Share

6

Penulis: Ipak Munthe
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-14 00:36:19

Bima menatapnya dengan dahi mengerut, lalu berjalan melewatinya. 

Bima menaruh kemeja dan jasnya ke keranjang pakaian kotor di sudut ruangan.

Sofia menelan ludah salah tingkah. ‘Ya ampun! Sofia, kamu mikir apa sih?!’ makinya pada dirinya sendiri. 

"Lalu… apakah kita akan tidur satu ranjang?" tanya Sofia lagi, berusaha terlihat biasa saja, padahal wajahnya mulai terasa panas.

Bima kembali menatapnya. "Kau tidur di ranjang. Aku di sofa," jawabnya singkat.

Sofia menghembuskan napas lega. "Syukurlah… Walaupun aku janda, aku masih punya harga diri!" gerutunya setengah berbisik.

Tok tok tok!

Keduanya langsung menoleh ke arah pintu.

"Biar aku yang buka," kata Sofia sambil berjalan menuju pintu.

Begitu dibuka, tampak Bik Iyem berdiri sambil membawa nampan berisi dua gelas jamu.

"Nyonya, ini jamunya," katanya sopan.

Sofia menatap gelas-gelas itu dengan tegang, lalu memberanikan diri mengambilnya.

"Kenapa dua?" tanyanya bingung.

"Satu untuk Tuan Bima."

Sebelum Sofia sempat merespons, sosok Oma muncul tiba-tiba dari balik lorong.

"Iya, satu untuk Bima. Biar makin perkasa," ujarnya sambil terkekeh geli.

Sofia membeku, syok mendengar ucapannya.

"Mana Bima?" tanya Oma sambil mengintip ke dalam kamar.

Bima pun muncul di belakang Sofia, tubuhnya menjulang tinggi di belakang "istri" pura-puranya itu.

"Bima, minum ini. Pokoknya kamu harus kejar target! Usiamu nggak muda lagi!" seru Oma penuh semangat.

Target?

Sofia hampir tertawa mendengarnya. Memangnya mereka sedang apa? Mengerjakan proyek?

"Aku akan meminumnya nanti," jawab Bima, malas menanggapi.

"Tidak, tidak! Oma tahu kamu paling susah disuruh minum jamu. Minum sekarang, di depan Oma!"

Oma lalu memberikan gelas masing-masing ke Sofia dan Bima. Mau tidak mau, keduanya pun meneguk ramuan itu, karena berdebat dengan Oma hanya akan berakhir sia-sia.

"Bagus," komentar Oma puas saat gelas-gelas itu sudah kosong.

Sofia hampir muntah karena rasanya yang aneh. Sementara Bima tanpa komentar langsung masuk ke kamar mandi.

Oma kemudian mendekat ke Sofia, lalu berbisik penuh makna.

"Kamu kan sudah berpengalaman. Jadi kamu lebih senior dari Bima. Oma percaya padamu."

Glek!

Sofia menelan ludah. Ucapan Oma membuatnya ingin menghilang.

Tapi belum selesai.

"Satu lagi. Pakai ini."

Oma menyerahkan sepotong lingerie berwarna merah marun ke tangannya. Tangan Sofia langsung gemetar, nyaris menjatuhkannya.

"Segera berikan cicit untuk Oma," tambah Oma sambil tersenyum lebar.

Sofia menyeka wajahnya yang mulai basah oleh keringat dingin.

"Mau tahu cara bikin anak laki-laki atau perempuan?" tanya Oma lagi dengan wajah serius.

Sofia membelalak, buru-buru menggeleng. "Oma… Sofia masuk dulu, ya."

"Iya, iya. Pengantin baru pasti udah nggak sabar ya," goda Oma dengan gaya centil.

Sofia tersenyum kecut lalu cepat-cepat menutup pintu. Ia bersandar di balik daun pintu dan perlahan merosot ke lantai.

Bima baru keluar dari kamar mandi saat itu.

Sofia menatapnya dengan lelah.

"Kamu tahu? Aku hampir mati berdiri!" serunya sambil melempar lingerie itu ke arah Bima dengan kesal.

Bima menangkapnya, lalu melemparnya dengan asal.

Ia duduk di sofa tanpa berkata apa-apa.

Sofia menatap pintu dengan wajah frustrasi.

Ingin rasanya kabur dari rumah ini. Tapi tidak mungkin….

Suara perut Sofia tiba-tiba terdengar seperti orkestra sumbang yang merengek minta makan. 

Sejak pagi tadi dia belum menyentuh makanan sama sekali, dan sekarang hari sudah gelap gulita.

Lebih parahnya lagi, dia masih mengenakan kebaya dari pagi, bukan karena cinta tradisi, tapi karena memang tidak punya pakaian ganti.

Dia melirik ke arah Bima yang duduk santai di sofa, satu tangan sibuk scrolling ponsel, tangan satunya lagi elegan menyesap rokok seperti pemeran utama film noir.

“Hey,” Sofia membuka suara, suaranya setengah kesal, setengah putus asa. “Aku gerah pakai kebaya ini.”

Bima menoleh sebentar, lalu kembali fokus ke ponselnya.

“Aku pinjam pakaianmu ya. Besok aku balik ke kosan buat ambil bajuku,” kata Sofia sambil melipat tangannya di dada.

“Hm,” sahut Bima tanpa menoleh.

“Hm?” Sofia menirukan suara Bima, lengkap dengan mata berputar seperti roda sepeda. “Apa maksudnya itu? Itu tuh bukan jawaban! Boleh atau nggak sih?!”

Bima tetap diam. Ponselnya lebih menarik daripada drama live-action di depannya.

“Pantesan kamu nggak laku-laku sampai umur segini,” cibir Sofia sambil menatapnya sinis. “Wanita mana yang tahan sama cowok kayak kamu? Aku aja, kalau bukan karena lagi butuh, udah kabur dari tadi!”

Komentar itu hanya dibalas lirikan sekilas. Seperti biasa, Bima punya bakat alam jadi patung lilin.

Sofia mendengus. “Oke. Aku anggap kamu ngijinin.”

Dia langsung lompat turun dari ranjang dan melangkah ke arah lemari. Deretan pakaian Bima tergantung rapi. Dia mengangkat alis, sedikit terkesan.

“Huh. Kukira lemari kamu bakal penuh semut dan kenangan mantan,” gumamnya.

Ketika itu Bima meliriknya sekilas tanpa disadari oleh Sofia.

Sofia memilih pakaian yang sekiranya terlihat bersih dan nyaman, lalu membawanya ke kamar mandi.

Beberapa menit kemudian, wanita itu keluar mengenakan kaos oblong yang ternyata pas di tubuhnya dan celana boxer yang... ya, agak kebesaran. Tapi dibanding kebaya yang mencekik jiwa dan raga, ini jauh lebih nyaman.

Dia menarik napas lega, lalu melirik ke arah Bima sambil berkata, “Biar gembel begini, setidaknya aku bisa napas.”

Bima masih diam. Tak terusik oleh Sofia yang terus mengoceh tanpa henti.

"Eh, ini bukannya kaos perempuan?"

Sofia mulai memperhatikan kaos yang menempel di tubuhnya. Alisnya mengernyit.

Sambil menarik-narik kerah dan memeriksa bagian bawahnya yang ada renda tipis.

Tatapannya beralih ke Bima, yang kini berhenti scroll ponsel dan memandang ke arahnya. 

Untuk sesaat, Bima tampak mematung, seperti habis melihat sesuatu yang tak seharusnya.

Sofia merasa ada yang aneh dari tatapan itu.

Tatapan kosong... tapi dalam... tapi juga seperti... bingung.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   9

    Sebuah gala dinner amal di hotel mewah. Ruangan dipenuhi tokoh penting, media, dan pemilik perusahaan ternama. Aldi hadir sebagai tamu undangan dari perusahaan yang dulu pernah dimiliki oleh Sofia. Ia tertawa kecil sambil menyesap minuman, berbicara santai dengan rekan bisnis. "Acara seperti ini cuma formalitas," gumamnya. "Yang penting media lihat siapa yang pegang kendali sekarang." Tiba-tiba, suasana berubah. Sorotan kamera bergerak, lampu blitz menyala. Aldi menoleh, dan wajahnya langsung mengeras. MC: "Dan inilah tamu kehormatan kita malam ini, pengacara senior Bima Kusuma Wijaya dan istrinya…" Sofia melangkah masuk, mengenakan gaun hitam sederhana yang justru menonjolkan elegansinya. Di sampingnya, Bima berdiri tegap dengan jas gelap, tampak seperti pasangan ideal — terlalu ideal untuk Aldi. Aldi membeku. "Sofia…" gumamnya. Ia melangkah mendekat, nyaris tak percaya melihat wanita yang dulu ia rendahkan kini berdiri anggun, seolah dunia berputar terlalu cepat.

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   8

    Wah, gadis ini benar-benar ingin cari masalah ternyata!Sofia menghela napas dalam hati. Ia tak tahu siapa wanita ini sebenarnya, tapi dari gaya bicara dan ekspresinya, dia sudah cukup yakin:Tingkat menyebalkannya 9,5/10.Namun, alih-alih membalas dengan emosi, Sofia hanya diam sambil membaca situasi.‘Sabar, Sofia. Jangan bikin adegan. Nanti dikira sinetron beneran,’ batinnya.Tapi dalam hati, dia sudah siap dengan satu dua kalimat sarkas yang bisa dia keluarkan kapan saja kalau situasinya memanas.“Aku curiga… jangan-jangan kamu dijebak sama dia!” tuduh Lusi sambil menunjuk Sofia seolah-olah sedang menuding tersangka pencurian.Sofia mendesah panjang. Sumpah, leher perempuan ini kayaknya cocok buat dicekik pelan-pelan pake ikat pinggang.“Hey!” Lusi mendekat lebih agresif. “Kamu pasti jebak Mas Bima, kan?! Makanya dia sampai nikah sama gembel nggak jelas kayak kamu! Asal-usul nggak ada, gaya juga pas-pasan!”Sofia berdiri tegak. Mukanya tenang, tapi tangan sudah mulai gatal ingin n

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   7

    “Kenapa kau malah pakai kaos itu?!” sentak Bima tiba-tiba.Sofia terdiam sejenak, lalu matanya melebar, seperti baru saja mendapatkan wahyu dari langit.“Oh… OH! Aku ngerti sekarang!” katanya sambil menepuk-nepuk dahinya. “Aku nggak perlu khawatir kamu bakal ngapa-ngapain aku, ya?”Bima mengerutkan kening.“Karena kamu… kamu suka jadi wanita juga, kan?” lanjut Sofia dramatis. “Berarti kamu punya kepribadian ganda! Astaga... kamu... kamu punya pacar lagi yang juga adalah... dirimu sendiri!”Bima belum sempat membalas saat Sofia malah membuka mulut lebar-lebar, seperti hendak meneriakkan penemuan besarnya ke seluruh dunia.Dan dengan sangat cepat—tanpa drama, tanpa aba-aba—Bima mengambil selembar tisu dan langsung menyumpalkannya ke dalam mulut terbuka Sofia.“Aah!” pekik Sofia, lalu dengan jijik melemparkan tisu itu ke arah Bima. “Jorok banget! Aku memang belum makan, tapi aku juga nggak akan mau makan tisu!”"Lepas pakaian itu sekarang!" perintah Bima tanpa ingin dibantah."Ogah! Aku

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   6

    Bima menatapnya dengan dahi mengerut, lalu berjalan melewatinya. Bima menaruh kemeja dan jasnya ke keranjang pakaian kotor di sudut ruangan.Sofia menelan ludah salah tingkah. ‘Ya ampun! Sofia, kamu mikir apa sih?!’ makinya pada dirinya sendiri. "Lalu… apakah kita akan tidur satu ranjang?" tanya Sofia lagi, berusaha terlihat biasa saja, padahal wajahnya mulai terasa panas.Bima kembali menatapnya. "Kau tidur di ranjang. Aku di sofa," jawabnya singkat.Sofia menghembuskan napas lega. "Syukurlah… Walaupun aku janda, aku masih punya harga diri!" gerutunya setengah berbisik.Tok tok tok!Keduanya langsung menoleh ke arah pintu."Biar aku yang buka," kata Sofia sambil berjalan menuju pintu.Begitu dibuka, tampak Bik Iyem berdiri sambil membawa nampan berisi dua gelas jamu."Nyonya, ini jamunya," katanya sopan.Sofia menatap gelas-gelas itu dengan tegang, lalu memberanikan diri mengambilnya."Kenapa dua?" tanyanya bingung."Satu untuk Tuan Bima."Sebelum Sofia sempat merespons, sosok Oma

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   5

    Keesokan harinya, Sofia menerima tamu yang ternyata adalah perias pengantin kiriman Oma ke kostnya. Bahkan, si perias juga membawakan kebaya putih sederhana.“Anda sangat cantik, Nona,” ucapnya sambil menatap puas hasil riasan di wajah Sofia.Memang, tanpa riasan pun, Sofia sudah cantik alami. Tapi hari ini, dia tidak baik-baik saja.Perasaan tegang menyelimuti dirinya. Sebentar lagi ia akan menikah dengan pria asing … semata-mata demi bantuan.Aldi!Satu nama yang membakar emosinya. Sofia tersenyum miring, tak sabar membalas dendam. Dia bersumpah akan mengusir Aldi dari rumahnya, dengan cara yang sama seperti yang pernah Aldi lakukan padanya.“Nona, supir sudah menjemput Anda.”Suara perias menyadarkannya dari lamunan. Sofia mengangguk pelan, lalu melangkah masuk ke dalam mobil yang akan membawanya ke rumah keluarga Bima.Rumah itu besar dan megah—bahkan lebih mewah dari rumah Sofia sendiri. Entah sekaya apa Bima, yang jelas mereka punya tujuan masing-masing dalam kerja sama ini.Sof

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   4

    Reaksi sang Oma sungguh di luar dugaan. Wajahnya langsung berbinar. Ia segera meraih tangan Sofia, lalu menariknya duduk di sisi ranjang."Kamu cantik sekali. Siapa namamu, Nak?" tanyanya lembut."Sofia, Oma," jawab Sofia gugup."Namanya cantik... secantik orangnya," ujar Oma, terus menatap Sofia penuh kekaguman.Sofia hanya tersenyum. Semua ini terasa ganjil, tapi ia mencoba bermain peran sebaik mungkin."Kamu benar calon istri Bima?" tanya Oma memastikan.Sofia mengangguk pelan. Dalam hatinya ingin sekali berkata "hanya sandiwara". Tapi tentu tidak mungkin."Kalau begitu, kalian harus segera menikah. Besok Oma akan datang ke rumahmu. Kita langsung gelar pernikahan. Tidak baik menunda-nunda niat baik.""Be-besok?!" ujar Sofia terkejut, hampir tak percaya dengan apa yang ia dengar."Iya dong," jawab Oma mantap, senyum bahagia terpancar dari wajahnya.Sofia menunduk. Dengan suara pelan dan ragu, ia berkata, "Ta-tapi... Sofia janda, Oma."Seketika, raut wajah Oma berubah datar. Wajah ce

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status