026

Kanza melangkah pelan melewati lorong lantai atas, setiap derap langkahnya terasa berat oleh gelombang emosi yang membuncah dalam dada. Ada amarah yang belum sepenuhnya reda karena perbuatan sang kakak yang melukai suaminya. Tapi dia tetap hendak berpamitan pada sang kakak, setidaknya satu bentuk penghormatan terakhir sebelum benar-benar meninggalkan rumah masa kecilnya.

Namun, saat ia semakin dekat dengan kamar utama, langkahnya tertahan. Ada suara desahan yang tertahan, erangan penuh kenikmatan. Suara yang tak asing bagi perempuan dewasa sepertinya. Jantungnya berdegup kencang, wajahnya memanas bukan karena malu, tapi karena cemburu dan marah.

Kenzo dan Desti.

Dia tahu pasti apa yang sedang terjadi di balik pintu itu. Dan yang membuatnya makin sakit hati, Kenzo, kakak kandungnya sendiri, yang dulu selalu ada untuknya, kini sudah benar-benar berpaling. Sejak menikah, perhatian Kenzo tidak pernah lagi sepenuhnya untuknya. Dulu ia bisa mengetuk pintu kapan saja, dan Kenzo akan memelukn