Share

5. Shock Therapy

Lirih pertanyaan Senja terdengar mencuat lemah, padahal selama ini mulutnya selalu terkunci rapat.

"Masih bertanya?" tantang Yusuf sembari tersenyum sinis, terlihat bahagia menyadari bahwa kali ini Senja mulai terpancing untuk menanggapi kegilaannya yang selalu.

"Katakan apa kekuranganku, Kak. Kalo memang aku yang salah, aku berjanji aku akan berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki ..."

"Banyaaaaak. Mana mampu kamu perbaiki semuanya?"

Tatapan mengejek Yusuf jelas terlihat, saat menatap Senja dari atas sana dengan tatapan mata yang menyayat luka.

Senja memilih untuk benar-benar mencabut soket listrik terlebih dahulu, yang semula menghubungkan aliran listrik dengan setrika yang tak lagi berminat ia sentuh, kemudian ia berdiri tegak sembari berusaha menentang kilau mata sang suami yang entah kenapa begitu cepat berubah seolah tak bisa ia kenali lagi.

"Banyak ...?" ulang Senja.

"Ya, banyak. Saking banyaknya aku malah kesulitan mencari di mana letak kelebihanmu sampai-sampai dulu aku bisa mengejarmu seperti orang gila!"

Mendengar itu Senja terdiam, namun sepasang matanya tak bisa berbohong, bahwa ada kilat kesedihan, kekecewaan, juga terselip sedikit amarah didalamnya.

"Jangan-jangan kamu main dukun!"

Sepasang mata Senja kali ini benar-benar melotot mendengar tuduhan tak berdasar itu. "Astagfirullahhaladzim... Kak Yusuf ini bicara apa sih?"

"Tentu saja bicara tentang kebenaran!"

Senja membuang muka, memilih diam lagi sembari mengatur napas yang hendak memburu.

Demi apa ...?

Biar bagaimana pun, Senja juga manusia biasa. Selalu dituduh dengan hal-hal yang konyol seperti itu, siapa juga yang bisa tahan?

Seberapa besar kesabarannya?

Seberapa luas hatinya?

Mustahil setiap inchi perkataan suaminya yang kejam serta menyakitkan hati dan telinga yang selalu ia dengar setiap saat tidak bisa membuatnya kecewa.

'Apakah ini memang sifat asli Kak Yusuf yang sesungguhnya ...?'

'Lalu dimana pria santun lemah lembut pada dua tahun lalu, yang telah berhasil membuat aku luluh lantak sehingga bersedia menyerahkan seluruh hidup dan masa depanku kepadanya ...?'

Pertanyaan-pertanyaan tersebut kerap mendera benak Senja, yang seolah begitu sangsi perihal bagaimana bisa seseorang yang begitu baik dan penyayang seperti sosok Yusuf Akhyar, bisa berubah drastis seratus delapan puluh derajat dalam waktu relatif singkat.

"Asal kamu tau aja yah, aku sudah mengatakan niatku kepada ayah dan ibu, dan mereka setuju kalo aku akan menceraikan kamu ..."

Tenggorokan Senja seolah dibuat tercekat.

Sakit sekali rasanya, tapi beruntunglah Senja adalah seorang wanita yang telah kenyang makan asam, garam, bahkan kepahitan!

Lagipula apa yang ia harapkan?

Bukankah sejak awal kedua mertuanya tidak pernah sekalipun berada dipihaknya?

Kendatipun demikian, mendengar semua kalimat Yusuf rasanya tubuh Senja hendak merosot ke lantai, beruntung kedua kakinya masih terus kuat menyanggah tubuhnya yang lelah.

"Baiklah, Kak, kalau memang demikian adanya, memangnya apalagi yang bisa aku harapkan?"

Yusuf kelihatan sedikit tercengang mendapati tanggapan Senja yang datar, kemudian dari dalam mulutnya gemeretak giginya pun mulai terdengar.

"Jadi kamu menerimanya?!" sepasang mata Yusuf melotot tajam, apalagi saat melihat anggukan kepala Senja.

"Lakukan saja, Kak. Lakukan apa saja yang menurutmu baik dan pantas untukmu, karena mulai detik ini aku tidak akan lagi menghalanginya dan ..."

Bugh!

Sebuah bogem mentah tiba-tiba menghantam keras mulut Senja yang belum sempat menyelesaikan kalimat seutuhnya.

"Aaakhh ...!!"

Tubuh Senja langsung jatuh tersungkur, dengan darah segar yang langsung muncrat dari hidung dan sela-sela bibirnya yang pecah.

Sungguh Senja nyaris tak percaya jika saat itu, untuk yang pertama kalinya, Yusuf benar-benar berani berbuat kasar kepada dirinya.

Yah, itu adalah kali pertama, dimana Yusuf Akhyar gelap mata sehingga menjatuhkan tangannya, sebelum dikemudian hari pria itu menjadi semakin sering melakukan kekerasan fisik tanpa rasa iba, seolah ketagihan.

Belum juga Senja sadar sepenuhnya atas apa yang sedang terjadi, manakala sebuah tapak sepatu yang besar telah mendarat berkali-kali tanpa ampun diatas wajah begitupun dengan tubuhnya yang tak berdaya, membuat Senja mengaduh dan melolong kesakitan.

Sayangnya, bukannya iba dan menghentikan aksi brutalnya, Yusuf malah semakin bersemangat melakukan penyiksaan, seolah kesetanan.

"Dasar perempuan mandul tak tau diuntung ...!! PERGI SAJA KAMU KE NERAKAAAA ...!!"

💕

Tria sendiri bahkan tak menyangka, jika sepenggal pembicaraannya dengan Beno anehnya mampu membuatnya cukup penasaran.

Oleh karena itu begitu ia keluar dari ruang SPK, langkah kaki Tria yang semula hendak menuju ruangannya malah berbelok arah ke lorong yang menuju sel tahanan.

Di sana, Tria mendaoati seorang pria dengan perawakan sedang, sedikit lebih pendek beberapa inchi dari Tria terlihat duduk seorang diri di balik jeruji, tepat diatas lantai yang dingin dengan wajah tertekuk lesu.

"Bapak Yusuf Akhyar?"

Pria itu terperanjat mendengar suara berat yang berasal dari sosok tinggi tegap dengan pakaian dinas lengkap, yang sudah menjulang tegak didepan jeruji besi.

"I-Iya, Pak ...!"

Jawab Yusuf tergeragap, lalu buru-buru bangkit berdiri.

Lewat tanda kepangkatan yang tersemat dilengan kiri dan kanan Tria, Yusuf bisa menebak bahwa yang berdiri dihadapannya sudah pasti bukanlah anggota polisi biasa.

Biasanya untuk ukuran kantor kepolisian sektor di wilayah ini, seorang perwira polisi pastinya menduduki jabatan tertinggi.

So, bisa jadi pria dengan pangkat yang mirip dua buah balok berjejer itu adalah seorang Kapolsek baru, menggantikan pejabat lama yang dengar-dengar baru saja mengalami rolling mutasi.

"Kasus KDRT untuk yang kesekian kalinya atas nama ibu Pelangi Senja ..."

Yusuf tertunduk dalam, seolah sengaja ingin memperlihatkan rasa penyesalan yang mendalam.

"Saya menyesal, Pak ..."

Tria mendengus tertahan.

Entah kenapa tiba-tiba Tria menjadi sedikit emosi sehingga ingin rasanya membuat pria bernama lengkap Yusuf Akhyar ini jungkir balik lalu diakhiri dengan sikap tobat ala-ala hukuman yang kerap diterimanya saat masa pendidikan dulu.

Sejak dulu Tria memang paling anti melihat hal-hal seperti ini. Masih mending ia menghadapi kasus tawuran yang melibatkan preman-preman sekalian, daripada kasus seorang pria breng sek yang tega melakukan penganiayaan kepada seorang wanita, terlebih jika wanita itu istrinya sendiri!

"Beruntung istri anda orang baik, sehingga tidak sedikitpun dia berkeinginan untuk menyulitkan anda. Tapi mengingat saya sangat membenci kasus KDRT apapun alasannya, maka berusahalah untuk tidak pernah kembali ke sel ini lagi dengan kasus yang sama. Jangan coba-coba anda bertemu saya lagi di sel ini, Bapak Yusuf Akhyar ... Karena bisa saya pastikan anda akan menyesal ..."

"B-baik, Pak, saya berjanji t-tidak akan mengulanginya lagi ..." ucap Yusuf Akhyar sambil mengkerut, dengan kalimat yang terbata-bata.

Ucapan Tria sudah jelas-jelas mengandung makna shock therapy yang cukup kental, jadi wajar saja jika nyali pria pengecut seperti seorang Yusuf Akhyar langsung ciut, apalagi saat mendapati wajah Tria yang sudah mengeras sempurna tepat didepan hidungnya.

"Baik, saya pegang janji anda."

Ujar Tria, dingin, kemudian langsung berbalik badan meninggalkan sel tahanan, seolah ia tak sudi berlama-lama menatap wajah pecundang milik seorang Yusuf Akhyar ...!

To be Continued.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status