Share

5. Shock Therapy

Author: Lidia Rahmat
last update Last Updated: 2023-11-03 05:33:18

Lirih pertanyaan Senja terdengar mencuat lemah, padahal selama ini mulutnya selalu terkunci rapat.

"Masih bertanya?" tantang Yusuf sembari tersenyum sinis, terlihat bahagia menyadari bahwa kali ini Senja mulai terpancing untuk menanggapi kegilaannya yang selalu.

"Katakan apa kekuranganku, Kak. Kalo memang aku yang salah, aku berjanji aku akan berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki ..."

"Banyaaaaak. Mana mampu kamu perbaiki semuanya?"

Tatapan mengejek Yusuf jelas terlihat, saat menatap Senja dari atas sana dengan tatapan mata yang menyayat luka.

Senja memilih untuk benar-benar mencabut soket listrik terlebih dahulu, yang semula menghubungkan aliran listrik dengan setrika yang tak lagi berminat ia sentuh, kemudian ia berdiri tegak sembari berusaha menentang kilau mata sang suami yang entah kenapa begitu cepat berubah seolah tak bisa ia kenali lagi.

"Banyak ...?" ulang Senja.

"Ya, banyak. Saking banyaknya aku malah kesulitan mencari di mana letak kelebihanmu sampai-sampai dulu aku bisa mengejarmu seperti orang gila!"

Mendengar itu Senja terdiam, namun sepasang matanya tak bisa berbohong, bahwa ada kilat kesedihan, kekecewaan, juga terselip sedikit amarah didalamnya.

"Jangan-jangan kamu main dukun!"

Sepasang mata Senja kali ini benar-benar melotot mendengar tuduhan tak berdasar itu. "Astagfirullahhaladzim... Kak Yusuf ini bicara apa sih?"

"Tentu saja bicara tentang kebenaran! Kalau gak main dukun, mana mungkin dulu aku bisa kepincut sama kamu ...?!"

Senja membuang muka, memilih diam lagi sembari mengatur napas yang hendak memburu.

Demi apa ...?

Biar bagaimana pun, Senja juga manusia biasa. Selalu dituduh dengan hal-hal konyol seperti itu, siapa juga yang bisa tahan?

Seberapa besar kesabarannya?

Seberapa luas hatinya?

Mustahil setiap inchi perkataan suaminya yang kejam serta menyakitkan hati dan telinga yang selalu dia dengar setiap saat tidak membuatnya kecewa.

'Apakah ini memang sifat asli Kak Yusuf yang sesungguhnya ...?'

'Lalu dimana pria santun lemah lembut pada dua tahun lalu, yang telah berhasil membuat aku luluh lantak sehingga bersedia menyerahkan seluruh hidup dan masa depanku kepadanya ...?'

Pertanyaan-pertanyaan tersebut kerap mendera benak Senja, yang seolah begitu sangsi perihal bagaimana bisa seseorang yang begitu baik dan penyayang seperti sosok Yusuf Akhyar, bisa berubah drastis seratus delapan puluh derajat dalam waktu relatif singkat.

"Asal kamu tau aja yah, aku sudah mengatakan niatku kepada ayah dan ibu, dan mereka sangat setuju kalo aku akan menceraikan kamu ..."

Tenggorokan Senja seolah dibuat tercekat.

Sakit sekali rasanya, tapi beruntunglah Senja adalah seorang wanita yang telah kenyang makan asam, garam, bahkan kepahitan!

Lagipula apa yang dia harapkan?

Bukankah sejak awal kedua mertuanya tidak pernah sekalipun berada dipihaknya?

Kendatipun demikian, mendengar semua kalimat Yusuf rasanya tubuh Senja hendak merosot ke lantai, beruntung kedua kakinya masih terus kuat menyanggah tubuhnya yang lelah.

"Baiklah, Kak, kalau memang itu keinginan Kak Yusuf, apa lagi yang bisa aku harapkan?"

Yusuf kelihatan sedikit tercengang mendapati tanggapan Senja yang datar, padahal selama ini dia sudah terbiasa melihat Senja mengemis kepadanya.

Diam-diam dari dalam mulut Yusuf gemeretak giginya pun mulai terdengar. Emosinya sudah tersulut.

"Jadi kamu menerimanya?!" sepasang mata Yusuf melotot tajam, apalagi saat melihat anggukan kepala Senja yang tanpa ragu.

"Lakukan saja, Kak. Lakukan apa saja yang menurutmu baik dan pantas untukmu, karena mulai detik ini aku tidak akan pernah lagi menghalanginya dan ..."

Bugh!

Sebuah bogem mentah tiba-tiba menghantam keras mulut Senja yang belum sempat menyelesaikan kalimat seutuhnya.

"Aaakhh ...!!"

Tubuh Senja langsung jatuh tersungkur, dengan darah segar yang langsung muncrat dari hidung dan sela-sela bibirnya yang pecah.

Sungguh Senja nyaris tak percaya jika saat itu, untuk yang pertama kalinya, Yusuf benar-benar berani berbuat kasar kepada dirinya.

Yah, itu adalah kali pertama, dimana Yusuf Akhyar gelap mata sehingga menjatuhkan tangannya, sebelum dikemudian hari pria itu menjadi semakin sering melakukan kekerasan fisik tanpa rasa iba, seolah ketagihan.

Belum juga Senja sadar sepenuhnya atas apa yang sedang terjadi, manakala sebuah tapak sepatu yang besar telah mendarat berkali-kali tanpa ampun diatas wajah begitupun dengan tubuhnya yang tak berdaya, membuat Senja mengaduh dan melolong kesakitan.

Sayangnya, bukannya iba dan menghentikan aksi brutalnya, Yusuf malah semakin bersemangat melakukan penyiksaan, seolah kesetanan.

"Dasar perempuan mandul tak tau diuntung ...!! PERGI SAJA KAMU KE NERAKAAAA ...!!"

💕

Tria sendiri bahkan tak menyangka, jika sepenggal pembicaraannya dengan Beno anehnya mampu membuatnya cukup penasaran.

Oleh karena itu begitu dia keluar dari ruang SPK, langkah kaki Tria yang semula hendak menuju ruangannya malah berbelok arah ke lorong yang menuju sel tahanan.

Di sana, Tria mendapati seorang pria dengan perawakan sedang, sedikit lebih pendek beberapa inchi dari dirinya terlihat duduk seorang diri di balik jeruji, tepat diatas lantai yang dingin dengan wajah tertekuk lesu.

"Bapak Yusuf Akhyar?"

Pria itu terperanjat mendengar suara berat yang berasal dari sosok tinggi tegap dengan pakaian dinas lengkap, yang sudah menjulang tegak didepan jeruji besi.

"I-Iya, Pak ...!"

Jawab Yusuf tergeragap, lalu buru-buru bangkit berdiri mendekati jeruji besi.

Lewat tanda kepangkatan yang tersemat dilengan kiri dan kanan Tria, Yusuf bisa menebak bahwa yang berdiri dihadapannya sudah pasti bukanlah anggota polisi biasa.

Biasanya untuk ukuran kantor kepolisian sektor di wilayah ini, seorang perwira polisi pastinya menduduki jabatan tertinggi.

Bisa jadi pria dengan pangkat yang mirip dua buah balok berjejer itu adalah seorang Kapolsek baru, menggantikan pejabat lama yang dengar-dengar baru saja mengalami rolling mutasi.

"Kasus KDRT untuk yang kesekian kalinya atas nama ibu Pelangi Senja ..." desis Tria dengan nada dan sorot mata yang dingin.

Yusuf tertunduk dalam, seolah sengaja ingin memperlihatkan rasa penyesalan yang mendalam.

"Saya menyesal, Pak ..."

Tria mendengus tertahan, bak mendengar lantunan lagu lama yang membuatnya bosan.

Menyesal.

Dari balik jeruji besi, aasan klasik seperti itu memang sudah kenyang didengar oleh aparat seperti dirinya, tapi entah kenapa kali ini Tria merasa dia lebih emosional mendengarnya, sehingga ingin rasanya Tria membuat pria bernama lengkap Yusuf Akhyar ini jungkir balik lalu diakhiri dengan sikap tobat ala-ala hukuman yang kerap diterimanya saat masa pendidikan dulu.

Sejak dulu Tria memang paling anti melihat hal-hal seperti ini. Masih mending dia menghadapi kasus tawuran brutal yang melibatkan preman-preman sekalian, daripada kasus seorang pria breng sek yang tega melakukan penganiayaan kepada seorang wanita, terlebih jika wanita itu istrinya sendiri!

"Bapak Yusuf Akhyar, beruntung istri anda terlalu baik, sehingga atas perbuatan keji anda, tidak sedikitpun dia berkeinginan untuk menyulitkan anda. Tapi mengingat saya sangat membenci kasus KDRT apapun alasannya, maka berusahalah untuk tidak pernah kembali ke sel ini lagi dengan kasus yang sama. Jangan coba-coba anda bertemu saya lagi di sel ini, Bapak Yusuf Akhyar ... Karena bisa saya pastikan anda akan menyesal ..."

"B-baik, Pak, saya berjanji t-tidak akan mengulanginya lagi ..." ucap Yusuf Akhyar sambil mengkerut, dengan kalimat yang terbata-bata.

Ucapan Tria sudah jelas-jelas mengandung makna shock therapy yang cukup kental, jadi wajar saja jika nyali pria pengecut seperti seorang Yusuf Akhyar langsung ciut, apalagi saat mendapati wajah Tria yang sudah mengeras sempurna tepat didepan hidungnya.

"Baik, saya pegang janji anda."

Ujar Tria, dingin, kemudian dia langsung berbalik badan meninggalkan sel tahanan, seolah tak sudi berlama-lama menatap wajah pecundang milik seorang Yusuf Akhyar ...!

* * *

To be Continued.-

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Janda Kembang Milik Polisi Perjaka   56. Terasa Sangat Manis

    Pembicaraan antara Senja dengan sang calon mertua ternyata tidak berakhir hanya sampai disitu. Usai menasehati Senja sekaligus memberikan sedikit motivasi agar Senja lebih percaya diri kedepannya, Surya Narajendra juga tak segan untuk membangun komunikasi tentang banyak hal, termasuk bertanya tentang latar belakang keluarga Senja, sebaliknya juga dia tak lupa bercerita tentang silsilah keluarga besar Narajendra yang tak lama lagi Senja pun pasti akan menjadi bagian didalamnya. Senja sama sekali tak menyadari, betapa Surya Narajendra sangat menyukai kepribadian seorang Pelangi Senja meskipun dalam kurun waktu yang relatif singkat. Pembawaan Senja, kesopanannya dalam bertutur kata, terlebih kerendahan hati saat berhadapan dengan siapa saja terlebih dirinya selaku orang yang lebih tua. Bisa dibilang, Surya Narajendra sudah yakin betul bahwa kali ini putra kebanggaannya memang tidak salah pilih. Tapi, seolah bertolak belakang dengan kekaguman Surya Narajendra yang semakin menggunung

  • Janda Kembang Milik Polisi Perjaka   55. Tidak Ada Kata Main-Main

    "Abang gak memintanya, Yah. Semua ini atas inisiatif aku sendiri kok ..." ucap Senja menjawab rasa keheranan Surya Narajendra yang cukup kaget mendapati kehadiran Senja di rumah dinas Tria pagi itu, beserta tiga buah kue bolu pandan sekaligus. Bahkan salah satu dari ketiga kue tersebut kini telah terhidang apik diatas meja kecil yang ada di teras rumah dinas milik Tria, tempat dimana dirinya saat ini duduk ditemani segelas kopi hitam yang lagi-lagi merupakan buatan tangan sang calon menantu. "Tinggal dua hari lagi mau menikah, sebaiknya jangan melakukan pekerjaan yang berat dulu, Nak ..." ucap Surya Narajendra. Mendapati perhatian yang tulus dari calon mertuanya, Senja buru-buru menggelengkan kepala. "Hanya mengisi waktu senggang, Yah, sama sekali gak merepotkan kok. Lagipula belakangan ini karena gak ada kesibukan berarti jadi agak bosan juga. Makanya aku terpikir untuk membuat kue untuk ayah dan abang saja ..." Surya Narajendra tersenyum mendapati penjelasan Senja yang terd

  • Janda Kembang Milik Polisi Perjaka   54. Bertemu Camer

    Saat Tria dan Senja tiba di rumah dinas milik Tria yang berada di kawasan Mako, tepat didepan selasar kantor sudah terlihat banyak anggota polisi yang berkumpul menunggu apel pagi yang akan dimulai tak lama lagi.Sebagian besar dari mereka terlihat berseragam dinas seperti halnya Tria, namun ada beberapa diantaranya memakai kemeja putih lengan panjang dipadu celana hitam berbahan kain."Yang satunya biar aku aja yang bawa." ujar Senja yang buru-buru turun dari mobil begitu menyadari pergerakan Tria yang begitu mesin mobil dimatikan terlihat tergesa-gesa turun dan langsung membuka pintu mobil belakang."Oke, kalo gitu abang bawa dua sekalian ..." jawab Tria sembari menyodorkan satu buah kotak kue ke tangan Senja yang buru-buru menyambut pemberian Tria.Detik berikutnya, dengan gesit Tria terlihat sudah menumpuk dua buah kotak kue yang tersisa dan tanpa banyak bicara langsung mengangkat dan membawanya masuk kedalam rumah dinas yang terlihat lenggang.Melihat hal tersebut alhasil secara r

  • Janda Kembang Milik Polisi Perjaka   53. Tidak Salah Pilih

    Bertepatan dengan Tria yang sukses memarkirkan mobilnya di seberang jalan, tepat didepan gang sempit yang biasanya menjadi akses masuk ke rumah Senja, secara bersamaan pula sosok yang hendak ia jemput itu terlihat berjalan keluar dari mulut gang.Sangat jelas terlihat bagaimana Senja cukup kerepotan dengan keberadaan tiga buah dus kue berbentuk persegi yang saling bertumpuk dalam genggamannya, ditambah lagi dia harus mengepit tas kecil yang tersampir di bahu kanan.Mendapati pemandangan tersebut sontak Tria melompat turun dari mobil secepat kilat, langsung berlari kecil menyongsong sosok Senja yang ternyata juga langsung notice akan keberadaan Tria dengan outfit khasnya yakni seragam dinas."Bisa-bisanya diborong sekali angkut. Kenapa gak ngomong kalo bawaannya sebanyak ini sih, Nja?" ujar Tria sambil buru-buru mengambil alih tiga buah dus kue yang saling bertumpuk itu sekaligus."Banyak gimana? Cuma tiga dus kue kok ..."Tria terlihat menggelengkan kepalanya mendapati jawaban ngeyel

  • Janda Kembang Milik Polisi Perjaka   52. Lampu Hijau

    Usai berbincang dengan Mpok Hindun hingga nyaris menjelang Isya, mendadak Senja seolah mendapatkan sebuah pencerahan, yang membuatnya menyesal mengapa tidak terpikir olehnya sama sekali dalam kurun waktu dua hari terakhir ini.Untuk itulah setelah Mpok Hindun pamit pulang, Senja buru-buru menunaikan sholat Isya kemudian dengan langkah pasti dia menuju ke warung terdekat dari rumahnya, yang menjadi tempat dirinya berbelanja kebutuhan sehari-hari."Beragam amat belanjaannya, Nja? Mau bikin kue ya?" tanya pemilik warung dengan nada suara yang ramah, begitu menyaksikan belanjaan Senja yang meliputi beberapa butir telur, tepung terigu, gula pasir, pengembang kue, pasta pandan dan masih ada beberapa jenis barang lainnya yang identik dengan bahan-bahan untuk membuat kue "Iya, Bu." jawab Senja, singkat."Emang rencananya mau bikin kue apa, Nja?" ujar ibu itu lagi, yang kini sudah mengambil ancang-ancang untuk menjumlah berbagai barang belanjaan Senja yang teronggok diatas meja kasir."Bolu pa

  • Janda Kembang Milik Polisi Perjaka   51. Dalam Hitungan Hari

    "Untuk anggota yang piket saya harap bisa bertanggung jawab penuh sampai besok pagi. Sementara untuk yang lain, silahkan pulang dan beristirahat, jaga kesehatan, dan jangan lupa seperti biasa besok pagi kita akan tetap melaksanakan apel pagi bersama di jam biasa, diteruskan dengan pelaksanaan operasi cipkon di sektor wilayah. Delapan enam?""Siap, delapan enam, Komandan!" Jawaban yang solid terdengar dari seluruh anggota yang ada, menanggapi titah yang diberikan oleh Tria, sebelum mengakhiri kegiatan patroli di malam itu.Jika kondisi kamtibmas sedang adem ayem begini, semua pihak pastinya merasa lebih lega karena tidak perlu bekerja ekstra, meskipun harus tetap siaga dengan kondisi apapun.Pelaksanaan operasi cipkon yang merupakan kepanjangan dari operasi cipta kondisi itu sendiri memang sudah menjadi kegiatan rutin yang wajib di tingkatkan oleh pihak kepolisian, dan biasanya dilaksanakan setiap akhir pekan dengan melibatkan personil dari berbagai fungsi.Namun mengingat moment perga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status