"Nak, anggaplah semua ini merupakan bagian dari proses kehidupan yang harus kamu jalani. Ayah percaya, akan ada hikmah indah yang sedang menanti didepan sana, hanya saja kamu harus kuat, sabar, ikhlas serta tawakal dalam menjalani semua prosesnya terlebih dahulu. Satu hal yang harus kamu ingat, Tria, anakku, tak peduli apapun yang terjadi, ayah akan selalu bangga padamu!"
Kalimat sang ayah terucap tidak hanya sekedar panjang lebar, melainkan begitu teduh dan menenangkan bathin.Pelukan hangat pada tubuh tinggi Tria juga berpengaruh besar dalam mendinginkan bara di hati.Sesaat kemudian, pria paruh baya itu harus rela melepas kepergian putra kebanggaannya di pintu terminal keberangkatan bandara Soekarno-Hatta.Yah, apa mau dikata.Sepertinya atas campur tangan ayah Arka yang memegang tampuk tertinggi di divisi propam, pada akhirnya sangsi demosi yang diterima Tria tak tanggung-tanggung.Tria harus menerima kenyataan bahwa dirinya kini dipindahtugaskan ke Polres Talaud, sebuah Polres yang letaknya di salah satu daerah perbatasan dengan wilayahnya yang terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil, serta letaknya di ujung paling utara perbatasan Indonesia dengan negara Philipina.Sesuai sanksi Demosi yang berlaku, sekalipun sebagai seorang perwira muda dengan latar belakang starting point pendidikan dan karir yang bagus, serta merupakan anak seorang jenderal bintang dua, tetap saja dalam kurun waktu satu tahun Tria tidak diperkenankan untuk memegang jabatan apapun.Namun Tria yang sudah ikhlas menerima kenyataan, kali ini lebih berlapang dada juga sangat siap menjalani segala konsekwensinya, sehingga tanpa terasa satu tahun sanksi demosi plus masa percobaan enam bulan telah terlewati begitu saja.Usai menjalani sanksi dan masa percobaan, pada akhirnya buah dari kesabaran, ketekunan, serta loyalitasnya selama ini mampu menggerakkan hati pimpinan untuk mengajukan promosi.Promosi pertama Tria adalah ditunjuk sebagai Kapolsek Beo, yakni salah satu Polsek yang ada di kabupaten tersebut.Hari pertama Tria tiba di sana, Tria telah disuguhkan oleh sebuah drama keluarga yang begitu pelik.Seorang wanita muda berhijab biru tua duduk di depan salah seorang anak buahnya dengan wajah penuh lebam tak beraturan, usai mengalami KDRT alias kekerasan dalam rumah tangga.Dia adalah Pelangi Senja.Namanya sungguh sangat unik, dan begitu indah terdengar ditelinga.Penampilannya yang begitu sopan menandakan dirinya adalah wanita yang agamis, namun anehnya sifatnya malah cenderung keras kepala.Pelaku kekerasan atas diri Pelangi Senja tak lain suaminya sendiri, seorang Aparatur Sipil Negara golongan tiga, dan sumber dari segala sumber permasalahan mereka cukup klasik.Pria berseragam yang seharusnya menjadi panutan masyarakat itu, rupanya telah nekad membawa wanita lain masuk dalam kehidupan rumah tangga mereka tanpa sedikitpun merasa bersalah.Dia adalah Yusuf Akhyar, seorang pria manja yang berasal dari keluarga Akhyar yang cukup disegani ditempat itu.Kedua orang tua Yusuf Akhyar terbilang cukup berpengaruh dan dikenal masyarakat, terlebih lagi seorang pamannya merupakan pejabat eselon dua dijajaran Pemerintah Daerah setempat.Begitu hebatnya latar belakang sang pria, sehingga pantas saja ia menjadi sombong karena merasa selalu dibela, meskipun sudah bertindak diluar aturan.💕"Dasar perempuan tak tau diuntung! Beraninya kamu memenjarakan Yusuf anakkkkuuuu ...!"Tria yang hendak berjalan keluar sambil memainkan kunci motor di tangan kanannya sontak tersentak kaget mendengar umpatan keras seorang wanita yang berasal dari arah selasar depan.Tepat didepan mata, Tria menyaksikan langsung bagaimana sebuah tindakan bar-bar sedang terjadi, yakni aksi menjambak yang dilakukan oleh sang wanita paruh baya berhijab lebar, yang hendak membuat hijab Pelangi Senja nyaris terburai."Aaaaaaaaaa ... Ampun, Bu, ampuunn ... Bukan aku, bu, bukan ... Aku ... Aku hanya ..." Senja meringis kesakitan.Suara kesakitan Senja tentu saja tak mampu ia selesaikan dengan benar, karena tubuh rampingnya terlihat sedang terhuyung kesana-kemari mengikuti arah jambakan yang brutal."Diam!! Kamu memang harus diberi pelajaran ...!""Ampun, Bu ...""Rasakan ini ...!""Aawwww ...!""Hentikan!"Tangan kanan Tria refleks menepis pergelangan tangan yang hendak melayangkan sebuah tamparan, sedangkan tangan kirinya dengan sigap menarik tubuh ringkih milik Senja yang hendak tersungkur kelantai hingga berbalik arah membentur dadanya yang keras, sebelum akhirnya tubuh itu jatuh seutuhnya kedalam pelukan.'Dia pasti ibu mertua Pelangi Senja, ibu pria yang ada di dalam tahanan ...'Tria membathin, seolah tidak membutuhkan waktu yang lama bagi dirinya guna mengurai siapa gerangan wanita tua dengan mimik arogan dihadapannya."Maaf, Bu, tolong jaga sikap, ini kantor polisi." ucap Tria memberi peringatan, dengan mimik wajah dan nada suaranya yang tegas."M-Maaf, Pak, maaf karena saya mendadak emosi saja bawaannya setiap kali melihat wajah perempuan ini ..." wanita tua itu tertunduk dalam, sedikit jengah dan ketakutan karena kedapatan langsung hendak bertindak out of control dihadapan seorang polisi.Bertepatan dengan itu, lewat ekor matanya Tria bisa melihat bayangan beberapa orang anggotanya termasuk Beno, yang bergegas mendekat begitu mendengar keributan yang terjadi pas di pintu depan."Ben ..." ucapan singkat Tria yang disertai sebuah kode kepala yang samar rupanya mampu dipahami Beno dengan baik, sehingga Beno pun langsung mengangguk takjim."Siap, Ndan." ucap Beno, kemudian ia pun mengalihkan wajahnya kembali. "Ibu Akhyar, mari ikut saya ke ruangan ..." pungkas Beno."Saya ingin bertemu anak saya Yusuf Akhyar, Pak Polisi. Mohon ijinkan saya menemuinya, tolong keluarkan dia juga dari sel tahanan. Ayahnya Yusuf sedang sakit, dia ingin sekali bertemu Yusuf ..."Aminah Akhyar, nama wanita itu, terlihat berucap panjang lebar kearah Beno dengan raut wajah penuh permohonan, lengkap dengan sepasang matanya yang berkaca-kaca."Ibu Akhyar tenang saja. Kami pasti akan mengeluarkan Bapak Yusuf Akhyar sore ini juga, tapi mohon sedikit bersabar dan menjaga sikap ...""B-baik, Pak ... Maafkan saya ..."Wanita yang disapa ibu Akhyar oleh Beno itu tertunduk dalam, sebelum akhirnya mengikuti langkah Beno yang kemudian mempersilahkan dirinya untuk masuk kesebuah ruangan terlebih dahulu.💕"Komandan, kelihatannya ibu Senja pingsan ..." celetukan seorang anggota polisi berpakaian preman, seolah menyadarkan Tria akan tubuh Senja yang tanpa sadar masih terkulai lunglai dalam pelukannya."Hah?"Tria melongo, sedikit nge-lag."Oh, astaga ... Kenapa dia malah pingsan sih?" detik berikutnya Tria langsung berkeluh, lumayan panik, kaget setengah mati mendapati wajah pucat Senja yang berada begitu dekat, tepat diatas dadanya yang bidang dengan sepasang mata terpejam.Sejenak, entah bagaimana awal mulanya, tiba-tiba saja pemandangan wajah yang dihiasi lebam keunguan itu seolah mampu mengalihkan dunia Tria begitu saja.Indahnya barisan alis yang tertata rapi ...Lentiknya bulu mata yang apik ...Tulang hidung yang bangir alami ...Serta bongkahan bibirnya yang teramat simetris ..."Perlu bantuan, Komandan?""Perlu bantuan, Komandan?"Tria tersentak untuk yang kedua kalinya."Egh, apa? Akh ... I-iya ..."Dengan nada suara yang tergeragap, Tria buru-buru mengangkat wajahnya yang baru saja mengalami keterpukauan hebat, manakala suara anak buahnya yang satu lagi berhasil mengusik kesenangannya dalam mengamati keindahan nyata yang merupakan ciptaan Sang Maha Kuasa, yang tadinya seolah tertutupi oleh kabut tebal sehingga Tria baru menyadarinya sekarang."Sebaiknya dibawa ke puskesmas terdekat apa gimana, Ndan?" saran polisi itu lagi."Iya, iya, udah bener saran kamu. Daripada kenapa-napa, mending dibawa ke puskesmas ...""Siap, Ndan!""Tolong siapin mobilnya aja, biar saya sendiri yang akan bawa ibu Senja ke puskesmas terdekat ..." desis Tria lagi sembari memberi perintah."Saya aja yang ambil mobilnya, Ndan ..." ungkap salah seorang anak buah Tria lainnya, berinisiatif."Ya udah, kalo begitu cepat siapkan mobilnya ..."Tanpa menunggu lebih lama, pria yang berucap barusan langsung bergegas men
"Nama ibu ini Pelangi Senja, dok, dan sesungguhnya ibu ini memang bisa dibilang bukan siapa-siapanya saya. Saya bahkan baru saja mengenalnya di kantor, dan memang benar dia baru saja mengalami KDRT. Tapi karena yang bersangkutan tidak berkeinginan sedikitpun untuk melaporkan pelaku yang tak lain merupakan suaminya sendiri apalagi sampai memperpanjang proses hukum dan bersedia menjalani visum, maka untuk saat ini kami hanya bisa menghargai keputusan yang bersangkutan terlebih dahulu. Perihal keputusan saya yang berinisiatif untuk membawanya ke Puskesmas ini, karena tadi ia sempat pingsan, sesaat setelah hendak meninggalkan Polsek ..."Usai berbasa-basi yang terkesan begitu cepat akrab dalam sekejap, Tria pun berucap panjang lebar, berusaha menjelaskan kejadian yang menimpa Senja sehingga membuatnya mengambil keputusan untuk membawa wanita itu langsung ke Puskesmas terdekat."Oh, ternyata seperti itu ..." dokter Richard pun mengangguk-anggukkan kepalanya, menandakan dirinya cukup paham
'Ternyata Pak Komandan ini orangnya cukup keras kepala juga ...'Senja bergumam dalam hati, sembari menghembuskan napasnya berat.Dalam hati ia merutuki dirinya yang sempat terdiam berjenak-jenak seolah kehilangan perbendaharaan kata. Tidak hanya sampai disitu, ia juga merasa sedikit kesal karena tanpa sadar sempat terpukau."Ehem, baiklah, kalau begitu berikan saya alasannya.""Alasan apa?""Alasan tentang kenapa 'harus' ...?"Pertanyaan tersebut dilontarkan Senja dengan nada suara yang seolah menantang."Apanya yang kenapa?"Tria yang bak memiliki kesempatan untuk terus membalikkan sepatah dua patah pertanyaan datar dari Senja, terlihat kembali menatap wajah kaku dihadapannya dengan ekspresi yang stay kalem."I-Iya, kenapa ...? Saya hanya merasa, sepertinya saya butuh penjelasan tentang kenapa Pak Komandan mengatakan harus ..."Satu tarikan napas Tria seolah tak mampu menambah kesabaran Senja dalam menanti jawaban."Jadi ibu Senja benar-benar tidak ingat kalau tadi ibu Senja pingsa
"Terima kasih."Tria terkesima. Lagi-lagi alisnya bertaut sempurna menerima tanggapan Senja yang justru berucap terima kasih di saat dirinya dengan sengaja dan begitu rendah hati memperkenalkan diri, demi mengurangi situasi canggung yang ada diantara mereka."Maksud saya, terima kasih karena Pak Komandan sudah menolong saat saya pingsan bahkan membawa saya ke Puskesmas ini ..."'Itu kan yang ingin kamu dengar, Pak Komandan, yang nyebelin ...?''Mau berbuat kebaikan kok mengharapkan pamrih dan ucapan terima kasih ... Huhh ...'Diam-diam dibalik kalimatnya barusan ternyata Senja malah membathin hal yang lain, hal yang justru berkebalikan seratus delapan puluh derajat dari ucapannya sendiri "Tidak apa-apa, Ibu Senja, tidak usah sungkan. Melindungi masyarakat itu memang merupakan bagian dari tugas saya juga ..."Kali ini Tria belum menemukan tanggapan berarti atas balasan kalimatnya untuk ucapan terimakasih yang terucap tanpa setitik pun senyuman itu.Detik selanjutnya keheningan sempat
"Tutup dulu pintunya, Ben." Tria berucap sambil berusaha menepis sejuta pemikirannya yang mulai berspekulasi saat menyadari langkah Beno mulai terayun ringan, hendak memasuki ruangannya yang terasa sejuk oleh hembusan hawa dingin dari air conditioner."Siap, Ndan."Beno mengatupkan pintu ruangan Tria terlebih dahulu dengan sigap, sebelum kembali meneruskan langkahnya mendekati meja biro, dimana sang komandan tengah duduk menunggui dirinya dengan posisi bersandar penuh di kursi sambil melipat kedua lengan diatas dada."Gimana, Ben?" tanya Tria dengan mimik wajah yang belum apa-apa sudah bergelayut kecewa, seolah ia sudah bisa menebak ketidakberhasilan sang anak buah dalam mengemban 'misi pribadi' yang ia perintahkan kira-kira sejam yang lalu."Maaf, Ndan, menurut perawat yang bertugas hari ini, katanya Ibu Senja sudah gak dirawat di Puskesmas Beo lagi."Dalam hati Tria terhenyak mendengar kabar tersebut, namun ia berusaha untuk mempertahankan wajah dan gestur tubuhnya agar rasa terkeju
"Buah darimana ini, Ben?" tanya Sayub yang baru saja ikutan nimbrung bersama rekan-rekannya yang lain, yang ternyata sudah lebih dahulu mengerubungi sebuah keranjang rotan berisikan aneka buah-buahan segar didalamnya."Dari Komandan ..." jawab Beno tanpa menoleh, sibuk mengupas kulit jeruk yang berwarna kuning terang."Kok bisa?" tanya Sayub lagi, yang langsung mencaplok dua buah rambutan sekaligus dari dalam keranjang yang sama."Bisa lah. Emang gak boleh pimpinan kasih sesuatu yang seger-seger sama anak buahnya?"Bukan Beno yang menjawab, melainkan Stenly, seorang anggota yang lumayan senior dengan pangkat AIPDA alias Ajun Inspektur Polisi Dua, yang memangku jabatan sebagai Kanit Sabhara Polsek Beo."Bukan gitu, Kanit, tapi lucu aja sih dikasih buah sama keranjang-keranjang rotannya sekalian. Udah kayak hantaran orang yang mau lamaran aja ..." Sayub nampak terkikik."Yaelah, nih anak, udah di service pimpinan dengan sebaik-baiknya masih protes aja ...""Ha ... Ha ... Ha ... Siap sal
"Baik-baik di sana, dan jaga dirimu."Sebuah nasihat sederhana yang terucap dari suara parau yang khas milik Surya Narajendra terdengar jelas di telinga Tria."Iya, Yah, aku pasti akan mengingat semua pesan ayah." jawab Tria sambil tersenyum dan mengangguk, meskipun ia tau gerak tubuhnya itu tak mungkin dilihat ayahnya yang berada di seberang, nun jauh di sana, namun Tria yakin kesungguhannya bisa dirasakan oleh pria tua kebanggaannya itu."Yah, aku boleh nanya sesuatu gak?""Hemm, apa?""Anu yah ..."Keraguan Tria dijawab oleh sebuah tarikan napas berat, seolah menandakan bahwa kebimbangan Tria tersebut bahkan bisa terbaca dengan mudah dihadapan sang ayah."Setelah sekian lama, kamu masih memikirkannya, Nak?" lembut suara Surya terdengar lagi.Tria terdiam.Sejujurnya Tria memang sangat ingin tau, tentang apa yang terjadi dengan Calista, sang mantan kekasih yang sudah menoreh pengkhianatan yang begitu besar, bahkan hampir saja mencelakai karir cemerlang Tria yang baru saja terbuka pi
'Finally ...'Senja meraih map yang disodorkan Rudi Hartono sembari tersenyum getir, karena pada akhirnya apa yang dirinya coba ikhlaskan sejauh ini akan benar-benar terjadi, bahkan sudah berada di depan mata."Ibu Pelangi Senja pastinya sudah tau bahwa Bapak Yusuf Akhyar adalah seorang ASN, bukan?"Senja hanya mengangguk perlahan, mulutnya masih bungkam."Jadi, karena beliau adalah seorang Aparatur Sipil Negara, otomatis dalam gugatan perceraian, tentu saja prosesnya cenderung agak rumit, tidak semudah masyarakat pada umumnya ..."Senja masih betah tertunduk dalam. Berusaha sekuat tenaga menenangkan diri, sadar bahwa dirinya benar-benar harus bisa menerima kenyataan pahit dengan merelakan suaminya pergi dari kehidupannya.Padahal seharusnya ia tidak perlu kaget, mengingat keinginan Yusuf bukan hanya terucap sekali dua kali melainkan begitu sering.Tapi tetap saja, wanita mana yang bisa menahan kesedihan hati, jika berada di posisi seperti ini ...?"Iya Pak Pengacara, saya mengerti ba