Tuan muda mau apa pemirsa 😱😱😱
“Aku menawarkan bantuan karena tahu Nona Samantha bisa dipercaya, Erick.”Tatapan Damien mengarah pada Erick yang bergerak tidak nyaman di tempatnya.Wajah mengeras yang ditujukannya untuk Samantha kini tidak lagi terlihat.Samantha menahan napas dalam ketegangan yang membuatnya berdiri di antara dua pria.Erick yang ada di hadapannya, dan Damien yang seolah menyokong punggungnya.Kalimat sederhana Damien mengandung sindiran yang kuat, seolah pria itu hanya meletakkan kepercayaan pada orang yang tepat—dan bukan pada Erick yang jelas telah berkhianat.“Ada lagi yang ingin kamu ketahui?” tanya Damien, yang saat Samantha sekilas menoleh ke arahnya, salah satu alis lebatnya terangkat menunggu jawaban. “Kamu bisa datang padaku untuk menanyakannya nanti, Erick.”Kedua tangan Erick terkepal, urat hijau tercetak di pergelangannya, menjalar ke atas, di sepanjang lengannya.Ia mendorong napasnya dengan kasar, memalingkan wajahnya dan dengan langkah panjang pergi dari teras rumah Samantha tanpa
“Dia pasti kesal karena Anda turun tangan untuk membantu setelah dia didepak ayahnya, Tuan Damien,” ucap Giovanni seraya mengembalikan ponsel Damien. “Harga dirinya pasti tercabik-cabik.” Damien hanya tersenyum, hampir sepanjang hari ini rasanya Giovanni terus melihatnya seperti itu. “Sepertinya saya lupa mengatakan ini,” lanjutnya. “Pada hari Anda meminta saya mengirim bunga pada Nona Samantha, saya melihat ada Erick dan Eliza di sana, sedang makan malam. Saya pikir … Erick melihat Nona Samantha menerima bunga dari Anda, dia duduk di dekat jendela saat itu.” Damien memperdengarkan tawa lirihnya dan itu memantik rasa penasaran Giovanni. “Apa ada yang lucu?” Tuannya itu mengangguk, “Wajahnya saat itu yang pasti sangat lucu, Gio.” “Ya. Mereka pasti datang ke sana untuk membuat Nona Samantha cemburu. Tapi Erick malah melihat Nona Samantha mendapat bunga dari Anda.” “Dia pasti sedang menyesal karena kehilangan Samantha.” “Dan saking frustrasinya malah pergi ke Harvest Table untuk m
Setelah Damien meninggalkan Harvest Table, Samantha kembali duduk di kursi kerjanya. Meski pandangannya jatuh pada bunga lily yang ada di dalam vas, pikirannya sedang tidak ada di sana. Dalam hati Samantha berucap, bahwa ini ibarat Erick sudah jatuh tertimpa tangga pula. Karena sebelum Damien pergi tadi, Giovanni sempat mengatakan bahwa—dari informasi yang didapatkannya—Tuan Kael mengusir Erick pergi dan memperingatkan semua orang agar tak membiarkannya menginjakkan kaki di Elt Construction. Kejam dan tegas, Samantha masih ingat betul bagaimana sikap mantan ayah mertuanya itu. Lalu, Giovanni menyebut bahwa ada Eliza juga di sana, entah apa yang ia lakukan. ‘Apa Eliza sudah tidak sabar untuk go public dengan Erick?’ tanya Samantha dalam hati lalu dengan cepat menggelengkan kepalanya. “Bukan urusanku,” gumamnya. Meski terdengar jahat … Samantha merapatkan tangannya seraya memohon, ‘Lebih kejam lagi, Tuhan … aku ingin mereka membayar atas kematian putriku.’ Matanya perih,
Erick dengan segera melepaskan Eliza yang seketika itu berusaha menutupi tubuhnya dengan selimut. Di sampingnya, Erick melakukan hal yang sama. Mereka mengatur napas akibat keterkejutan yang sesaat lalu membuat detak jantung mereka seakan mendadak berhenti. Kemunculan Tuan Kael seperti sebuah sembilu yang menyayat wajah Eliza dengan rasa malu, apalagi itu di saat mereka sedang dalam pergumulan yang panas dan ia nyaris mencapai klimaks. “Brengsek!” umpat Tuan Kael seraya melempar benda dari tangannya. Sebuah map hardcover yang melayang ke arah Erick dan Eliza. Jika Erick tak menghindarinya, map tersebut pasti sudah menghantam wajahnya teramat keras. “Pantas kamu tidak bisa dihubungi!” geram Tuan Kael, jari telunjuknya lurus pada anak lelakinya. “Aku menelponmu dari tadi untuk mengajakmu bertemu dengan temanku yang mungkin masih bisa menyelamatkan Elt Constriction dari kebangkrutan, Erick! Tapi lihat yang kamu lakukan! Bukannya memperbaiki nama baik kita kamu malah tetap bermai
‘Apa hubungan antara Samantha dan Damien?’ tanya Erick dalam hati. Maniknya tanpa sadar mengamati ke mana perginya Samantha yang memeluk buket bunga berukuran besar itu masuk ke dalam restorannya—melalui pintu yang lain. Tangan Erick yang ada di atas paha terkepal kala melihat buket bunga yang dikirimkan oleh Damien itu adalah bunga kesukaan Samantha, bunga lily. Mantan istrinya itu pernah menanam beberapa di di rumah mereka dulu dan seingat Erick masih ada sampai hari ini. Awalnya … Erick mengira bahwa kedekatan Samantha dengan Damien itu disebabkan karena Tuan Muda keluarga Frost itu menaruh kasihan pada Samantha yang menyedihkan pasca perceraiannya. Tapi kasihan macam apa yang sampai mengirim buket bunga secantik itu lewat sekretarisnya? Bukankah itu menunjukkan ada sesuatu antara Damien dan Samantha? ‘Sial!’ umpat Erick seraya mendorong kasar napasnya. Ia tertunduk, rencana membuat Samantha cemburu—untuk membuktikan perasaan mantan istrinya terhadapnya masih belum berubah—te
“ELIZA!” Seruan Erick terdengar setelah suara derap larinya memasuki kamar mandi. Dalam hati, Eliza sangat senang kala Erick akhirnya mau datang untuk menemuinya setelah mereka tak bersua cukup lama. “Eliza.” Eliza merasakan tubuhnya terangkat. Erick membawanya meninggalkan kamar mandi setelah pria itu lebih dulu mematikan shower yang masih menyala dengan derasnya, dan membalut tubuh Eliza yang tanpa sehelai benang ini menggunakan kain yang permukaan lembutnya terasa seperti handuk. Eliza dibaringkan di atas ranjang, Erick menepuk lembut pipinya saat kembali memanggilnya. “Eliza?” Dikatakan dengan beban kepanikan sehingga Eliza yakin Erick masih ada di dalam kendalinya. Eliza perlahan membuka matanya, ingin segera melihat wajah Erick. Saat manik mereka bertemu, Erick tampak sangat lega. “Apa yang terjadi, Erick?” tanya Eliza dengan suaranya yang lemah. “Kamu baru saja pingsan.” “Aku—“ “Bukannya aku sudah bilang aku akan datang sepuluh menit lagi? Tidak bisakah kamu menungg