi, harus benar-benar lupain,” guman Amel dalam hati.

“Perkenalkan nama saya Sandi Pratama, panggil aja Sandi, saya yang akan memeriksa kelengkapan berkas lamaran kalian. Sekaligus, saya juga yang akan interview kalian. Sebelumnya di sini saya akan menjelaskan, bahwa setelah ini kalian juga harus mengikuti tes tertulis dan tes praktik lain. Apa kalian siap?” jelas Pak Sandi panjang lebar.

“Kami siap,” jawab Amel dan Tika berbarengan.

Akhirnya, setelah seharian, selesai juga Amel dan Tika mengikuti semua tes dan interview. Mereka juga sudah langsung mengetahui jika mereka diterima di perusahaan itu, tapi ternyata keinginan mereka pupus, karena mereka tidak ditempatkan di satu lokasi.

Perusahaan yang mereka lamar adalah sebuah perusahaan yang memiliki cabang di JABODETABEK. Tika ditempatkan di Bogor, sedangkan Amel di Depok. Mereka sebenarnya merasa kecewa karena tidak bisa bareng, tapi mereka berjanji untuk selalu komunikasi.

Satu hari itu sudah berlalu. Hari ini Amel mulai bersiap untuk pergi ke tempat kerja. Amel berangkat lebih awal menggunakan motor, karena Amel yakin jalanan pagi hari pasti macet dan jarak rumah ke lokasi kerja sekitar tiga puluh menit perjalanan.

Sepertinya, Amel tiba terlalu pagi, karena terlihat belum banyak orang datang. Amel pun melangkah ke pos satpam untuk bertanya. Setibanya di pos satpam Amel dikejutkan oleh siapa yang ada di dalam pos satpam. Orang itu sedang tertidur sangat pulas.

“Ini orang sebenarnya HRD apa satpam, sih? Kok, di mana-mana ada terus,” gumam Amel sendiri dalam hati dengan expresi bingung sambil menggaruk kepala.

Dari arah belakang ada yang memegang pundak Amel, sambil berkata, “Mbak, ada yang bisa saya bantu?” ternyata itu pak satpam yang baru datang entah dari mana. Tertulis nama “JOKO PRASETYO” di baju yang dia kenakan.

“Oh, maaf, Pak, saya karyawan baru di sini. Apa saya datang terlalu pagi, kelihatannya masih sepi,” tanya Amel ke Pak Joko.

“Iya Mbak, jam operasionalnya jam delapan, ini baru jam tujuh. Memang rumah Mbak jauh?” tanya Pak Joko kembali sambil mempersilakan Amel duduk.

Amel pun menceritakan jika jarak antara rumahnya memang hanya setengah jam, tapi karena ini hari pertama bekerja dan Amel takut jalanan macet, maka Amel berangkat lebih awal. Akhirnya, Amel memutuskan untuk mengobrol dengan Pak Joko sambil menunggu waktu.

Bahkan, tanpa diminta Pak Joko menceritakan Pak Sandi tertidur di pos satpam karena lelah. Dia habis mengantar barang tadi Subuh. Amel yang ingat kalau di dalam masih ada Pak Sandi yang tidur langsung pamit kepada Pak Joko dengan alasan mau merapikan penampilan di kamar mandi.

“Silakan, Mbak, kamar mandi tidak jauh dari sini, Mbak lurus saja nanti belok kanan, di situ kamar mandi, Mbak,” jelas Pak Joko sambil tangannya memberikan petunjuk.

“Terima kasih, Pak, saya permisi,” ucap Amel tersenyum.

Amel buru-buru meninggalkan pos satpam, takut jika Amel masih di sana dan Pak Sandi bangun. Rasa kesal Amel saat kejadian di kereta masih ada, seperti tidak bisa dilupakan.

Di dalam kamar mandi Amel menatap cermin sambil memikirkan sesuatu, sampai tiba-tiba terdengar suara orang yang mengajaknya berbicara.

“Baru lihat, anak baru, ya?” tanya seorang wanita yang saat itu juga sedang berada di depan cermin.

“Iya, Kak, saya baru terus kebetulan tadi kepagian,” jawab Amel sambil tersenyum.

“Aku Eni, karyawan sini juga, ayo masuk sama aku, sekalian aku tunjukkan ruang atasan,” ajak Eni dengan ramah dan mengulurkan tangannya mengajak bersalaman.

Amel pun menjabat tangan Eni dan tersenyum kepadanya, lalu Amel mengikuti Eni di belakangnya. Amel merasa senang karena bisa bertemu Eni dan ada temannya.

“Ini ruangan Pak Zio, atasan kita. Sepertinya Pak Zio belum datang, ayo kita ke ruang karyawan, aku kenalin teman yang lain,” ajak Eni menggandeng tangan Amel.

Ruang karyawan hanya bersebelahan dengan ruang Pak Zio. Setiba di sana, Eni memperkenalkan Amel kepada karyawan yang sudah datang. Amel merasa senang karena semua terlihat ramah dan baik, tidak seperti apa yang Amel pikirkan sebelumnya.

Tiba-tiba dari arah pintu ada seorang yang mengucapkan salam dan meminta mereka semua untuk segera bersiap briefing.

Pak Zio menyuruh Amel memperkenalkan diri dan setelah itu menjelaskan kembali peraturan perusahaan. Setelah briefing selesai secara kebetulan Amel ditempatkan satu bagian dengan Eni. Amel diminta kerjasama dengan Eni dan bertanya kepada Eni jika masih belum ada yang tidak paham.

“Ayo, kita bareng,” ajak Eni

“Iya, Mbak, Ayo,” jawab Amel

“Panggil Eni aja, kayaknya kita seumuran,” jawab Eni sambil menggandeng tangan Amel.

Amel tersenyum, rasa khawatir Amel dengan hari pertamanya hilang. Amel sekarang merasa jika Amel berada di lingkungan yang orang-orang baik dan juga ramah.

Tiba-tiba saat sedang berjalan, Amel seakan menabrak seseorang.

“Maaf, saya tidak sengaja, kamu baik-baik saja?” tanya seorang itu sambil mengulurkan tangannya ingin membantu Amel.

Saat Amel melihat orang tersebut, Amel kaget. “Kamu lagi, enggak bosen apa jalan nabrak terus,” ucap Amel dengan nada kesal.

“Maaf, saya tadi buru-buru,” ungkap Pak Sandi dengan senyum manis.

Ya, orang itu ternyata Pak Sandi. Lagi-lagi Amel ketemu Pak Sandi dengan kejadian yang tidak mengenakan.

“Kenapa sih harus kaya gini tiap ketemu dia. Coba sekali-kali kejadian romantis gitu,” guman Amel dalam hati.

“Mel, kamu baik?” tanya Pak Sandi.

“Baik, Pak, saya tidak apa-apa,” jawab Amel nada datar.

“Ya, udah, saya pergi dulu ya, sekali lagi maaf,” ucap Pak Sandi lalu meninggalkan mereka.

Setelah kepergian Pak Sandi, Eni yang dari tadi memperhatikan Amel, bertanya kepada Amel. Amel menceritakan kejadian di kereta.

“Hati-hati, benci jadi cinta, hehe,” ucap Eni tersenyum menggoda kepada Amel.

“Apa, sih, kaya nggak ada cowok lain aja,” ungkap Amel.

Eni yang mendengar itu tersenyum dan berbisik kepada Amel. “Pokoknya hati-hati, pastikan aku yang jadi orang pertama tahu, ya.”

Amel yang mendengar itu hanya terdiam dan mulai melangkah bekerja kembali. Amel tidak memikirkan apa yang Eni ucapkan, karena menurut Amel memang sih Pak Sandi itu tampan, masih muda, tapi kejadian di kereta masih membuat Amel kesal melihat Pak Sandi.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 36 Mengejutkan

    Semalam Sandi sudah memberikan undangan untuk pihak keluarga Amel. Rencananya hari ini akan membagikan undangan itu ke teman-temannya, tak terlupakan juga ke tempat kerja lamanya. Orang tua Amel juga sudah menyiapkan nama-nama yang akan mereka undang. "Mah, aku hari ini mau keluar, mau sebar undangan ke teman-teman," ucap Amel kepada Mama Dina di meja makan. "Iya, hati-hati ya, ayah tadi sudah mulai bawa undangannya," jawab Bu Dina. Mereka lalu menikmati sarapan dalam diam. Setelah semua selesai, Amel berpamitan, dia mengendarai motornya sendiri. Amel menemui Indra, teman sekolahnya di SMP dan SMA dulu. Dia minta tolong kenapa indra untuk menyebarkan undangan pernikahannya. Sebenarnya bisa saja Amel menyebarkannya sendiri tapi Mama Dina meminta Amel untuk minta tolong ke orang saja. Sementara untuk ke tempat kerja lama Amel yang akan datang sendiri. Sebelumnya, Amel sudah janjian dengan Indra di coffe shop dekat taman kota. Amel datang mencari Indra sepertinya belum keliatan,

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 35 Bahagia

    Semua persiapan pernikahan Amel dan Sandi sudah hampir siap, undangan juga siap dibagikan. Acara akad nikah akan diadakan di masjid dekat rumah Amel dan hanya dihadiri dari keluarga. Untuk resepsi kedua mempelai dan keluarga sudah setuju jika resepsi akan diadakan di gedung kota. Baju pengantinnya sendiri sudah diberikan Om Aryo sebagai kado pernikahan mereka. Om Aryo memberikan yang terbaik untuk mereka. "Terima kasih, Om, aku suka banget sama gaunnya," ucap Amel di saat Om Aryo menyuruh Amel mencobanya. "Iya, Yo, cantik," lirik Sandi yang masih di dengar mereka. "Untuk ponakan om pasti harus yang bagus," jelas Om Aryo."Aku juga kalau nikah mau dong om dibuatkan gaun," sela Mila, karyawan butik. "Emang kamu mau nikah sama siapa, Mil. Jomblo aja mikir nikah," ledek Om Aryo terseyum.Mereka semua tertawa tapi Mila malah cemberut. Melihat itu, Sandi ikut bicara."Nanti aku pinjemin gaun terbaik toko ini buat kamu, tapi kalau kamu mau miliki ada syaratnya," ucap Sandi melirik Amel.

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 34 Kabar bahagia

    Tiga bulan kemudian. Amel terbangun dengan senyum bahagia, melihat cincin yang melingkar dijarinya. Semalam Sandi telah melamarnya dan mereka akan melangsungkan pernikahan bulan depan. Kedekatannya dengan Sandi selama ini bisa membuat Amel membuka hati. Walaupun Sandi ke butik hanya seminggu dua atau tiga kali, tapi itu membuat mereka sering ketemu dan saling nyaman. Dua bulan yang lalu, Sandi menyatakan perasaannya kepada Amel, tanpa di sangka Amel menerimanya. Kala itu, Amel bilang kepada Sandi jika dia serius Amel ingin segera menikah, daripada harus pacaran berlama-lama. Sandi setuju dengan Amel, karena usia Sandi yang juga sudah matang dan Sandi sudah yakin kepada Amel. Dia berjanji akan segera melamarnya, dan tadi malam Sandi menepati janjinya. Dia membawa hampir semua keluarganya datang ke rumah Amel dan melamarnya. Acara berlangsung lancar dan sudah ditetapkan satu bulan lagi mereka akan menikah. Hubungan Amel sendiri dengan orang tua dan adik Sandi baik, mereka sudah saling

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 33 Temu kangen

    Sandi melajukan mobilnya menuju butik. Setelah kejadian saat berpamitan tadi, Sandi dan Amel tidak terlihat bicara, mereka diam saja. "Mel," "Mas," Ucap mereka bersamaan. "Kenapa, Mel, kamu dulu aja," ucap Sandi. "Apa masih jauh, kok nggak sampai-sampai?" Tanya Amel padahal hatinya ingin menanyakan hal lain. "Sebentar lagi, di ruko jalan merpati itu lho ruko kita. Kamu tau kan?" jelas Sandi dan bertanya kepada Amel letak ruko. "Oh, iya, Mas. Mas mau ngomong apa tadi?" "Nggak jadi, Mel," Sandi tersenyum melihat Amel. Keadaan di dalam mobil kembali sunyi, Sandi mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. *** Di tempat lain, persahabat Ipul, Yana, Gilang, dan Supri tidak membaik. Mereka kini terlihat asing satu sama lain. Tapi untuk menyapa Supri mereka masih mau, tidak dengan yang lain. Mereka masih mau berteman dengan Supri karena mereka tidak ada yang tahu perasaan Supri terhadap Amel. Yang mereka tahu Supri berpacaran dengan Eni. Entah apa jadinya jika mereka tahu peras

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 32 Pengakuan

    Aryo berpamitan dulu karena masih ada kepentingan. Amel dan Sandi juga sudah berada di dalam mobil Sandi, mereka akan menuju rumah Aryo. Sebenarnya Sandi juga sudah tahu rumah Aryo hanya saja untuk mengambil barang-barang memang perlu Amel yang masih saudara Aryo. Di dalam mobil mereka hanya diam saja, tidak ada yang mau membuka obrolan lebih dulu. Amel duduk di samping Sandi, Sandi yang meminta itu. Tadinya, Amel mau duduk di belakang tapi Sandi bilang dia seperti supir. Akhirnya Amel mengalah dan pindah ke depan. "Pak, bisa mampir pom bensin dulu. Saya ingin ke toilet," pinta Amel tanpa menoleh ke Sandi. "Boleh, kebetulan di depan ada pom bensin," ucap Sandi lalu menuju pom bensin. Mobil yang Sandi kendari belok ke pom bensin, berhenti di dekat toilet. "Saya ke toilet dulu, Pak," ucap Amel lalu keluar dari mobil. Sandi mengangguk dia juga keluar dari mobil dan menuju mini market. Dia membeli beberapa minuman dingin dan cemilan. Sandi menenteng kantung kresek dan menyimpanny

  • Jalan Menuju Jodohku   Bab 31 Teman Om Arya

    Pagi itu, Amel sedang bersiap-siap, dia merias wajahnya dengan sentuhan bedak tipis. Amel terlihat cantik, dia menggunakan kemeja berwana pink dipadukan dengan hijab berwarna hitam dan menggunakan rok panjang hitam. Amel terlihat begitu anggun, dia tidak seperti biasanya yang menggunakan celana panjang."Cantik sekali putri ayah ini," puji Pak Edi memuji Amel karena dimatanya hari ini terlihat segitu anggun."Emang biasanya Amel nggak cantik, Yah?" kesal Amel. "Hari ini kamu beda, Sayang. Oya, Om Aryo jemput kamu?" "Nggak, Yah, Om Aryo sedikit telat. Amel di suruh datang duluan ke cafe biru,""Kamu janjian di cafe biru? Bareng ayah saja kita searah," pinta Pak Edi tersenyum."Sarapan sudah siap, lagi ngobrolin apa sih tumben aku," ucap Bu Dina yang baru datang dari dapur membawa beberapa hidangan. "Aku bantu siapin, Mah, Mama duduk aja," Amel melangkah ke dapur mengambil beberapa makanan yang sudah siap. Setelah semua siap, mereka menikmati sarapan pagi itu dengan tenang. Hanya su

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status