Share

6. Pria Patah Hati

Satriadi Narajendra, yang kerap disapa Tria, berasal dari keluarga terpandang, dan sejak kecil selalu menjadi anak yang berprestasi.

Cita-cita Tria sejak dini adalah menjadi seorang Aparat Penegak Hukum, mengikuti jejak sang ayah yang saat ini mulai memasuki masa purna bakti.

Sepertinya bagi Tria bukanlah hal yang sulit untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang Perwira Polisi, karena selain pintar dan memiliki jasmani sehat yang membuat Tria menjadi salah satu lulusan terbaik di Akademi Kepolisian, latar belakang ayah Tria yang seorang Jenderal bintang dua tentu saja cukup berpengaruh pada jenjang pendidikannya.

Dalam kehidupan percintaan, sudah pasti Tria juga digilai banyak wanita.

Namun dibalik sejuta kelebihannya, ternyata Tria merupakan sosok laki-laki yang benar-benar setia.

Sungguh pria idaman, bukan?

Yah, tentu saja.

Betapa beruntungnya seorang gadis yang bisa memenangkan hati pria seperti Tria, dan gadis beruntung itu adalah Calista, pujaan hati Tria yang cantik dan begitu lemah lembut.

Saling mengenal karena berasal dari lulusan SMA yang sama, Calista yang saat lulus memilih masuk fakultas kedokteran itu juga merupakan salah satu penyemangat hidup Tria dalam menjalani jenjang pendidikan takkala menjadi seorang Taruna.

Lulus dengan segudang prestasi cemerlang, tak berapa lama Tria yang kala itu masih seorang Perwira muda berpangkat IPDA atau Inspektur Polisi Dua, dipindah tugaskan ke salah satu Polda, sehingga mau tak mau Tria dan Calista lagi-lagi berada dalam zona LDR, Long Distance Relationship, alias hubungan jarak jauh.

Meskipun menjalani hubungan jarak jauh, hubungan Tria dan Calista tetap terjalin harmonis.

Mereka terus saling bertukar kabar tanpa jeda, memupuk cinta, kemudian sesekali menuntaskan rindu yang menggunung dengan bertemu muka, saling bersua.

Ibarat kata Tria telah yakin seribu persen dengan Calista, karena sejauh ini Calista juga sudah sedemikian sabar menjalani hubungan mereka, sejak masa pendidikan hingga Tria benar-benar mulai berkutat dengan tugas dan pengabdiannya kepada bangsa dan negara.

Bertahun-tahun membina hubungan, pada akhirnya Tria yakin untuk membawa hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius.

Tria pun mengungkapkan maksud hatinya yang hendak melamar Calista, dan keinginan hatinya tersebut diterima dengan suka cita oleh Calista, begitupun dengan keluarga kedua belah pihak bak gayung bersambut.

Tepat setelah moment kenaikan pangkat, yang disertai keberhasilan Calista menjadi seorang dokter muda, Tria sengaja mengambil cuti sejenak untuk pulang ke kota metropolitan, menemui keluarga besarnya juga sang pujaan hati beserta keluarganya.

Singkat cerita, mereka pun resmi bertunangan.

Sesuai rencana, tahun depan Tria akan resmi mempersunting Calista menjadi bhayangkarinya. Namun apa boleh buat, ternyata takdir malah berkata lain.

Alih-alih bisa mewujudkan setiap jengkal asa yang terajut, yang ada semua mimpi dan harapan Tria yang begitu indah itu harus kandas dalam sekejap mata.

Sekembalinya bertugas, awalnya semuanya tetap baik-baik saja, sampai akhirnya bak petir di siang bolong Tria mendapat informasi mencengangkan dari pihak keluarganya sendiri.

Berawal dari pingsannya Calista saat sedang menghadiri sebuah seminar yang menyangkut dunia kedokteran, yang telah membuat semua orang menjadi panik.

Alih-alih mengkhawatirkan kesehatan Calista, kenyataannya Calista justru kedapatan sedang hamil muda.

Saat itu semua orang sontak menuding bahwa sudah pasti itu adalah hasil perbuatan bejat Tria, sehingga ayah Tria bahkan menelpon langsung demi menuntut pertanggungjawaban dari perbuatan putranya sendiri.

Oh, my ... Big no ...!

Tentu saja Tria kaget setengah mati!

Kenyataannya sejauh ini Tria bahkan tidak pernah sekalipun 'menyentuh' Calista.

Benar-benar gila!

Disaat dirinya berusaha mati-matian menjaga keutuhan Calista begitupun juga dengan kehormatannya, lalu bagaimana mungkin hal mencengangkan itu merupakan hasil perbuatannya ...?

Demi Tuhan, tak ada apapun yang bisa menggambarkan betapa hancur dan terpuruknya Tria, terlebih saat tabir pengkhianatan Calista sedikit demi sedikit mulai terbuka lebar.

Arka, adalah sahabat Tria sejak di bangku SMA, sehingga otomatis pria itu adalah sahabat Calista juga.

Keluarga besar mereka juga cukup dekat satu sama lain, sebelum akhirnya merenggang dengan tiba-tiba usai kasus pemukulan yang dilakukan oleh Tria.

Bersama Tria, Arka menjalani jenjang pendidikan yang sama sebagai seorang Taruna, dan ayah Arka juga seorang perwira tinggi berpangkat jenderal bintang dua, sama persis dengan ayah Tria.

Bedanya, jika karir ayah Tria dalam institusi Polri dalam kurun waktu beberapa bulan telah memasuki masa purna bakti, karir ayahnya Arka sekarang justru sedang berada di puncak kejayaan karena membawahi sebuah divisi yang cukup bergengsi di Mabes Polri.

Yah ... Arka!

Pria brengsek itu adalah Arka, sahabat dekat Tria yang begitu tega menikung Calista, kekasih hatinya.

Rasanya Tria tidak ingin mempercayainya, saking merasa shock.

Nekad pulang tanpa ijin resmi sehingga melalaikan tugas dan tanggung jawabnya ditempat bertugas, Tria pun tak membuang waktu guna menyambangi Arka dengan gelap mata.

Saat itu Tria tau Arka tidak sendirian. Arka sedang hangout dengan beberapa orang teman sesama aparat disebuah cafe yang memang menjadi tempat favorite mereka nongkrong selama ini jika tidak sedang bertugas.

Kedatangan Tria yang langsung menghadiahi beberapa bogem mentah sekaligus di wajah dan tubuh milik Arka membuat Arka tumbang tanpa perlawanan,

Arka langsung dilarikan ke rumah sakit bhayangkara akibat beberapa luka serius di seluruh wajah dan beberapa bagian tubuh yang cukup vital.

Untung saja beberapa teman yang ada mampu melerai pergerakan brutal Tria yang telah gelap mata, dan sejak saat itulah episode kehidupan Tria seolah berbalik seratus delapan puluh derajat.

Dalam sekejap Tria telah berubah menjadi seorang pesakitan, manakala Arka dan keluarga besarnya yang tak terima dengan tindakan Tria yang main hakim sendiri tentu saja tak tinggal diam.

Tidak butuh waktu lama, Tria pun mendapati dirinya telah menjadi seorang tahanan propam.

Tria harus menjalani proses atas tindakan konyolnya, dan yang paling apesnya lagi karena saat itu Tria juga kedapatan tengah mengantongi sepucuk pistol di pinggang, posisi Tria semakin tersudutkan.

Saat itu, Ayah Tria berusaha sekuat tenaga guna mewujudkan jalan damai, demi kelangsungan masa depan serta karir putra bungsu kebanggaannya yang nyaris berantakan karena perkara seorang wanita yang tidak bisa menjaga marwah dirinya sendiri.

Alhasil, lewat sebuah sidang kode etik yang harus dijalani Tria sebagai babak akhir dari drama kehidupan percintaannya yang membawa petaka, berujung dengan sangsi demosi setelah Tria mengucapkan kata maaf kepada Arka dan keluarganya.

Sesungguhnya Tria tak pernah sudi mengemis kata maaf untuk Arka, masih lebih memilih menerima konsekwensi terburuk dalam karirnya sekalipun dirinya harus di PTDH alias dipecat dengan tidak hormat.

Bagaiamanapun harga diri Tria sebagai seorang lelaki teramat sangat terluka.

Namun perjuangan sang ayah hingga detik terakhir, mampu membuat kekerasan hati Tria luluh ...

To be Continued.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status