Share

Terpana

Author: Ayaya Malila
last update Huling Na-update: 2024-09-06 16:52:11

Aira malu tak terkira. Dia kini menjadi bahan tertawaan Manggala dan anak buahnya. Seandainya bisa, dia ingin menenggelamkan diri ke dalam bumi. Tak terasa, air mata Aira menetes. Basah di pipi, juga area tubuh bagian bawahnya, membuat gadis cantik itu semakin tak nyaman.

Melihat hal itu, Manggala menghela napas panjang. Dia merasa sedikit keterlaluan dalam memperlakukan Aira. Hingga tanpa pikir panjang, Manggala langsung melepas blazer, lalu memasangkannya di pinggang ramping sang mantan kekasih.

"Ayo, bersihkan dirimu dulu," ajak Manggala seraya menarik tangan Aira dan menuntunnya masuk ke toilet wanita. "Tunggu sebentar di sini. Akan kusuruh Helen membawakan baju ganti untukmu!"

Tanpa menunggu tanggapan Aira, Manggala bergegas meninggalkan sang mantan kekasih. Tak berselang lama, pria tampan berambut gondrong itu kembali. "Pakailah!" titah Manggala seraya menyodorkan paperbag coklat kepada Aira. "Masukkan pakaian kotormu di paperbag ini."

Aira mengangguk sambil memaksakan senyum. "Terima kasih," ucapnya sembari menutup pintu toilet rapat-rapat.

Dengan tergesa, Aira melepas pakaian, lalu membasuh area bagian bawah tubuh yang terkena air kencing. Dia menggantinya dengan dress yang telah disiapkan oleh Manggala.

Aira sedikit tak nyaman. Pasalnya, dia jarang sekali memakai dress yang membuatnya terlihat begitu feminin. Namun, dirinya tak punya pilihan.

Setelah memasukkan pakaian kotor, termasuk blazer Manggala, ke dalam paperbag. Aira segera keluar dari toilet. Sesaat, dia lupa jika Manggala tengah menunggunya. Membuat Aira terkejut ketika membuka pintu kamar mandi wanita dan mendapati sang mantan kekasih sekaligus atasannya itu berdiri di hadapannya.

Untuk sejenak, dua anak manusia tersebut saling pandang. Aira tak menyangka bahwa dirinya dengan Manggala akan berada dalam jarak yang begitu dekat.

Susah payah Aira menelan ludah. Paras Manggala terlihat sangat menawan. Ditambah dengan rambut gondrong yang diikat a la man bun, semakin menambah pesona pria yang berusia tiga tahun di atas Aira itu.

Begitu pula Manggala yang tak berkedip menatap Aira. Sejak pertama kali mengenal wanita cantik itu, Aira terhitung sangat jarang memakai pakaian feminin, seperti rok atau semacamnya. Akan tetapi kini, makhluk indah di depannya tersebut tampak sempurna dalam balutan dress formal polos berwarna peach.

"A-apa kamu sudah siap untuk kembali bekerja?" tanya Manggala gugup.

"I-iya!" jawab Aira, tak kalah gugup. "Oh, ya. Blazer anda ada di dalam sini. Akan saya cuci dulu sebelum dikembalikan," jelasnya.

"Oke, terserah kamu." Manggala mengangguk pelan sembari membalikkan badan dan berjalan lebih dulu menuju studio.

Tatkala menyusuri koridor, tiba-tiba ponsel Aira yang disimpan di dalam ransel, berdering. Buru-buru dirinya meraih benda pipih itu. Alisnya sempat tertaut ketika menangkap deretan nomor tak dikenal di layar. Namun demikian, Aira tetap mengangkat panggilannya.

"Hei, Ra! Apa kabar?" sapa Jati dari seberang sana. Rupanya pria itu memakai nomor lain untuk menghubungi Aira, mengingat Aira sudah memblokir nomor Jati.

Wanita yang baru saja menyandang predikat janda itu memejamkan mata. Suara berat pria tampan itu begitu menggoda, membelai gendang telinga dan mengantarkan gelenyar aneh sekaligus arus listrik ke seluruh pembuluh darah. "Ada apa, Kak?" tanya Aira sambil berusaha meredam perasaan yang tak karuan.

"Ah, itu .... Aku ... hanya ingin menanyakan kabarmu," jawab Jati gugup.

"Oh, aku baik-baik saja," timpal Aira datar.

"Syukurlah. Kamu lagi ada di mana, Ra?" tanya Jati lagi.

"Kenapa memangnya?" balas Aira ketus.

"Nggak. Nggak apa-apa. Aku cuma sedang ada urusan di dekat kompleks perumahan kamu. Jadi, aku rencana ingin mampir, sekalian Ibu mau nitip oleh-oleh untukmu," jelas Jati.

"Oh, titipkan saja pada orang rumah," sahut Aira yang mulai jengah.

"Kamu ... apa kamu lagi nggak ada di rumah, Ra?"

Aira diam, seolah tak ingin menjawab.

"Jadi ... apa benar berita yang kudengar?" tanya Jati lagi. Dia mulai tak sabar menghadapi kebisuan Aira.

"Berita apa memangnya?" Aira balik bertanya.

"Kamu ... pindah ke Australia," jawab Jati ragu.

Aira menghela napas panjang. "Iya, benar!" balasnya.

"Kenapa?"

"Kenapa apanya?" Aira mengernyit. Dia sama sekali tak paham dengan pertanyaan Jati.

"Kenapa kamu pindah?"

"Astaga!" Aira berdecak kesal. "Ya, suka-suka aku lah, Kak. Mau pindah, kek. Mau diam, kek. Mau nungging juga nggak ada urusan dengan Kak Jati, kan! Ingat, kamu itu sekarang sudah menjadi mantan suami aku!" omelnya.

"Ah, itu, iya. Kamu benar." Jati terkekeh canggung. Mendadak dirinya kehilangan kata-kata.

"Maaf ya, kalau sudah membuatmu tak nyaman. Aku hanya ingin tahu keadaanmu," ucap Jati beberapa saat kemudian.

"Aku baik-baik saja di sini," sahut Aira.

"Syukurlah. Kuharap, kamu selalu bahagia," ucap Jati dengan nada sendu. "Oh, ya. Kudengar di sana sedang musim gugur, ya. Sebaiknya, kamu memakai pakaian tebal, Ra. Jangan lupa minum vitamin juga, supaya kekuatan tubuhmu tetap terjaga," tuturnya panjang lebar.

"Sudah ya, Kak. Nggak enak telepon lama-lama. Apa nanti kata istrimu kalau seandainya tahu kamu ngobrol dengan mantan?" putus Aira, lalu mengakhiri panggilan secara sepihak.

Seketika dadanya terasa sesak. Sikap Jati yang aneh itu sedikit banyak membuat Aira terluka. Bagaimana tidak? Dulu, semasa masih menjadi suaminya, Jati begitu cuek dan terkesan tak peduli.

Namun, kini setelah mereka berpisah, Jati malah menunjukkan perhatian yang agak tak biasa bagi Aira.

Sementara Manggala, sempat membeku di tempatnya setelah tanpa sengaja mendengar percakapan Aira di telepon. "Mantan suami?" gumam Manggala dengan berbagai pikiran yang berkecamuk di kepala.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Janda Tapi Perawan   Bahagia Untuk Semua

    "Hei, Manggala. Kau datang?" sapa Cynthia dengan suara yang sengaja dibuat manja dan menggoda. "Ya, bersama Aira. Dia sedang ke toilet." Manggala mundur beberapa langkah, berusaha menjaga jarak dari wanita yang sampai detik itu masih menyimpan rasa cinta untuknya. "Hm, anakmu tampan," sanjung Cynthia sambil iseng menyentuh pipi gembul Enzo. "Terima kasih," ucap Manggala singkat. "Di mana William dan Sammy?" tanyanya mengalihkan perhatian Cynthia. "Sedang bersiap bersama kru event organizer," jawab Cynthia dengan tatapan tak lepas dari wajah tampan Manggala. "Kalau begitu, aku permisi hendak menyusul Aira ke toilet," pamit Manggala. Sejak awal, dia merasa tak nyaman dengan interaksi Cynthia. Sebisa mungkin, Manggala akan berusaha mati-matian untuk menjauh dari ibunda Sammy itu. "Minggu depan adalah sidang pertama ayahku!" seru Cynthia, mencegah langkah Manggala agar tak buru-buru menjauh. "Baguslah!" sahut Manggala singkat. "Banyak saksi baru yang memberatkan ayahku. Ditambah m

  • Janda Tapi Perawan   Undangan Pesta

    Aira mengajak Catherine ke ruang tamu. Untuk menuju ke sana, mereka harus melewati taman belakang. Masih ada Ibra dan Arka yang betah nongkrong di bangku taman. "Kak," sapa Arka dengan sorot penuh arti. Aira yang memahami maksud adik iparnya, langsung tersenyum lebar. "Cat, kenalkan, mereka adik-adikku yang tampan!" Merasa dirinya dipanggil, Catherine yang awalnya berjalan dengan tatapan lurus ke depan sambil menggendong Enzo, segera menoleh. Sementara Ratri yang berada di gendongan Aira, mulai rewel. Bayi cantik itu merengek ingin bersama ibunya. "Ibra, Arka. Kalian berdua mengobrol dulu saja dengan Catherine. Aku mau mengantar Ratri ke ibunya," pamit Aira. Dia langsung pergi tanpa menunggu tanggapan ketiga orang itu. Beberapa langkah menjauh, Aira bisa mendengar gelak tawa dan obrolan ringan yang berasal dari Catherine beserta dua adik iparnya. Sesekali, Enzo ikut berceloteh. Aira pun tersenyum lega. Ternyata, tak sulit bagi mereka bertiga untuk saling mengakrabkan di

  • Janda Tapi Perawan   Jelas Berbeda

    "Hah, menikah?" Aira terkejut luar biasa. "Bukankah Tante Mira memutuskan untuk melajang seumur hidup?" serunya.Teringat oleh Aira, dulu sang tante mengikrarkan bahwa dirinya tidak akan menikah. Alasannya hanya satu, yaitu ribet. Namun, siapa sangka jika hari ini, prinsip itu roboh."Coba tebak, siapa calonnya?" sela Kartika tak kalah antusias."Alex!" sahut Manggala enteng. "Lho, kok tahu?" Kartika melongo."Kapan hari kami melihat Tante Mira dilamar oleh Alex," beber Manggala sambil tersenyum geli."Ya, ampun!" Aira menepuk dahi."Jadi, kedatangan kami kemari adalah mengundang keluarga Manggala untuk hadir dalam resepsi sederhana yang akan diadakan di rumah," tutur Kartika."Tentu, Jeng. Dengan senang hati, kami akan hadir!" balas Imelda tak kalah antusias."Syukurlah!" Kartika berdiri memeluk Imelda, kemudian menyalami Bayu yang lebih banyak diam dan hanya senyum-senyum saja."Eh, tunggu! Enzo dan Ratri ke mana?" Saking hebohnya, Aira sampai melupakan keberadaan putra semata waya

  • Janda Tapi Perawan   Cinta Selamanya

    Manggala menahan napas. Menelan ludah pun terasa sulit. Tak disangka Aira bersedia menuruti keinginan gilanya. "Ra, sudah, Ra. Kamu menang," desis Manggala saat Aira terus meliukkan tubuh yang kini hanya terbalut pakaian dalam. "Nanggung, Sayang." Rupanya Aira terbawa permainan sendiri. Dia begitu menghayati hingga tanpa sadar kini hanya tersisa segitiga hitam berenda yang menutupi inti tubuhnya. "Oke, stop!" Manggala bangkit dari ranjang dan menerjang Aira. Dicumbuinya sang istri dengan sedikit kasar. Manggala lalu mendudukkan Aira di sofa, mengungkung dan menyerangnya dengan ciuman. Ketika Manggala hendak melepas segitiga berenda itu, Aira tiba-tiba mencengkeram pergelangan tangan suaminya. "Tunggu!" pinta Aira. "Lepas, Ra," geram Manggala yang sudah tak dapat menahan gairah. "Kamu masih marah, kan? Masih cemburu?" cecar Aira. Manggala menggeleng lemah. "Aku memaafkanmu, Sayang. Sekarang, ayo kita lanjut!" Manggala mendorong lembut tubuh Aira hingga berbaring di sofa. Dia l

  • Janda Tapi Perawan   Debat Panas

    "Sayang, kamu marah, ya?" Aira menarik-narik ujung lengan T-shirt yang dikenakan Manggala. "Sungguh aku tidak tahu kalau Hilda akan mengajakku ke rumah itu," beber Aira membela diri. Manggala masih diam, meskipun jemari Aira sudah menggerayangi bagian-bagian sensitif di tubuh tegapnya. "Sayang, please. Jangan diamkan aku. Aku tak kuat," rayu Aira tak putus asa. Kini, dia mengalungkan tangan di leher Manggala, lalu menariknya pelan. Dikecupnya leher kokoh itu berkali-kali. "Aira, geli!" hardik Manggala kesal. Dia jadi tidak bisa berkonsentrasi mengendarai mobil. Namun, Aira seakan tak menghiraukan protes suaminya. Dia malah meninggalkan bekas merah keunguan di leher bawah Manggala. "Astaga!" Manggala menyerah. Dia tak mau membahayakan istrinya akibat tidak bisa konsentrasi saat mengemudi. Dengan penuh emosi, Manggala membelokkan kemudi di sebuah hotel yang kebetulan dia lintasi. "Lho, Ngga? Kok belok ke hotel? Mau ngapain?" cecar Aira grogi. "Menurutmu?" sahut Mang

  • Janda Tapi Perawan   Cinta Dan Percaya

    "Tadi rencananya Tante mau mengajak kamu makan pagi menjelang siang bersama-sama, tapi Hilda buru-buru berpamitan pulang," ujar Andini. "Oh, iya, Bu. Kebetulan suami saya juga barusan menelepon. Saya harus cepat-cepat kembali ke kantor," pamit Aira. "Iya, tentu! Tapi, sebelum kamu pulang, tolong bawa ini untuk makan siang kalian. Ini untuk Hilda dan suaminya juga." Andini menyodorkan lima kotak makanan pada Aira. "Banyak banget, Tante?" Sambil berkata demikian, Hilda langsung meraih kotak-kotak makanan yang ditata dalam paperbag itu. "Biasanya para pria porsi makannya lebih banyak," timpal Andini seraya tertawa. "Ah, Tante memang yang terbaik!" sanjung Hilda. Dipeluknya wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu. Tak lupa ciuman pipi kanan dan kiri. Begitu pula Aira. Dia memeluk Andini cukup lama. Ada rasa haru terselip di dada. Bagaimanapun, sejak menjadi menantu, ibunda Jati itu selalu bersikap baik dan lembut padanya. "Sering-sering main ke sini ya, Nak," pinta

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status