Sekar berusaha mencerna apa yang terjadi sekarang. Ada apa dengan pendekar yang ada di hadapan mereka sekarang. Ia mengatakan tidak membutuhkan gulungan, sepertinya dia hanya ingin bermain-main dengan mereka.
"Apa ini karena Abimana yang memancing ketika saat di ruangan ujian pendekar tahap pertama? Sepertinya bukan itu juga," pikir Sekar.
"Jawab pertanyaanku! Siapa kau sebenarnya! Kenapa kau bisa mengetahui namaku! Apa kau yang telah membantai keluarga Mahasura di masa lalu!" jerit Giri tiba-tiba. Saat ini dirinya sangat tidak tenang. Hanya satu benang merah yang ada di kepalanya jika ia mendapatkan musuh tiba-tiba yang kekuatannya sangat besar dan mengetahui nama dirinya.
"Hahahaha! Miris sekali! Kau tidak tahu siapa pembunuh seluruh Mahasura yang terdapat di Asoka? Padahal kau sendiri Mahasura?"
"Jadi benar kau?" Giri sontak berdiri dengan tatapan tajam melupakan perbedaan kekuatan mereka yang cukup besar. Sudah lama ia mencari-cari pem
Tyas bersama dua pasukan gagak hitam baru saja tiba di Hutan Terlarang. Segera mereka menyusuri hutan untuk menangkap Birawa yang mereka pikir masih ada disana. Birawa, bukan pendekar sembarang. Ia adalah salah satu murid Batara, Kepala Desa Asoka. Birawa bukan pendekar tingkat tinggi, tetapi pendekar lain menyebutnya sebagai pendekar tingkat legenda. Pendekar yang memiliki kekuatan di atas pendekar tingkat tinggi. Selain karena kekuatan, Birawa mendapatkan julukan itu bukan tanpa sebab. Birawa termasuk salah satu pahlawan dari perang besar lima kerajaan terakhir. Sehingga itulah mengapa ia disebut sebagai pendekar legenda. "Birawa, pasti sedang mengincar salah satu pendekar yang sedang mengikuti ujian pendekar kali ini!" celetuk Tyas sambil terus menyusuri hutan. "Mengapa? Apa bagusnya pendekar tingkat pemula seperti mereka?" balas salah satu pendekar gagak hitam. "Ketika Birawa sudah mencari pendekar lain, itu b
"Hehehe. Habislah kau sekarang," ujar Jaku dengan cekikikan saat merasa sudah membongkar semua perangkap Sekar. Perangkap petasan hingga perangkap jaring semuanya telah berserakan di sekitar gua. Semuanya telah hancur karena Jaku."Jangan mendekat!" jerit Sekar.Jaku tidak peduli, ia terus berjalan ke arah Sekar dengan mengendalikan angin di tangannya. Sekar sangat merinding dengan pisau di tangannya. Saat sudah merasa cukup dekat, segera Jaku hendak menembakkan anginnya kepada Sekar.Tapi sebelum Jaku menembak, Sekar memotong sebuah tali yang terdapat di gua. Dar! Dar!Sekar menyeringai, tali tersebut adalah perangkap Sekar terakhir. Ia meletakkan beberapa petasan di atas gua tersebut. Akibatnya beberapa batu besar pun menggelinding hendak jatuh ke bawah."Sial!" Jaku langsung lari ke belakang tidak ingin dirinya tertindih batu-batu besar tersebut."Itulah akibat dari keras kepalamu Jaku," ujar Darya.&nbs
"Sekar, jangan khawatirkan aku. Aku akan melindungimu hingga sampai tetes darah terakhir," ucap Laksmana lagi mantab sambil menoleh sedikit kepada Sekar yang ada di belakangnya.Darya melihat Jaku, ini sudah ke sekian kalinya ia terhempas. Pasti ia sudah sangat lelah. Yuwana pun tidak akan banyak membantunya ia tahu betul kemampuannya yang di bawah Jaku. Darya pun berniat menyelesaikan pertarungan itu sendiri.Darya menaikkan kembali lengan pakaiannya yang sebelumnya sempat jatuh. "Matilah kau!" Darya menyerang kembali.Laksmana yang kakinya sempat diremukkan oleh Darya tidak secepat sebelumnya. Tapi ia tetap lebih cepat dari pada pendekar umumnya.Sebelumnya Darya dapat membaca serangan Laksmana karena ia mempunyai ajian diri yang istimewa. Darya dapat mendengar suara yang tidak bisa didengar oleh manusia. Suara ini biasanya hanya dapat di dengar oleh hewan tertentu seperti kalelawar.Dengan kemampuan Darya tersebut,
"Hey-hey hentikan. Tenangkan diri kalian," ujar Sadana kemudian. Sadana pun kemudian menjelaskan situasi sebenarnya kepada Giri dan pendekar berkepang itu. "Bukankah kita membela Kerajaan yang sama? Tidak baik jika kita bertarung disini," ucap Sadana berusaha mencairkan suasana. "Yodha... hentikan. Benar yang dikatakannya. Tadi Regu mereka diserang jadi aku datang membantu," ucap Laksmana sedikit sadar ketika dibopong oleh temannya yang mempunyai tongkat. "Cih. Laksmana, kau sudah aku katakan jangan ikut campur urusan yang tidak penting," balas Yodha kesal. "Bukankah tugas pendekar membela yang lemah," kelit Laksmana tidak mau kalah. "Hey-hey ada apa disini? Kenapa ramai orang? Apa kalian sedang mengadakan makan-makan? Kenapa kalian tidak membangunkan aku huhu!" "Abimana, anak bodoh ini akhirnya bangun juga," keluh Sadana. "Baiklah, kami akan menarik diri dari sini. Ujian pendek
Kaloka sontak langsung menutup mulut Arka yang sejak tadi ia gendong. Sakta pun memberi isyarat jangan berisik dengan jari di bibirnya. Kaloka dan Lika pun sontak saling mengangguk tidak bergerak."Tidak ada siapapun disana," ujar Ranti."Benar, ayo kita segera Tugu Batu," tambah Kamayan.Ranti dan Kamayan sebenarnya juga menyadari ada tiga orang yang sedang bersembunyi di pepohonan tersebut. Tapi mereka ingin mencegah Darsana untuk membunuh orang lagi, mereka sangat tidak bisa mengatasi jika sesuatu yang di dalam diri Darsana keluar."Jangan bodoh, jelas aku merasakan ada tiga orang bersembunyi disana," ucap Darsana dingin.Deg. Darsana tidak bisa didustai, ia bukan pendekar kemarin sore yang tidak bisa merasakan kanuragan milik orang lain.Ranti dan Kamayan pun pasrah, mereka pun kali ini tidak bisa mencegah Darsana. Jika mereka bersikeras, Darsana tidak akan peduli ia akan membunuh mereka berdua walaupun kedu
Regu 1 bersama Fusena segera bergegas menuju daerah tengah hutan. Ternyata rencana Fusena cukup sederhana, yaitu hanya sebatas pergi ke tengah hutan. Karena menurut pengalamannya yang telah berulang kali mengikuti ujian pendekar, di saat hari terakhir seperti ini akan banyak regu disana yang akan saling menunggu dan bertarung.Jadi Fusena berniat membantu Regu 1 agar kesempatan menang dalam pertarungan tengah hutan tersebut semakin besar. Hal itu juga menguntungkan Fusena sendiri, sehingga dirinya bisa pergi ke Tugu Batu dengan selamat. Karena jika ia sendiri ke tengah hutan tentu itu sangat berbahaya."Baiklah! Ayo kita rebut gulungan milik mereka!" ucap Abimana semangat yang berlari paling depan.Suatu ketika mereka berempat beristirahat sejenak di sebuah bongkahan kayu untuk menegak sedikit air demi mengisi tenaga."Tugu Batu sudah terlihat," tunjuk Fusena. Benar saja yang disebut Tugu Batu itu sangat mudah dikenali. Karena batu
Di Tugu Batu, tidak jauh dari tugu tersebut terdapat bangunan satu lantai yang cukup luas. Bangunan tersebut adalah satu-satunya bangunan yang terdapat di Hutan Terlarang. Bangunan itu sebelumnya berfungsi sebagai tempat peristirahatan untuk para pendekar yang sedang melakukan latihan di hutan tersebut.Tapi kali ini, tempat itu menjadi tempat berkumpulnya para pendekar yang sedang melaksanakan ujian pendekar tahap dua. Tentunya yang sudah berhasil membawa dua gulungan, hitam dan putih.Semua regu yang sudah dinyatakan lolos tahap dua ujian pendekar ada disana. Beberapa regu tampak mengasingkan diri memencar diri dari regu lainnya. Hanya para pendekar Kerajaan Geni yang berkumpul dan bercengkrama satu sama lain."Haha Abimana, aku pikir kau tidak akan lolos pada tahap dua ini," sindir Kaloka."Hey Kaloka, apa kau lupa apa yang sering aku katakan? Aku ini calon Raja. Tentu saja tidak akan begitu saja gugur pada ujian rendahan sepert
Batara duduk di kursinya, di dekatnya banyak sekali pendekar tingkat tinggi yang berasal dari kerajaan Geni. Baik dari desanya maupun desa lain. Dan terdapat pula dua pendekar tingkat tinggi yang diluar kerajaan Geni.Seorang bernama Biki, ia adalah guru pembimbing tiga pendekar bersaudara Wedhi. Dan satu yang lain tidak diketahui namanya, beliau adalah guru pembimbing dari pendekar asal Desa Swara.Batara tampak senang dari kursinya, karena dalam ujian pendekar kali ini Kerajaan Geni tampak unggul. Tiga regu berasal dari Desa Asoka dan dua regu berasal dari Desa Alamanda.Dari lima kerajaan besar, hanya pendekar Wedhi yang berhasil sampai ke tahap tiga. Sungguh memalukan bagi tiga kerajaan besar lainnya. Banyu, Kilat, Hawa. Pasti mereka gugur pada tahap dua yang memang terkenal paling menyeramkan.Malah Desa Swara yang berhasil maju sampai ke tahap tiga, sebuah tempat yang sangat jauh dari kekuasaan lima