lihat aja noh perlakuan berbeda 2 pria, satunya manis satunya kayak ....... (isi sendiri) 🤣🤣🤣🤣 terima kasih sudah membaca 🤭 jangan lupa tinggalkan komentar like vote 😍
Usai mendapat panggilan dari ibunya, Samantha bergegas pulang. Tapi setibanya di rumah, hanya tangis Nyonya Amy yang menyambutnya.Ratapannya mengiris hati saat wanita itu berujar, “Papamu sudah dibawa, Nak ….”Samantha terlambat.Sang ayah telah digelandang ke kantor polisi.Untuk sesaat, ia tidak tahu harus melakukan apa karena kejadiannya begitu cepat. Penyegelan restoran hingga penangkapan Tuan Harry berlangsung hanya dalam sekejap mata.Tapi satu hal yang Samantha yakini, bahwa ini pasti dilakukan oleh Erick, mengingat ancaman yang pernah dikatakan oleh pria itu sebelumnya.Samantha berpamitan pada ibunya untuk menyusul Tuan Harry. Setibanya di sana, ia masih diizinkan untuk bertemu meski itu harus dipisahkan oleh sekat kaca tebal yang menjadi batas perjumpaan mereka.Pria paruh baya itu masih mengenakan pakaian yang tadi Samantha lihat saat ia berpamitan pergi ke restoran.“Maaf, Samantha,” ucap Tuan Harry dengan serak, mata tuanya tampak lelah. “Bagaimana bisa terjadi, Pa?” ta
“Istriku, baru pulang?” sapa Erick sembari melambaikan sekilas tangannya.Samantha tak menjawab, ia meremas jemarinya yang mendadak mati rasa saat pria itu sekilas menoleh pada Tuan Harry dan berujar, “Aku sudah bicara dengan Papa untuk bisa bertemu denganmu.”“Aku lelah, Erick,” balas Samantha, menolaknya.Ia tahu bahwa Erick akan melampiaskan kekesalan padanya.“Kembalilah lain kali kalau mau.”“Kenapa kamu bersikap seperti ini padaku, Samantha?” tanya pria itu. “Kita bahkan belum resmi bercerai. Tidak bisakah, kita memperbaikinya? Bukankah seperti itu yang benar, Pa?”Erick menoleh pada Tuan Harry yang membenarkannya lewat sebuah anggukan.“Berilah Erick kesempatan, Samantha,” pinta sang ayah. “Erick ingin bicara denganmu untuk memperbaiki hubungan kalian. Pasang-surut dalam rumah tangga itu biasa. Kalian bisa membicarakannya baik-baik.”Menolak bagaimanapun, Erick tetap menang. Pria itu mendekat pada Samantha setelah Tuan Harry selesai bicara.“Ayo,” kata Erick seraya meraih tanga
Samantha memberontak, meski suaranya tersendat akibat tekanan yang diberikan oleh Erick, ia mencoba berteriak.“Le-lepas!” serunya sekeras yang ia bisa, berharap ada orang di parkiran yang mendengar dan melihat kegilaan Erick.Meski tidak ada seorang pun yang datang, setidaknya itu membantu Samantha. Sebab hal yang baru ia lakukan itu membuat Erick melepasnya.Sepasang mata pria itu memerah, amarahnya meluap-luap. Dan sebelum sesuatu yang lebih buruk terjadi, Samantha beringsut mundur, menjaga jarak.“Pengadilan mengirimkan surat panggilan untuk sidang cerai,” ucap pria itu. “Kamu melakukannya lagi? Kamu pikir siapa dirimu, Samantha?!”Samantha tak menjawab, tapi membenarkan dalam hati. Bahwa ia memang sudah memasukkan kembali gugatan cerai terhadap Erick setelah mengantongi bukti yang cukup. Hasil visum serta foto-foto perselingkuhan Erick dan Eliza yang ia dapatkan dari Damien.Surat pemanggilan sidangnya telah diterima oleh Erick, dan pria itu tidak terima. Harga dirinya terluka.“
“S-saya tidak lapar,” jawab Samantha, menolak permintaan Damien. Ia datang ke sini hanya untuk mengetahui apa yang ingin diberikan oleh pria itu, kemudian pulang. Damien bergeming, ia hanya menatap Samantha dengan iris birunya yang terlihat berkilauan di bawah pencahayaan lampu gantung di atas mereka. Anehnya … Samantha perlahan berubah pikiran. Dari penolakan, sebuah rasa bersalah timbul di dalam hatinya. Ia baru saja merasa tidak tahu diri jika menolak Damien saat pria itu sudah berbaik hati membantunya. “Baiklah,” ucap Samantha akhirnya. Damien mempersilakannya untuk duduk. Mereka berseberangan dengan dipisahkan oleh sebuah meja yang letaknya tidak jauh dari jendela hotel dan menunjukkan gemerlapnya lampu kendaraan yang terlihat sangat kecil di bawah sana. Makan malam berlangsung tanpa banyak percakapan yang terlewati. Hanya sesekali pandangan mereka bertemu dan Samantha buru-buru menghindarinya. Lagi pula, Samantha tidak tahu apa yang harus ia bicarakan, atau memulainya dar
Setelah panggilannya dengan Damien usai, Samantha duduk di tepi ranjang. Ia pikir, Erick tidak akan pulang sehingga ia menjadikan kesempatan itu untuknya berkemas.Ia mengambil tas jinjing berukuran sedang. Memasukkan beberapa barang yang ia butuhkan yang sebagian besarnya adalah milik Gabriella. Sementara miliknya hanya beberapa potong pakaian yang ia bawa.Tanpa berpamitan pada Erick, atau pembantu yang ada di rumah itu, Samantha pergi dari sana. Taksi yang dipesannya mengantarnya kembali ke rumah orang tuanya.Lewat tengah hari saat ia membawa tas jinjing itu ke dalam rumah. Kedatangannya menimbulkan pertanyaan bagi pria dan wanita paruh baya yang sedang ada di ruang makan.Ayah Samantha—Tuan Harry—yang lebih dulu bertanya, seolah menangkap situasi yang tidak baik.“Apa yang terjadi, Samantha?”Tuan Harry hampir bangun dari duduknya sebelum Samantha mencegahnya karena melihat beliau yang tampak kurang sehat.“Apa ada masalah, Nak?” imbuh sang Ibu. “Kenapa kamu mendadak pulang di ha
Samantha tercenung. Maniknya perih kala menatap Damien yang masih tak memalingkan wajahnya. Pria itu terlihat mengeluarkan sesuatu dari balik mantel hitam yang ia kenakan dan menyerahkannya pada Samantha. Sebuah kartu nama. “Saya tahu Nona pasti kesulitan untuk melawan Erick,” kata Damien. “Kapanpun Nona memutuskan, Nona bisa menghubungi saya.” Samantha terdiam untuk lebih dari tiga puluh detik sebelum memutuskan untuk menerimanya. “Terima kasih, Tuan Damien.” “Setelah ini Nona akan pulang ke mana?” tanya pria itu. “Ke rumah orang tua Nona?” “Tidak. Ke rumah Erick. Saya … ingin memastikan sesuatu dulu di sana.” “Baiklah.” Setelahnya, sopir Damien yang tadi dimintanya keluar kembali ke dalam mobil. Sedan mewah itu mengantarnya hingga ke depan pintu gerbang rumah Erick yang terlihat angkuh. Saat Samantha keluar, ia menundukkan kepalanya di hadapan Damien, berterima kasih. “Terima kasih untuk tumpangannya, Tuan Damien.” “Sama-sama.” Tadinya, Samantha hendak berdiri di sana da