Share

PART 5

JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR

#JBST

PART 5

Usia kandungan yang normal sebenarnya sangat dibutuhkan dalam perkembangan janin selama di dalam kandungan. Kondisi kehamilan yang normal dapat membantu proses pembentukan organ tubuh secara optimal, pembentukan darah hingga sistem kekebalan tubuh.

Jika bayi lahir kurang dari usia yang semestinya usia untuk dilahirkan, maka organ-organ dalam tubuh masih kurang matang berkembang dengan baik.

Bayi yang terlahir prematur beresiko untuk mengalami berbagaibmacam komplikasi kesehatan. Seperti yang terjadi pada cucu lelakiku, ia terlahir di usia 27 minggu dalam kandungan. Saat ini aku dan Mas Idris hanya bisa melihatnya dari balik kaca ruang NICU.

Malang sekali nasibmu sayang ...

Ada binar bahagia di mata Mas Idris saat mengetahui bahwa cucu kami laki-laki. Cucuku terlahir dengan berat badan 2000 gram. Kata Dokter itu termasuk dalam kategori berat lahir rendah.

Menurut penuturan Dokter cucuku mengidap Patent Ductus Asteriosus (PDA) yaitu kelainan jantung bawaan. Selain itu, ia juga mengidap Thalassemia, kelainan darah dengan kondisi jumlah protein pembawa oksigen kurang dari jumlah normal.

Aku sempat bertanya-tanya apa semasa di kandungan Delisa tak pernah memeriksakan kandungannya? Tak pernah mengonsumsi makanan bergizi kah?

Sungguh fikiranmu berkecamuk. Saling libas antara satu masalah dengan masalah lain. Aku hanya berharap jangan tumbang terlebih dahulu, putriku belum sembuh. Jadi aku harus kuat akan itu.

Belum ku temukan titik terang siapa yang memberikan luka pada putriku. Sekarang Delisa malah jatuh koma. Sedang cucuku...

Ya Allah ...

"Ibu apa anakku akan baik-baik saja?" Tanya Putra lirih

Aku dan Mas Idris saling pandang. Ternyata ia tak hanya menyayangi putriku tapi juga anak mereka.

"Ayah, Ibu saya mohon jangan tersinggung. Untuk biaya perawatan Delisa dan anak saya biar saya yang tanggung semuanya." Ucapnya

"Aku masih sanggup untuk membayar perawatan putri dan cucuku! Tak perlu sampao dirimu yang keluar uang!" Balas Mas Idris sengit.

Ku pegang lengannya agar ia bisa mengontrol emosinya. Aku mengerti pasti Mas Idris merasa emosi melihat keadaan Deliaa dan cucu kami sekarang. Tapi emosi pun tak berguna bukan? Putriku tak akan langsung bangun dari komanya dan cucuku tak akan langsung bisa sehat.

"Ayah maksud Putra baik. Jangan tersinggung. Keadaan anak dan cucu kita sedang tak stabil Ibu mohon jangan bikin keributan disini." Ucapku mewanti-wanti.

Saat ini suasana sedang panas. Aku tak ingin membuat keributan ditengah anak dan cucuku yang tengah kesakitan.

"Saya mohon Ayah jangan tersinggung. Bagaimanapun Delisa calon istri saya dan anak saya juga tengah berjuang melawan penyakitnya. Saya hanya ingin meringankan beban Ayah." Sahut Putra

"Kamu datang di keluargaku hanya membawa petaka! Coba lihat atas hadirnya dirimu putriku koma! Semua ini gara-gara kamu!" Ucap Mas Idris mendesis

"Bagaimanapun keadaannya saya akan tetap menikahi Delisa Ayah." Jawabnya kekeuh

"Meskipun kamu menikahinya setelah bayi ini lahir. Itu tak akan mengubah menjadi nasabmu! Bayi itu akan ikut nasab ibunya!" Tekan Mas Idris

"Saya mengerti Ayah."

"Jika kamu mengerti kenapa kamu hamili terlebih dahulu? Kenapa tak kau minta baik-baik padaku? Serendah itukah putriku di matamu? Ingat Saputra! Sampai kapanpun aku tak akan melupakan perbuatanmu pada putriku!" Ucap Mas Idris berapi-api.

Putra bungkam. Matanya terpejam dengan nafas naik turun. Tangannya mengepal dengan gigi saling beradu.

Bukan aku membela Mas Idris. Tapi yang diucapkan Mas Idris memang benar. Jika memang Putra mencintai anakku ia bisa memintanya baik-baik pada kami.

"Sudah lebih baik kita ke ruangan Delisa sekarang." Ucapku mencairkan suasana.

***

Saputra benar-benar menepati ucapannya. Dia menempatkan Delisa di ruangan VVIP. Fasilitas di kamar ini memang lengkap aku melihat semua itu. Tapi yang ku butuhkan hanya putriku segera sadar dan cucuku segera sehat, itu saja sudah lebih dari cukup.

Aku lupa meskipun Saputra mahasiswa tingkat akhir yang hanya tinggal menunggu skripsi dia juga seorang pengusaha kuliner.

Dia memiliki beberapa cabang restoran dengan menu utama ramen. Beberapa cafe kekinian dan kedai es krim. Menurut penuturannya kedai es krim itu dibuat atas permintaan Delisa.

Saputra bulan depan akan wisuda. Lengkap sudah, sebentar lagi ia akan menyandang gelar sarjana hukum. Kemungkinan ia akan ikut terjun menjadi pengacara seperti Ayahnya. Berbeda dengan Delisa yang mengambil jurusan seni rupa, putriku itu sangat mencintai lukisan.

"Kalian pulang saja biar Ibu tunggu Delisa disini." Titahku.

"Ayah akan menemani Ibu disini." Sahut Mas Idris

"Dii juga." Timpal Diandra

Saputra memilih bungkam.

"Sebaiknya kalian pulang. Ayah besok sudah ada janji kirim meubel ke Lumajang kan? Diandra juga harus sekolah. Putra pasti juga punya kesibukan besok." Paparku.

"Besok pulang sekolah Dii kesini bawa baju ganti untuk Ibu." Titahku

"Yauda dehhh." Jawab Diandra pasrah.

Akhirnya suami dan anakku mengalah. Mereka pulang ke rumah. Bagaimanapun keadaannya aktivitas biasa harus tetap berjalan bukan?

Selepas kepergian Ayah dan Diandra. Suasana kamar menjadi hening. Kami berdua sama-sama terdiam. Hanya terdengar suara detak jantung Delisa di monitor.

"Ibu tidak tau apa yang terjadi dengan Delisa setelah libur UTS. Delisa melarang Ibu untuk mengunjunginya. Entah ia tetap tinggal di kos atau kamu pindahkan, entah bagaimana kesehariannya dan apa yang dikonsumsi sehingga menyebabkan ia seperti ini. Yang pasti Ibu menemukan bekas luka cambukan di punggungnya yang sudah mengering. Apa kamu tau tentang itu Nak?"

.

.

.

❤❤❤

Bersambung ...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status