Share

7. Mampu Mengalihkan Dunia

"Nak, anggaplah semua ini merupakan bagian dari proses kehidupan yang harus kamu jalani. Ayah percaya, akan ada hikmah indah yang sedang menanti didepan sana, hanya saja kamu harus kuat, sabar, ikhlas serta tawakal dalam menjalani semua prosesnya terlebih dahulu. Satu hal yang harus kamu ingat, Tria, anakku, tak peduli apapun yang terjadi, ayah akan selalu bangga padamu!"

Kalimat sang ayah terucap tidak hanya sekedar panjang lebar, melainkan begitu teduh dan menenangkan bathin.

Pelukan hangat pada tubuh tinggi Tria juga berpengaruh besar dalam mendinginkan bara di hati.

Sesaat kemudian, pria paruh baya itu harus rela melepas kepergian putra kebanggaannya di pintu terminal keberangkatan bandara Soekarno-Hatta.

Yah, apa mau dikata.

Sepertinya atas campur tangan ayah Arka yang memegang tampuk tertinggi di divisi propam, pada akhirnya sangsi demosi yang diterima Tria tak tanggung-tanggung.

Tria harus menerima kenyataan bahwa dirinya kini dipindahtugaskan ke Polres Talaud, sebuah Polres yang letaknya di salah satu daerah perbatasan dengan wilayahnya yang terdiri dari gugusan pulau-pulau kecil, serta letaknya di ujung paling utara perbatasan Indonesia dengan negara Philipina.

Sesuai sanksi Demosi yang berlaku, sekalipun sebagai seorang perwira muda dengan latar belakang starting point pendidikan dan karir yang bagus, serta merupakan anak seorang jenderal bintang dua, tetap saja dalam kurun waktu satu tahun Tria tidak diperkenankan untuk memegang jabatan apapun.

Namun Tria yang sudah ikhlas menerima kenyataan, kali ini lebih berlapang dada juga sangat siap menjalani segala konsekwensinya, sehingga tanpa terasa satu tahun sanksi demosi plus masa percobaan enam bulan telah terlewati begitu saja.

Usai menjalani sanksi dan masa percobaan, pada akhirnya buah dari kesabaran, ketekunan, serta loyalitasnya selama ini mampu menggerakkan hati pimpinan untuk mengajukan promosi.

Promosi pertama Tria adalah ditunjuk sebagai Kapolsek Beo, yakni salah satu Polsek yang ada di kabupaten tersebut.

Hari pertama Tria tiba di sana, Tria telah disuguhkan oleh sebuah drama keluarga yang begitu pelik.

Seorang wanita muda berhijab biru tua duduk di depan salah seorang anak buahnya dengan wajah penuh lebam tak beraturan, usai mengalami KDRT alias kekerasan dalam rumah tangga.

Dia adalah Pelangi Senja.

Namanya sungguh sangat unik, dan begitu indah terdengar ditelinga.

Penampilannya yang begitu sopan menandakan dirinya adalah wanita yang agamis, namun anehnya sifatnya malah cenderung keras kepala.

Pelaku kekerasan atas diri Pelangi Senja tak lain suaminya sendiri, seorang Aparatur Sipil Negara golongan tiga, dan sumber dari segala sumber permasalahan mereka cukup klasik.

Pria berseragam yang seharusnya menjadi panutan masyarakat itu, rupanya telah nekad membawa wanita lain masuk dalam kehidupan rumah tangga mereka tanpa sedikitpun merasa bersalah.

Dia adalah Yusuf Akhyar, seorang pria manja yang berasal dari keluarga Akhyar yang cukup disegani ditempat itu.

Kedua orang tua Yusuf Akhyar terbilang cukup berpengaruh dan dikenal masyarakat, terlebih lagi seorang pamannya merupakan pejabat eselon dua dijajaran Pemerintah Daerah setempat.

Begitu hebatnya latar belakang sang pria, sehingga pantas saja ia menjadi sombong karena merasa selalu dibela, meskipun sudah bertindak diluar aturan.

💕

"Dasar perempuan tak tau diuntung! Beraninya kamu memenjarakan Yusuf anakkkkuuuu ...!"

Tria yang hendak berjalan keluar sambil memainkan kunci motor di tangan kanannya sontak tersentak kaget mendengar umpatan keras seorang wanita yang berasal dari arah selasar depan.

Tepat didepan mata, Tria menyaksikan langsung bagaimana sebuah tindakan bar-bar sedang terjadi, yakni aksi menjambak yang dilakukan oleh sang wanita paruh baya berhijab lebar, yang hendak membuat hijab Pelangi Senja nyaris terburai.

"Aaaaaaaaaa ... Ampun, Bu, ampuunn ... Bukan aku, bu, bukan ... Aku ... Aku hanya ..." Senja meringis kesakitan.

Suara kesakitan Senja tentu saja tak mampu ia selesaikan dengan benar, karena tubuh rampingnya terlihat sedang terhuyung kesana-kemari mengikuti arah jambakan yang brutal.

"Diam!! Kamu memang harus diberi pelajaran ...!"

"Ampun, Bu ..."

"Rasakan ini ...!"

"Aawwww ...!"

"Hentikan!"

Tangan kanan Tria refleks menepis pergelangan tangan yang hendak melayangkan sebuah tamparan, sedangkan tangan kirinya dengan sigap menarik tubuh ringkih milik Senja yang hendak tersungkur kelantai hingga berbalik arah membentur dadanya yang keras, sebelum akhirnya tubuh itu jatuh seutuhnya kedalam pelukan.

'Dia pasti ibu mertua Pelangi Senja, ibu pria yang ada di dalam tahanan ...'

Tria membathin, seolah tidak membutuhkan waktu yang lama bagi dirinya guna mengurai siapa gerangan wanita tua dengan mimik arogan dihadapannya.

"Maaf, Bu, tolong jaga sikap, ini kantor polisi." ucap Tria memberi peringatan, dengan mimik wajah dan nada suaranya yang tegas.

"M-Maaf, Pak, maaf karena saya mendadak emosi saja bawaannya setiap kali melihat wajah perempuan ini ..." wanita tua itu tertunduk dalam, sedikit jengah dan ketakutan karena kedapatan langsung hendak bertindak out of control dihadapan seorang polisi.

Bertepatan dengan itu, lewat ekor matanya Tria bisa melihat bayangan beberapa orang anggotanya termasuk Beno, yang bergegas mendekat begitu mendengar keributan yang terjadi pas di pintu depan.

"Ben ..." ucapan singkat Tria yang disertai sebuah kode kepala yang samar rupanya mampu dipahami Beno dengan baik, sehingga Beno pun langsung mengangguk takjim.

"Siap, Ndan." ucap Beno, kemudian ia pun mengalihkan wajahnya kembali. "Ibu Akhyar, mari ikut saya ke ruangan ..." pungkas Beno.

"Saya ingin bertemu anak saya Yusuf Akhyar, Pak Polisi. Mohon ijinkan saya menemuinya, tolong keluarkan dia juga dari sel tahanan. Ayahnya Yusuf sedang sakit, dia ingin sekali bertemu Yusuf ..."

Aminah Akhyar, nama wanita itu, terlihat berucap panjang lebar kearah Beno dengan raut wajah penuh permohonan, lengkap dengan sepasang matanya yang berkaca-kaca.

"Ibu Akhyar tenang saja. Kami pasti akan mengeluarkan Bapak Yusuf Akhyar sore ini juga, tapi mohon sedikit bersabar dan menjaga sikap ..."

"B-baik, Pak ... Maafkan saya ..."

Wanita yang disapa ibu Akhyar oleh Beno itu tertunduk dalam, sebelum akhirnya mengikuti langkah Beno yang kemudian mempersilahkan dirinya untuk masuk kesebuah ruangan terlebih dahulu.

💕

"Komandan, kelihatannya ibu Senja pingsan ..." celetukan seorang anggota polisi berpakaian preman, seolah menyadarkan Tria akan tubuh Senja yang tanpa sadar masih terkulai lunglai dalam pelukannya.

"Hah?"

Tria melongo, sedikit nge-lag.

"Oh, astaga ... Kenapa dia malah pingsan sih?" detik berikutnya Tria langsung berkeluh, lumayan panik, kaget setengah mati mendapati wajah pucat Senja yang berada begitu dekat, tepat diatas dadanya yang bidang dengan sepasang mata terpejam.

Sejenak, entah bagaimana awal mulanya, tiba-tiba saja pemandangan wajah yang dihiasi lebam keunguan itu seolah mampu mengalihkan dunia Tria begitu saja.

Indahnya barisan alis yang tertata rapi ...

Lentiknya bulu mata yang apik ...

Tulang hidung yang bangir alami ...

Serta bongkahan bibirnya yang teramat simetris ...

"Perlu bantuan, Komandan?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status