Share

005

Author: G Djay
last update Last Updated: 2025-06-02 14:38:05

Setelah beberapa hari menjalani perawatan intensif yang, akhirnya dokter menyatakan kondisi Bayu sudah cukup stabil untuk melanjutkan pemulihan di rumah.

Desti mengemasi barang-barang mereka perlahan. Perasaannya campur aduk, antara lega, khawatir, dan pasrah pada kehidupan barunya yang menanti. Sesekali ia mencium kening Bayu, mengelus rambut halus anaknya, bersyukur bahwa sang buah hati bisa melewati masa kritis.

Saat ia menutup tas terakhir, langkah kaki terdengar dari luar. Seorang pria memasuki ruang rawat Bayu, mengenakan seragam yang sama dengan yang dipakai Tomi dahulu. Sikapnya kaku, formal, dan penuh hormat.

“Dengan Bu Desti?” tanyanya sambil sedikit menunduk.

Desti mengangguk ragu. “Ya, saya.” Belum pernah sebelumnya dia perlakukan penuh hormat seperti ini.

“Saya ditugaskan oleh Tuan Kenzo untuk menjemput Bu Desti dan Bayu. Mobil sudah disiapkan. Silakan ikut bersama saya.”

Desti menatap pria itu dengan heran. Belum sempat ia bertanya lebih lanjut, pria itu dengan sigap mengangkat barang bawaannya, lalu membuka jalan keluar dengan isyarat tangan seperti layaknya seorang pengawal.

Di luar, Desti lebih terkejut lagi saat melihat sebuah mobil hitam mewah sudah menunggunya. Sopir itu bahkan dengan hati-hati membukakan pintu belakang, dan Desti, yang terbiasa hidup seadanya, hanya bisa menelan ludah sambil menggendong Bayu lebih erat.

Dia duduk diam sepanjang perjalanan. Jalanan kota tampak asing baginya, seperti dunia yang bukan miliknya. Ketika mobil berhenti, Desti terpaku di depan gerbang besar sebuah rumah bergaya Eropa modern yang menjulang megah, sudah pasti ini bukan kontrakannya, tapi rumah Kenzo.

Setelah turun dari mobil, beberapa asisten rumah tangga sudah berdiri berjejer menyambut, sebagian tersenyum, sebagian hanya menunduk sopan. Namun dari pandangan mata mereka, Desti bisa merasakan sorotan aneh, penuh penilaian dan cemoohan.

Penampilannya yang sederhana dengan blouse lusuh dan celana panjang kusam tampak begitu kontras dengan kemewahan sekitar. Bahkan seragam yang dipakai para asisten rumah tangga itu, jauh lebih bagus dari punya. Desti sadar dirinya bukan bagian dari dunia ini.

Mayang, asisten rumah tangga yang paling senior, tersenyum manis tapi tetap terlihat penuh kepalsuan.

“Selamat datang, Bu Desti. Kami semua senang sekali akhirnya Ibu datang ke rumah ini.” Kalimat yang meluncur dari bibirnya terdengar manis, tapi nada bicaranya seolah-olah mengatakan sebaliknya.

“Terima kasih.” Lirih Desti menjawab, ada rasa rendah diri berada di lingkungan barunya.

“Mari, saya antar ke kamar,” ucap Mayang sambil meraih barang-barang Desti.

Mayang menaikkan salah sudut bibirnya, menatap jijik pada tas Desti. Tangannya pun seolah enggan memegang tas lusuh itu. Tapi dia tetap harus membawa tas itu dan melayani Desti dengan baik, atau dia akan di pecat.

“Beruntung banget ini gembel, bisa-bisanya Tuan Kenzo ingin menikahinya.”

Desti mendengar bisikan itu, meski sakit, dia berusaha mengabaikannya.

“Baik-baikin aja! Nanti kita tanya, dia dapat pellet dari mana? Siapa tahu nanti bisa menikah dengan kenala Tuan Kenzo.”

Para asisten rumah tangga itu tertawa di belakang Desti. Tapi saat berhadapan, mereka berpura-pura tersenyum ramah, seolah-olah Desti adalah tamu kehormatan yang sudah lama ditunggu.

Desti hanya diam, mengabaikan suara sumbang yang menggetarkan gendang telinganya. Demi Bayu, ia akan menjalaninya.

***

Di tempat lain, di ruang kerjanya, Rayhan tampak dikuasai oleh amarah yang membara. Wajahnya merah padam, napasnya memburu. Ia baru saja menerima kabar bahwa Kenzo, akan melangsungkan pernikahan esok hari. Tanpa aba-aba. Tanpa pemberitahuan kepada keluarga. Dan yang membuatnya semakin geram, semua administrasi telah lengkap. Semuanya sudah diatur rapi, diam-diam, tanpa sepengetahuannya.

“Kurang ajar!” teriak Rayhan sambil menepis semua benda di atas meja kerjanya. Laptop, map, kertas-kertas penting, hingga gelas kopi berhamburan ke lantai. Suara pecahan kaca mengisi ruangan. Tangannya mengepal, matanya liar.

“Ini tidak boleh terjadi,” gumam Raihan dengan napas berat, dia merasa kecolongan. “Tidak akan kubiarkan bocah itu menikah dan menyingkirkanku dari perusahaan ini.”

Dengan langkah tergesa dan penuh emosi, Rayhan meninggalkan ruang kerjanya. Ia menyambar kunci mobil lalu tancap gas, menyusuri jalanan kota dengan kecepatan tinggi. Klakson-klakson bersahutan, tapi Rayhan tak peduli. Amarah sudah membutakan akalnya.

Informasi dari salah satu orang kepercayaannya mengatakan bahwa calon istri Kenzo sudah berada di rumah Kenzo. Sekarang Kenzo dengan menghadiri rapat penting dan tak berada di rumah. Ini kesempatan baginya untuk mempengaruhi calon istri Kenzo agar segera pergi dan membatalkan pernikahan mereka.

Begitu sampai di gerbang besar rumah Kenzo, Rayhan turun dari mobil tanpa basa-basi. Penjaga gerbang mengenalinya dan buru-buru membukakan pintu tanpa pertanyaan. Langkah Rayhan mantap, dingin, penuh niat, seperti badai yang siap meluluhlantakkan apapun yang ada hadapannya.

Di ruang tamu, seorang ART bernama Mayang segera menyambutnya dengan gugup. “Selamat siang, Tuan Rayhan. Ada yang bisa saya bantu?”

“Aku ingin bertemu dengan calon istri Kenzo,” ujar Rayhan datar.

Tanpa banyak bicara, dan tidak ada niat membantah Mayang bergegas meninggalkan Rayhan untuk memanggil Desti.

Di kamar tamu, Desti sedang menidurkan Bayu yang baru saja minum obat dan menyusu. Dia terkejut saat Mayang memasuki kamar.

“Bu Desti... Tuan Rayhan ingin bertemu,” ujar Mayang pelan.

“Tuan Rayhan?”

“Ya, Om-nya Tuan Kenzo.”

“Sekarang?” tanyanya pelan.

Mayang hanya mengangguk.

Desti menidurkan Bayu, lalu meletakkan bantal di samping kanan dan kiri bayi mungil itu. Setelah yakin anaknya aman, Desti mengikuti Mayang dengan langkah pelan dan penuh keraguan.

Semakin mendekati ruang tamu, Desti bisa merasakan aura dingin dari pria yang duduk tegap di sana. Tatapan Rayhan menembus seperti pisau yang menelusuri tubuh Desti dari ujung kepala hingga ujung kaki. Penuh penilaian. Penuh penghinaan.

Desti merasakannya seolah ditelanjangi dengan pandangan penuh cemooh itu. Ia tahu, pria di hadapannya itu tak memandangnya sebagai calon keponakan, melainkan sebagai perempuan tak berharga yang mencoba masuk ke dalam keluarga mereka demi uang.

Rayhan bersandar di sofa, menyilangkan kaki dengan sikap angkuh. “Langsung saja, saya tidak suka basa-basi. Berapa uang yang kau inginkan untuk membatalkan pernikahan ini dan keluar dari kehidupan Kenzo?”

Seperti dugaan Desti. Tapi tekadnya sudah bulat, semua dia lakukan dengan Bayu.

“Saya tidak bisa meninggalkan Pak Kenzo.”

Tatapan Rayhan semakin tajam. “Kau pikir aku akan percaya? Jangan berlagak seakan kau mencintainya. Kami semua tahu, perempuan sepertimu hanya datang demi uang.”

Desti mengangkat wajahnya. Bibirnya gemetar, tapi matanya tak berpaling. Ia tak bisa mengungkap alasan sebenarnya. Bahwa Kenzo telah menyelamatkan Bayu, anak semata wayangnya, ketika tidak ada satu pun yang peduli. Bahwa ia menerima lamaran Kenzo bukan karena cinta, bukan karena harta, tapi karena utang budi dan perlindungan yang tak bisa ia bayar dengan apapun.

Rayhan mendengus. “Jangan kau kira Kenzo mencintaimu. Dia hanya memperalatmu.”

Kata-kata itu menyakitkan, tapi Desti sudah menduganya. Ia tahu, pernikahan ini terlalu jangal. Mana mungkin seorang pria seperti Kenzo, dengan kekayaan, ketampanan, dan status sosial yang luar biasa, memilih dirinya, seorang janda miskin beranak satu.

Namun, pikirannya tetap teguh, semua demi Bayu. Jika ia harus menanggung ejekan, hinaan, bahkan hati yang tersakiti, ia akan melakukannya.

Desti menatap Rayhan dalam-dalam. “Saya tidak tahu apa yang Tuan pikirkan. Tapi saya tetap akan menikah dengan Pak Kenzo.”

Rayhan memijit pelipisnya, terlihat putus asa.

“Kau tahu, Kenzo sebenarnya gay. Dia tidak tertarik pada perempuan. Pernikahan ini hanya untuk menutupi aibnya. Kau hanya akan menjadi tameng.”

Desti terdiam. Dunia seolah berhenti berputar sesaat. Apa yang barusan ia dengar? Hatinya berdegup tak karuan. Tapi sebelum ia sempat memproses sepenuhnya ucapan Rayhan, suara berat dan lantang menggema dari balik ruang tamu.

“Cukup, Om!” seru Kenzo, berdiri di ambang pintu dengan mata menyala-nyala. Tubuhnya tegap, wajahnya dingin dan penuh amarah. “Jangan pengaruhi calon istriku dengan omong kosongmu. Om!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Janda Muda Tiba-tiba Jadi Istri Presdir   009

    Mendengar nama Desti Wulandari diucapkan lantang oleh Kenzo sebagai perempuan yang dia nikahi, darah Kanza mendidih. Dunia seperti berhenti sesaat. Nafasnya memburu. Matanya melebar tak percaya. Dia tidak bisa menerima mantan istri dari suaminya hidup bergentayangan di sekitarnya seperti hantu.“Tidak! Ini tidak boleh terjadi!” seru Kanza seraya hendak merangsek masuk melewati pintu tempat akad nikah berlangsung.Namun dua pria berpakaian hitam yang merupakan orang kepercayaan Kenzo segera berdiri menghadang. Dengan sigap mereka menahan tubuh Kanza yang memberontak dengan mata berapi-api.“Lepaskan aku! Aku adik Kenzo! Aku punya hak untuk menghentikan ini!”Suara Kanza menggema di lorong luar ruangan, membuat beberapa tamu yang hendak masuk menoleh, tapi segera dialihkan oleh petugas keamanan. Semua harus berjalan lancar. Tidak boleh ada kekacauan.Tak jauh dari Kanza Tomi berdiri terpaku. Tubuhnya kaku. Wajahnya pucat. Ia mendengar dengan jelas nama Desti diucapkan dalam akad itu, da

  • Janda Muda Tiba-tiba Jadi Istri Presdir   008

    Di bandara, suasana ramai tak mampu mengalihkan perhatian dari sosok perempuan muda yang sedang hamil yang melangkah dengan langkah berat. Kanza turun dari pesawat dengan napas terengah dan ekspresi wajah yang mencerminkan lebih dari sekadar kelelahan. Rasa kesal yang sejak tadi mendidih dalam dadanya tak juga surut, bahkan setelah menjejak tanah kelahirannya kembali.Tomi dengan cekatan menggandeng lengan istrinya, menahan langkah Kanza yang mulai goyah.“Pelan-pelan, Sayang. Jangan dipaksakan,” bisik Tomi dengan lembut, tapi Kanza hanya membalas dengan helaan napas panjang yang dipenuhi rasa jengkel.“Kenapa Kak Ken nggak bilang apa-apa, Mas? Kenapa aku harus tahu dari Om Rayhan, dan bukan dari Kak Ken sendiri?” Kanza mendesis, nyaris berbisik, namun penuh emosi.Tomi mencoba tetap tenang, meski ia tahu ucapan apa pun mungkin akan akan menjadi pemicu ledakan emosi berikutnya.“Mungkin Kak Kenzo nggak mau ganggu kita, Kan. Kita kan baru bulan madu, dia mungkin... ya, nggak mau bikin

  • Janda Muda Tiba-tiba Jadi Istri Presdir   007

    Dan akhirnya hari itu tiba.Pernikahan yang katanya akan digelar secara sederhana dan bersifat private, nyatanya tetap tampak megah. Tak ada karpet merah atau gaung pesta besar di gedung mewah, tapi halaman belakang rumah Kenzo telah disulap menjadi taman elegan dengan dekorasi bunga segar, payung-payung putih yang melambai tertiup angin, diiringi musik klasik yang lembut.Sebuah mobil hitam berhenti di depan gerbang. Rayhan turun dengan langkah cepat mengabaikan istrinya yang terlihat berjalan kepayahan dengan kebaya dan Sepatu hak tingginya. Wajah Rayhan menegang, sorot matanya dingin dan tajam. Jasnya rapi, dasinya sempurna, tapi ada amarah yang tidak bisa disembunyikan dari caranya menatap rumah itu.Mata Rayhan menyapu seluruh sudut rumah yang telah dihias indah, melihat para tamu yang didominasi kerabat dan orang-orang terdekat keluarga Arsyad. Rayhan mendesah berat, seolah ada beban yang tidak mau menyingkir dari pundaknya."Kenapa dia belum datang…" gumam Rayhan pelan, hampir

  • Janda Muda Tiba-tiba Jadi Istri Presdir   006

    Dengan langkah tegap dan tatap mata yang tak berpaling, Kenzo menghampiri Desti. Di hadapan Rayhan, tanpa ragu, dia meraih tangan Desti dan menggenggamnya erat. Desti terkejut, tapi tak menarik diri, ia siap untuk mengikuti sandiwara Kenzo.“Aku harap Om Rayhan tidak lagi mengganggu hubungan kami. Yang perlu Om Rayhan ketahui, pernikahan kami dilandasi oleh cinta,” ucap Kenzo tegas, matanya menatap lurus ke arah sang paman.Rayhan mendengus sinis, menyandarkan tubuh ke sofa dengan tawa pelan yang penuh ejekan.“Cinta? Siapa yang ingin kau bohongi, Kenzo?” tanya Rayhan dengan nada dingin.Kenzo tak menjawab. Hanya menggenggam tangan Desti lebih kuat. Entah untuk meyakinkan hati Desti, atau sebuah bentuk intimidasi.Desti pun merasakan suasana yang semakin tegang. Dia tiak menduga akan berdiri di tengah perdebatan sengit antara Kenzo dan pamannya.“Dengan pernikahan ini, kalian hanya sedang membohongi diri sendiri,” lanjut Rayhan, dengan suara yang meninggi.“Om Rayhan terlalu banyak ik

  • Janda Muda Tiba-tiba Jadi Istri Presdir   005

    Setelah beberapa hari menjalani perawatan intensif yang, akhirnya dokter menyatakan kondisi Bayu sudah cukup stabil untuk melanjutkan pemulihan di rumah.Desti mengemasi barang-barang mereka perlahan. Perasaannya campur aduk, antara lega, khawatir, dan pasrah pada kehidupan barunya yang menanti. Sesekali ia mencium kening Bayu, mengelus rambut halus anaknya, bersyukur bahwa sang buah hati bisa melewati masa kritis.Saat ia menutup tas terakhir, langkah kaki terdengar dari luar. Seorang pria memasuki ruang rawat Bayu, mengenakan seragam yang sama dengan yang dipakai Tomi dahulu. Sikapnya kaku, formal, dan penuh hormat.“Dengan Bu Desti?” tanyanya sambil sedikit menunduk.Desti mengangguk ragu. “Ya, saya.” Belum pernah sebelumnya dia perlakukan penuh hormat seperti ini.“Saya ditugaskan oleh Tuan Kenzo untuk menjemput Bu Desti dan Bayu. Mobil sudah disiapkan. Silakan ikut bersama saya.”Desti menatap pria itu dengan heran. Belum sempat ia bertanya lebih lanjut, pria itu dengan sigap men

  • Janda Muda Tiba-tiba Jadi Istri Presdir   004

    Begitu enteng mulut Kenzo berucap. Seolah telah lupa jika dirinya dulu yang telah membuat Desti menjadi janda dengan memaksa Tomi untuk menikahi Kanza, adiknya. Dan kini, pria itu memintanya menjadi istri.“Mengapa aku harus menjadi istrimu?”Kenzo tersenyum menyiringai, menertawakan Desti yang baginya sedang jual mahal. “Tanyakan pada dirimu, adakah alasan yang logis kamu menolak lamaranku ini?”Ada banyak alasan, tapi tidak bisa Desti ungkapkan. Dari sikap kejam Kenzo, hingga perbedaan status sosial di antara mereka yang berbeda, bagai langit dan bumi.“Pilihan ada di tanganmu, jika kau menolak… maka kau bisa kembali ke kontrakanmu yang bobrok itu, dan berdoa agar anakmu bisa bertahan, karena aku akan menghentikan semua biaya pengobatannya."Tanpa sadar, Desti meneteskan air mata kala menyadari kelemahannya, kemiskinan yang menjerat hidupnya.“Aku menawarkan kesepakatan. Kau butuh uang untuk anakmu, aku butuh istri untuk...." Kenzo menjeda kalimatnya, tidak mungkin dia berkata jujur

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status