Share

Pendekar Rantai Besi yang Ternama

Beberapa saat sebelum Abimana menyusul. Seorang penunggang kuda yang mengenakan pakaian serba hitam itu melempar sebuah rantai yang di ujung rantai tersebut terdapat sebilah pisau berukuran sedang. 

Pria itu melemparkan senjatanya ke arah roda kereta yang ia kejar sehingga kereta itu pun terbalik ketika pria tersebut menarik rantai tersebut yang sengaja ia sangkutkan.

 "Kenapa kau membuat pekerjaanku sulit? Andai kau tidak kabur mungkin kematianmu akan aku buat lebih mudah," ucap pria tersebut menyeringai sambil memutar-mutar senjata rantainya. 

 Pria lain yang terluka parah karena kereta yang ia kendarai jatuh terbalik di tanah tidak menjawab apapun. Dengan wajah penuh darah karena terseret tanah ia hanya mengatur nafasnya yang sangat menggebu. Sepintas ia sudah berpikir sepertinya memang pagi ini hidupnya akan berakhir. 

 "Hey! Berhenti kau!" jerit Abimana tiba-tiba. Pria berpakaian serba hitam itu langsung berhenti melangkah ke arah targetnya dan menoleh ke belakang. 

 "Cih, berapa orang pengawal yang sebenarnya kau sewa?"

 "Tapi biarlah. Sebanyak apapun kau menyewa pengawal, mereka tidak akan berguna di hadapanku. Pendekar Rantai Besi yang ternama," lanjut pria serba hitam. 

 Abimana tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi pikirannya cukup mudah untuk menangkap bahwa ada yang sedang tidak beres di depannya sekarang. Tidak tahu siapa yang benar atau yang salah. Tetapi sebagai seorang pendekar, sudah menjadi kewajibannya untuk membela yang lemah. 

 "Kenapa kau membuat pria itu sampai seperti itu! Siapa kau berani tidak sopan di desa orang!" jerit Abimana. 

 Di mata Abimana, sudah jelas pria serba hitam itu yang terlihat mencurigakan. Ia memakai pakaian serba hitam hingga menutupi seluruh wajahnya kecuali mata dengan kain hitam juga. Hanya seseorang yang punya niat buruk yang biasanya menggunakan pakaian seperti itu. 

 Mendengar ucapan Abimana barusan, pria serba hitam yang menyebut dirinya Pendekar Rantai Besi itu baru paham. Ternyata pria yang ada di depannya bukan pengawal orang yang ia kejar. Melainkan hanya pahlawan kesiangan yang kebetulan lewat. 

 "Berani sekali kau tidak mengetahui siapa diriku!" Pendekar Rantai Besi melemparkan rantainya. Ia berniat menyerang Abimana hanya dengan sekali serangan, karena jika ia berlama-lama tidak menutup kemungkinan warga desa yang lain akan melewati jalan itu sehingga membuat misinya berantakan. 

 "Heeh. Kau pikir aku akan kalah dengan senjata murahan seperti itu?" Abimana mengelaki dengan mudah serangan pisau yang terdapat di ujung rantai. 

 "Beraninya kau!" Rantai Besi menarik rantainya dan mengeluarkan serangan kedua. Tapi lagi-lagi Abimana berhasil menghindar, ia bahkan tertawa meremehkan kemampuan Rantai Besi. 

 Pria yang tidak berdaya yang menjadi target Rantai Besi melihat kemampuan Abimana dengan sambil menyandarkan dirinya di kereta yang hancur. Sepertinya ia belum akan mati hari ini. 

 Rantai Besi yang geram memutar-mutar senjatanya di atas kepalanya. Kali ini ia yakin pasti akan mengenai lawannya. Senjata yang ia gunakan sudah dialiri tenaga kanuragan miliknya. Sehingga senjata itu akan menancap di tubuh yang ia inginkan walau selincah apapun musuhnya.  

"Mati kau!" Jleb! Benar saja senjata Rantai Besi menancap di dada Abimana. Abimana pun tampak menjerit kesakitan. Rantai Besi kemudian menarik paksa senjatanya yang tertancap. Zeet!

 "Waaaaaurgh!" jerit Abimana yang tubuhnya mengucurkan darah segar. 

 "Haha, tamat sudah riwayatmu," ucap Rantai Besi. 

 Tapi baru saja Rantai Besi merasa dirinya sudah menang. Ternyata orang yang ia serang barusan bukanlah tubuh sesungguhnya Abimana. Melainkan itu adalah hanya bayangan belaka yang diciptakan Abimana karena mengeluarkan jurus bayangan. Bayangan Abimana yang sudah tertusuk itu pun perlahan memudar dan menghilang seperti angin. 

 "Sial! Hanya bayangan!" Rantai Besi tampak geram karena ia sadar sedang dikelabui, sekarang ia juga tampak bingung mencari keberadaan Abimana sebenarnya. 

 Buag! Tiba-tiba Abimana sudah di belakang Rantai Besi dengan memberi sepakan keras sehingga Rantai Besi pun tersungkur di tanah. 

 "Hebat," gumam pria yang di dekat kereta. Jurus bayangan yang digunakan Abimana bukannya membuat Abimana menjadi lebih dari satu orang.

Tetapi jurus itu sebenarnya hanya menipu mata Rantai Besi seolah-olah ia melihat Abimana berdiri di depannya lalu dengan cepat menyerang. Padahal Abimana yang asli, bergerak santai ke belakang Rantai Besi. Pria itu menyaksikan semuanya, matanya bisa menangkap keberadaan Abimana yang asli karena bukan dia yang terkena jurus tersebut. 

 "Sialan! Tidak akan aku biarkan kau mengalahkan aku dengan trik murahan seperti itu!" umpat Rantai Besi yang sudah bangkit. 

 "Bukankah aku sudah bilang, yang murahan itu senjatamu. Sekarang giliran aku yang menyerang!"

 Abimana kemudian mengeluarkan jurus bayangannya lagi. Kini ia membuat seolah dirinya mempunyai kembaran lima orang yang mengelilingi Rantai Besi. Rantai Besi mulai tampak panik, ia benar-benar tidak tahu yang mana tubuh lawannya yang asli. 

Bag bug bag bug! Beberapa saat kemudian Rantai Besi di hajar tanpa ampun oleh Abimana dan lima bayangannya, yang sebenarnya hanya Abimana sendiri yang menghajar bandit tersebut. Ia bergerak sangat cepat seolah ada enam orang yang memukuli musuhnya. Rantai Besi pun tergeletak di tanah dengan tubuh babak belur. 

 "Pendekar Rantai Besi apanya. Kau hanya pendekar babak belur haha," ejek Abimana sambil mengikat Rantai Besi di pohon agar tidak bisa kabur. 

 Kemudian Abimana segera mendekati seseorang yang ia tolong dan membantunya menepi dari kereta miliknya yang hancur. 

 "Si..siapa kau?" tanya pria terluka itu. 

 Mendengar pertanyaan itu Abimana lantas sangat sumringah. "Aku adalah Abimana Yasa, pendekar dari Desa Asoka yang akan menjadi Raja!" ucapnya dengan semangat. Kalimat yang selalu ia lontarkan ketika ada yang bertanya siapa dirinya. 

Pria yang ia tolong langsung tampak bingung dengan semangat dan ucapan orang di depannya. Tapi baru saja ia hendak bertanya lebih, beberapa orang datang yang ternyata adalah para pengawalnya.

"Tuan Muda! Tuan muda? Kau tidak apa?"

"Tuan Muda apakah pria ini yang menolongmu?"

"Tuan Muda maafkan kami karena terlalu lemah!"

Tiga pengawal pria terluka tersebut yang baru saja tiba sahut bersahutan menanyai keadaannya. Abimana berusaha mencerna keadaan, mendengar para pengawalnya memanggilnya Tuan Muda dan setelah ia perhatikan pria yang ia tolong berpakaian sangat mewah. Tidak salah lagi, pria yang ia tolong adalah anak dari seorang saudagar kaya. 

"Pendekar, katakan berapapun yang kau minta. Kami akan memberikanmu emas yang banyak karena telah menyelamatkan Tuan Muda," ucap salah seorang pengawal berbicara kepada Abimana. 

"Haha! Betapa tercorengnya namaku, jika aku menolong kalian tapi mengambil imbalan. Bukankah menolong yang lemah adalah tugas pendekar?"

Ketiga pengawal itu langsung terpana dengan ucapan Abimana. 

"Sudahlah. Rawat saja pria ini, aku harus ke balai desa untuk mengambil misi. Cukup kalian ingat saja wajahku, karena aku akan menjadi Raja suatu hari nanti."

"Dah! Sampai jumpa!" Abimana langsung berlari sambil melambai ke arah orang-orang yang ia tolong dengan penuh semangat dan senyum lebar. 

Sementara ketiga pengawal itu tampak terdiam seperti orang bodoh. "Ra..raja katanya? Apa kita baru saja ditolong oleh orang gila?" gumam salah satu pengawal.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status