Share

4. Dipertemukan kembali

Grace kembali menjalani aktivitasnya seperti biasa, mencoba berdamai dengan keadaan, kini sedikit demi sedikit ia bisa melupakan Gustav dan menerima kehidupan barunya sebagai single parent. Ia tersenyum menatap pantulan cermin yang memperlihatkan perutnya yang semakin membesar dan kurang lebih satu bulan lagi ia akan bertemu makhluk kecil yang kini masih betah berada di kandungannya. Ia tak sabar dengan waktu itu yang sebentar lagi tiba.

"Terima kasih ya nak, kamu sudah mau bertahan demi mommy," ucapnya tersenyum sembari mengelus perutnya yang sudah membesar.

Hari-hari yang ia lalui sangat jauh dari kata bahagia. Ia harus banting tulang untuk mencari uang, mengingat biaya persalinan tidaklah murah. Jadi ia harus bekerja keras dengan cara bekerja di toko laundry, setelah itu menjadi buruh cuci piring di sebuah restoran. Hidupnya begitu miris, namun ia tetap semangat menjalaninya. Demi sang buah hati yang sebentar lagi akan hadir di dunia. 

Saat ini Grace telah menyelesaikan pekerjaannya yang di toko laundry. Dan kini ia segera bergegas menuju restoran tempatnya bekerja sebagai buruh cuci piring. Tetapi sialnya sesampainya di restoran itu ia kembali dibuat meradang oleh pasangan yang selama ini telah membuatnya patah.

Hati Grace bergemuruh memaki Clara dan Gustav dalam hati. Ia benar-benar tidak tahu lagi dengan sepasang kekasih itu. Entah masih sebagai kekasih atau justru sudah menjadi suami istri. Yang penting ia sudah tak peduli.

"Hey.. Ternyata kau sekarang tinggal di Bern?" Grace sudah berusaha menghindari pasangan itu namun tiba-tiba suara Clara menghentikan langkahnya, mau tak mau ia harus berbalik dan menatap kedua sejoli itu.

"Iya, ada masalah?" Tatapan Grace seolah mual melihat tingkah Clara yang bergelayut manja di tangan Gustav yang sedari tadi hanya diam dan seperti berusaha menghindari tatapan Grace.

"Tidak, oh ya berhubung kita bertemu di sini, aku beritahu sekalian jika kami telah menikah," katanya dengan tersenyum seolah bangga dengan apa yang kini telah diraihnya. Tanpa memikirkan perasaan Grace yang bersusah-payah untuk melupakan kejadian waktu lalu.

"Oh ya? Selamat," ucapnya sembari pura-pura menunjukkan senyuman ramahnya. Meski tidak dipungkiri jika hatinya pedih mendengar hal itu. Lalu ia melirik ke arah Gustav yang sedari tadi hanya diam dan membuang pandang. 

"Selamat, Gustav." Grace menekan intonasinya agar Gustav terpancing dan menatapnya. Ia ingin melihat seberapa kuat mentalnya pria itu menatap netranya, namun tetap saja Gustav tak bergeming dari pandangannya. Seolah tidak ingin beradu pandang dengan mantan istrinya yang telah ia renggut kebahagiaannya. Gustav hanya mengangguk tanpa menatap Grace.

"Sudahlah, kau sedang apa di restoran ini? Apa kau ingin makan di sini juga?" tanya Clara dengan raut sombongnya.

"Aku bekerja, jika kalian tidak mengatakan hal yang lebih penting, maka permisi. Aku sudah telat!" Grace dengan ketusnya kemudian berlalu pergi meninggalkan dua sejoli yang tidak penting untuknya.

Seketika itu Gustav menatap punggung Grace yang sudah berlalu pergi, ia tak menyangka jika mantan istrinya ternyata semenderita itu. Sudah sangat sore tapi Grace harus bekerja dengan perut yang membuncit, ia tak bisa membayangkan betapa lelahnya Grace mencari uang, sementara ia selama ini hanya tahu tentang menghabiskan uang. Ia benar-benar menyesali perbuatan bejat itu, hingga kini ia sendiri sama sekali tidak sebahagia saat bersama Grace. Clara hanya tahu caranya foya-foya dan merawat diri tanpa tahu bagaimana mengurus suami. 

"Ternyata Grace sangat menyedihkan. Kasihan ya, sampai sore begini dia harus bekerja,” ucap Clara yang seolah ikut prihatin akan kondisi mantan sahabatnya itu, meski ia sendiri sebenarnya tidak peduli.

Gustav hanya diam tak merespon, rasanya ingin sekali merutuki istrinya yang tidak tahu diri. Gara-gara Clara, rumah tangga yang selama ini ia bangun dengan cinta kini hancur sudah. Dan kini dengan seenaknya Clara mengatakan kasihan kepada Grace, rasanya benar-benar membuat otak Gustav mendidih.

Gustav melenggang meninggalkan Clara, ia sudah tak berselera lagi untuk makan di restoran itu. Seolah ia sudah tidak memiliki muka lagi di hadapan Grace jadi ia memutuskan untuk tidak jadi makan di restoran itu dan memilih pergi. Clara berlari mengikutinya dengan perasaan kesal.

"Gustav, tunggu!" teriak Clara yang kesal akibat sikap Gustav yang mendadak dingin dan justru meninggalkannya.

Gustav terpaksa menghentikan langkahnya karena malu di lihat banyak orang yang berlalu-lalang. Ia menunggu Clara dengan rasa kesal.

"Kenapa kau pergi begitu saja? Kenapa tidak jadi makan? Apa karena bertemu Grace tadi?" tanya Clara dengan napas terengah-engah akibat berlari mengejar Gustav.

Gustav hanya diam dan kembali berjalan menuju mobilnya. Rautnya dingin lalu masuk begitu saja ke dalam mobil tanpa membukakan pintu untuk sang istri. Hal itu membuat Clara kesal, karena setahunya selama menikah dengan Grace, Gustav begitu sangat perhatian dan selalu memperlakukan Grace bak seorang ratu. Tetapi ketika menikah dengan dirinya, Gustav sama sekali tidak pernah memperlakukannya dengan baik. Clara berdecak kesal dengan perlakuan dan sikap Gustav yang berbanding terbalik dengan perlakuan yang dilakukan ke Grace.

"Kau belum menjawab pertanyaanku. Kenapa tidak jadi makan di restoran itu? Apa karena bertemu Grace?" tanya Clara kembali ketika sudah duduk di dalam mobil.

"Menurutmu? Apa kau sudah tak memiliki muka lagi di depan Grace? Bisa-bisanya kau mengatakan dengan sangat percaya diri jika kita sudah menikah!" Kini emosi Gustav tak bisa lagi tertahankan. Ia benar-benar marah dengan Clara yang tidak memiliki hati.

"Apa kau malu menikah denganku?" Lagi, hal itu semakin membuat Gustav naik pitam.

"Apa kau belum puas menyakiti Grace! Dengan kau bicara seperti itu, sama saja kau menghancurkan hati Grace!" bentak Gustav yang semakin meradang.

"Grace terus Grace terus! Kapan kau tidak memikirkan Grace! Apa kau tidak sadar jika perlakuanmu padaku selalu membuat hatiku sakit! Kau selalu saja membela Grace, apa kau sama sekali tidak memikirkanku!" 

"Cukup! Harusnya kau ubah cara pandangmu! Aku capek berdebat denganmu!" ucapnya yang kemudian turun dari mobil dan berlari menghampiri taksi tanpa memedulikan Clara yang meneriakinya.

"Gustav, tunggu!" teriaknya namun Gustav tetap pergi dan tak menghiraukannya.

"Sial!" Kini Clara semakin tersulut emosi. Lalu ia pindah duduk di kursi kemudi. Ia segera menghidupkan mobilnya lalu menekan pedal gasnya.

"Sudah aku singkirkan saja, kau masih saja mengganggu hidupku, awas kau Grace. Aku pastikan hidupmu tidak akan pernah tenang!" ucapnya dengan emosi yang meluap. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh. Tak peduli dengan keselamatannya, ia hanya meluapkan emosinya.

Sementara Grace tetap menjalankan pekerjaannya seprofesional mungkin, ia tak mau mengingat kedatangan Gustav dan Clara tadi yang membuatnya tak fokus bekerja. Ketika ia sedang membersihkan piring-piring kotor tiba-tiba Gustav datang mengagetkannya.

"Mau apa lagi?" tanyanya sembari menata piring yang sudah ia cuci.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status